Tidak dapat dipungkiri, Covid-19 yang telah mewabah di dunia selama hampir satu tahun ini memberikan dampak besar terhadap industri dari segala bidang. Para insan yang sudah satu langkah menuju dunia kerja pun harus menyesuaikan diri dengan kondisi yang berputar 180º tersebut. Oleh karena itu, mereka harus memahami tantangan dan kesempatan yang dihasilkan masa pandemi sebelum akhirnya terjun ke lapangan.
Salah satu sosok yang perlu dipersiapkan adalah pelajar SMK. Dalam upaya ini, Pusat Pengembangan Usaha Kecil (PPUK) Sekolah Bisnis dan Ekonomi Universitas Prasetiya Mulya bersama Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menyelenggarakan CEO Meet CEO sebagai bagian dari rangkaian kegiatan Program Peningkatan Kapabilitas Manajerial Kepala SMK Berbasis Industri. Menghadirkan tiga CEO dari latar belakang berbeda, ajang ini sukses berikan insight unik kepada 90 Kepala SMK di Indonesia mengenai masa depan industri.
Beda Industri, Beda Kondisi
Agus Sugiarto, selaku Director of Human Resources Hotel Kristal, mengungkapkan realita pahit yang dihadapi industri hospitality sejak memasuki era pandemi. Laju pertumbuhan ekonomi terus menurun, bahkan mencapai -5,32% pada kuartal II. Bukan hanya perhotelan, penerbangan serta pariwisata turut mendapatkan hantaman dan kehilangan triliunan Rupiah.
“Apa yang harus dilakukan untuk survive? Pertama adalah dengan meng-update dengan peraturan pemerintah agar bisnis masih bisa berjalan tanpa melanggar aturan protokol yang sudah ditetapkan,” ungkap Pak Agus. “Penurunan biaya, pelaksanaan work from home, serta penyesuaian supplier dan pajak juga tidak bisa dihindari.”
Berbeda dengan hospitality, yang masih dapat berjalan dengan penyesuaian, aktivitas industri musik semakin terbatas. Seperti yang dijelaskan oleh Addie MS, Konduktor dan Founder Twilite Orchestra, pemasukan pelaku musik terhambat akibat hilangnya venue, penonton, serta sponsor acara. Namun seiring berjalannya waktu, Pak Addie beserta individu kreatif lainnya menemukan cara untuk tetap berkarya di tengah pandemi.
“Kami memanfaatkan teknologi untuk membangkitkan semangat pekerja kreatif,” kata Pak Addie. “Siapa yang menyangka kita bisa menciptakan konser virtual, bahkan menyelenggarakan konser simfoni dari rumah? Ini merupakan effort kolaboratif demi memberikan vibrasi positif ke sekitar.”
Di sisi lain, industri teknologi juga berusaha menemukan titik terang. Melihat meningkatnya digitalisasi dan kebutuhan teknologi, Founder DISRUPTO, Daniel Surya, mendorong eksplorasi inovasi baru untuk memudahkan interactivity. Dengan bantuan teknologi, industri seperti hospitality dan kreatif seperti yang digeluti Pak Agus dan Pak Addie dapat menghadirkan experience baru pada masyarakat.
“Teknologi AR (Artificial Intelligence) dan VR (Virtual Reality) dapat digunakan untuk semua bidang, mulai dari gaming, medis, hingga edukasi,” Pak Daniel menekankan. “Melainkan menghampiri konten, konten tersebut bisa datang ke kita. Teknologi tersebut bisa menjadi solusi selama musibah ini.”
Value di Atas Competence
Lantas, selain awareness tentang keadaan, apa lagi yang perlu disiapkan calon pekerja? Tentunya, mereka harus mampu menarik perhatian recruiter, bukan hanya dengan ilmu teknis, tapi juga soft-skills. Menurut Pak Agus dan Pak Addie, industri modern, khususnya di masa pandemi ini, sangat menghargai kemampuan komunikasi, problem solving, serta adaptasi. Can-do-attitude dan positivity juga dinilai tinggi karena dapat memicu otak untuk berkreasi ketika dihadapkan dengan tantangan.
Namun di atas competence dan attitude, Pak Daniel membeberkan satu rahasia lagi yang menjadi penilaian perusahaan terhadap calon tenaga kerja, yakni value. Kejujuran, kesopanan, teamwork, dan nasionalisme yang dimiliki pegawai akan mencerminkan perusahaan secara keseluruhan.
“Value will strive compared to skills. Nilai itu diajarkan dari keluarga, pertemanan, dan lingkungan. Sebagai pemilik perusahaan, I just want to recruit the best people,” rampung Pak Daniel.
Add comment