Jakarta, 12 Juni 2024.
Kawasan Asia Timur merupakan salah satu kawasan paling dinamis dan dinamis secara global. Oleh karena itu, pendirian Pusat Studi Asia Timur (PSAT) Universitas Prasetiya Mulya merupakan Prakarsa penting dalam mendorong penelitian kolaboratif dan dialog, yang pada gilirannya akan meningkatkan kerja sama dan memperdalam hubungan kita di Asia Timur. Demikian disampaikan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dalam sambutannya melalui video pada peluncuran Pusat Studi Asia Timur (PSAT), Universitas Prasetiya Mulya, di Jakarta. Menlu juga menambahkan bahwa Pusat Studi ini dapat menjadi platform berharga yang akan membuka jalan dalam memupuk perdamaian, stabilitas, kemakmuran di Indo-Pasifik.
Prakarsa untuk mendirikan Pusat Studi ini oleh Universitas Prasetiya Mulya didasarkan pada pertimbangan mengenai semakin pentingnya Kawasan Asia Timur bagi Indonesia. Seperti yang disampaikan Rektor Universitas Prasetiya Mulya, Profesor Djisman Simandjuntak, kawasan Asia Timur mewakili 28,13% penduduk dunia, 27,2% PDB dunia dan 30,6% ekspor dunia. Kerja sama erat sesama 10 negara-negara Asia Tenggara dan 3 ekonomi Asia Timur Laut menjanjikan akselerasi kemajuan yang tinggi. Professor Djisman Simandjuntak menjelaskan bahwa pusat studi ini dirancang sebagai platform untuk melakukan studi secara independen dan meyakini bahwa PSAT akan dapat bekerja sama dengan Lembaga-lembaga serupa di kawasan Asia Timur.
Lebih lanjut, hal senada juga disampaikan oleh Dr. Hassan Wirajuda selaku Dekan dari Sekolah Hukum dan Studi Internasional (SHSI) Universitas Prasetiya Mulya, yang juga Menteri Luar Negeri RI 2001-2009. Menurut mantan Menlu ini, PSAT akan melakukan studi mengenai berbagai aspek perkembangan kontemporer Asia Timur — politik dan keamanan, ekonomi, perdagangan dan investasi, serta bahasa dan budaya. Jusuf Wanandi selaku Ketua Dewan Penasihat PSAT juga menekankan pentingnya membangun komunitas para ahli mengenai Asia Timur, yang memahami perkembangan Asia Timur di berbagai sektor, bisnis, perdagangan, teknologi, investasi, keuangan, dan juga keamanan politik.
Posisi Indonesia yang sangat strategis memang tidak bisa dipungkiri. Kawasan rumah (home region) bagi Indonesia adalah Asia Timur. Wilayah ini memainkan peran penting dalam hubungan luar negeri Indonesia, yang menjadi saksi lonjakan perdagangan, arus modal, dan pertukaran informasi. Berada di peringkat kedua dalam hal populasi dan ekonomi yang besar di Asia Timur, Indonesia dengan cepat muncul sebagai pemain kunci di kawasan ini dan di panggung global.
Acara peresmian PSAT/CEAS ini secara khusus mengundang Professor Chen Dongxiao dari salah satu Lembaga kajian terkemuka di China, yakni Shanghai Institute for International Studies (SIIS). Prof. Chen Dongxiao adalah presiden SIIS dengan spesialisasi dalam studi mengenai PBB, kebijakan luar negeri Tiongkok, dan hubungan AS-Tiongkok. Dalam acara ini Prof Chen membawakan lecture dengan judul “Reviving East Asia Community Building: Review and Outlook.”
Rizal Sukma, selaku Direktur Eksekutif CEAS, menutup acara ini dengan menekankan bahwa Indonesia akan bisa memanfaatkan berbagai perluang di kawasan Asia Timur apabila memiliki banyak peneliti dan sarjana yang memmahami kawasan ini sebagai lingkungan strategisnya dengan baik. Cita-cita Indonesia untuk menjadi negara berkemajuan ekonomi dan teknologi, sebagai kekuatan penting di Kawasan Asia Timur, tidak hanya memerlukan kerjasama yang erat dengan mitra dan sahabat di Kawasan Asia, tetapi juga akan tergantung pada mampu tidaknya Indonesia memainkan peran stabilisator di kawasan.
PSAT dibentuk untuk membantu para pembuat kebijakan dan pelaku bisnis untuk mewujudkan cita-cita nasional itu. Dengan dukungan Dewan Penasihat yang memiliki pengalaman diplomasi, bisnis dan akademik yang mumpuni, serta naungan Universitas Prasetya Mulya, Pusat kajian ini akan menjadi platform pengajaran dan penelitian yang mampu mentransformasikan tantangan menjadi peluang bagi Indonesia.
Sumber: Universitas Prasetiya Mulya