Melalui tulisan, kegiatan diskusi, bahkan demo, pemuda Indonesia dari Sabang sampai Merauke pasti memiliki keinginan tinggi untuk menyampaikan pendapat serta aspirasi mereka mengenai bangsa dan negara . Dengan kehadiran Indonesian Culture & Nationalism 2018, keinginan sederhana tersebut akhirnya terwujudkan. Diadakan dari tanggal 11-13 Mei lalu, ICN merupakan rangkaian acara nasionalisme kepemudaan yang digelar oleh Universitas Prasetiya Mulya sejak tahun 2013. Bertujuan untuk meningkatkan semangat nasionalisme generasi muda, ICN dirangkup menjadi tiga acara, yaitu Food Exhibition, ICN Conference, dan ditutup dengan ICN Festival.
Menyatukan Pemuda dari 34 Provinsi
Menjadi salah satu kegiatan unggulan dari ajang nasionalis ini adalah ICN Conference. Sebanyak 34 delegasi dari tiap provinsi di Indonesia dikumpulkan dalam satu ruangan untuk bercengkerama dan berdiskusi. Fokus dan terarah, 34 pemuda-pemudi tersebut dibagi menjadi lima kelompok untuk merepresentasikan bidang permasalahan utama yang umum dihadapi Indonesia, yaitu kategori Kepemudaan, kategori Lingkungan, kategori Sosial Budaya, kategori Pendidikan, serta kategori Kewirausahawan
Jumlah pulau dan budaya di Indonesia sangat banyak, maka dari itu perlu ada pendekatan pendidikan yang juga beragam. Sekolah wajib menyesuaikan kurikulum dengan standar nasional, tapi apakah daerah lain bisa menyesuaikan? – M. Ramadan (Prov. Sulawesi Tengah)
Para delegasi menerjang isu negara secara jujur dan terbuka, mulai dari ketidakpedulian masyarakat mengenai pelestarian lingkungan, kurangnya perhatian pemerintah akibat terlalu fokus pada infrastruktur ibukota, sampai dukungan kosong petinggi sekolah terhadap korban pelecahan seksual. Dengan background yang beragam, tiap delegasi menyajikan isu unik yang berlangsung di daerahnya, disertai juga dengan ide proyek inovatif yang solutif.
Budaya dan tradisi biasanya hanya dijadikan sebagai penghibur atau ajang ceremonial dalam sebuah acara kegiatan. Apakah budaya akan selalu jadi masa lalu, bukan masa depan? – Septiasari (Prov. Bangka Belitung)
Bukan omong-kosong belaka, presentasi penuh inspirasi tersebut juga diperlombakan, di mana pemenang dari tiap kategori akan diberikan dana sokongan agar proyek mereka dapat dibawa pulang ke daerah masing-masing, kemudian direalisasikan.
Di beberapa daerah, pengetahuan mengenai kewirausahawan masih rendah. Maka perlu adanya pendidikan dan bimbingan agar pola pikir masyarakat berubah dan mereka percaya bahwa ini merupakan sektor yang menjanjikan. – Mozain Watimena (Prov. Maluku)
Aspirasi Dibawa ke Gedung DPD
Pada ajang ICN 2018, aspirasi para mahasiswa tidak disuarakan di dalam tembok-tembok Prasmul saja, tapi juga diperdengarkan pada pihak perwakilan rakyat Indonesia yang sejatinya merupakan jembatan menuju telinga pemerintah. Untuk pertama kalinya, 34 delegasi ICN diboyong ke Gedung Dewan Perwakilan Daerah di Senayan untuk kembali menyimpulkan pendapat mereka mengenai problem di Indonesia.
“Tiga kata: wow, luar biasa!” ungkap Ketua Komite III DPD RI, Fahira Fahmi Idris, SE, MH. “Memperjuangkan aspirasi adik-adik di sini memang merupakan salah satu kewajiban kami.”
Politisi yang juga merupakan seorang wirausahawan ini pun menyarankan agar aspirasi delegasi tidak terhenti di kegiatan ICN, tapi turut dilanjurkan ketika para peserta sudah pulang ke daerahnya masing-masing. “Jangan menunggu. Langsung kerjakan proyek sosial di daerah kalian. Lihat apa yang dibutuhkan masyarakat dan biarkan mereka ikut terlibat,” usulnya. “Kalian juga perlu eratkan hubungan dengan anggota DPD yang menjabat di daerah, agar terjalin kepercayaan.”
Selain Ibu Fahira, kegiatan yang meredefinisikan ICN ini juga dihadiri Bahar Buasan, ST, MSM, salah satu anggota DPD RI Provinsi Bangka Belitung. “Pancasila, UU RI 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika merupakan empat pilar negara kita,” ujarnya. “Hari ini, terasa bahwa empat pilar tersebut ada di ruangan ini.”
Perubahan Dimulai dari Diri Sendiri
Pulang dari ICN 2018, 34 delegasi diharapkan menjadi agen perubahan untuk daerah mereka masing-masing. Menjalankan proyek yang telah didiskusikan bersama di Universitas Prasetiya Mulya merupakan langkah awal dalam pembangunan bangsa dan negara.
Berikut pemenang dari ICN 2018:
- Delegasi Terbaik – Muhammad Nurramadan (Sulawesi Tengah)
- Proyek Kepemudaan Terbaik – Megae Biu oleh Ketut Trisandy (Bali)
- Proyek Lingkungan Terbaik – Kampung Wisata Edukasi Zero Waste oleh Inas Pramitha Abdini Haq (Jawa Timur)
- Proyek Sosial Budaya Terbaik – BEKACE: Bengkulu Kaganga Club oleh Dedi Dahmuri (Bengkulu)
- Proyek Pendidikan Terbaik – Senyum Difabel oleh Niza Maulana (Jawa Barat)
- Proyek Kewirausahawan Terbaik – Menganyam Pesisir oleh Kharolin Hilda Amazona (Yogyakarta)
(*SDD)
Add comment