Indonesia is the most interesting internet market in the world. – Andy Zain, Managing Director Kejora Ventures
Dengan jumlah penduduk yang tinggi dan penetrasi teknologi yang belum maksimal, Indonesia memberikan kombinasi menarik bagi bisnis digital. Bukan itu saja, masyarakat Indonesia pun dianggap cepat tanggap terhadap pertumbuhan teknologi dan merupakan salah satu negara yang menggunakan produk digital dalam intensitas tinggi. Maka dari itu, begitu banyak ruang gerak dan lapangan bagi technopreneur yang ingin membangun perusahaan di Tanah Air.
Pembahasan ini dikupas oleh Andy Zain, Managing Director Kejora Ventures dalam kegiatan First Lecture Program New Ventures Innovation (NVI) Universitas Prasetiya Mulya pada hari Kamis (11/10) lalu di Kampus Cilandak. Diluncurkan bulan Mei 2018 lalu, NVI merupakan program strata II yang didedikasikan untuk pendiri startup yang ingin menggubah lapangan bisnis. Proses perekrutan pun didasari potensi dan bukti inovasi para peserta.
Bertujuan untuk meluluskan startup Founders berkualitas, hal yang dibutuhkan seseorang untuk membangun startup menjadi ilmu perdana yang dilabuhkan pada 22 mahasiswa NVI angkatan pertama. Berikut rangkuman dari perkuliahan Pak Andy yang bukan hanya memberikan pandangan dari kacamata seorang Investor, tapi juga sebagai Advisor untuk Program NVI.
Idea
Layaknya berkegiatan sehari-hari, membangun bisnis perlu memiliki purpose dan goals. Dari mana kedua hal ini datang? Tentunya semua berawal dari ide. Menurut Pak Andy, tak masalah jika sebuah ide berukuran kecil. Ia mengungkapkan, “Beride itu gratis. Bikin saja dulu. Toh pada akhirnya memang harus berubah atau menyesuaikan dengan ilmu-ilmu baru yang kelak dipelajari.”
Pak Andy menambahkan, ide tidak melulu harus orisinal. Bahkan, “menyontek” dari negara tetangga pun masih dapat dimaklumi, apalagi jika produk tersebut belum dikenal masyarakat Indonesia. Hanya saja, bukan sekadar menjiplak ide, pengetahuan mengenai pasar lokal tetap menjadi kunci dalam kesuksesan sebuah bisnis startup.
Team
Your biggest enemy is yourself.
Bekerja di perusahaan besar, pasti ada atasan yang mengawasi dan mengontrol para pegawainya. Namun ketika membangun sebuah perusahaan, orang yang bertanggung jawab terhadap segala progres adalah Founder itu sendiri. Itulah sebabnya seorang entrepreneur harus belajar mendisiplikan diri sendiri dan mencari partner yang sesuai.
“Ada tiga orang utama yang penting dalam sebuah team,” ujar Pak Andy. “Orang yang mengerti bisnis dan keuangan, orang yang mengerti digital seperti coding, dan orang marketing serta desain.”
Menurutnya, berkolaborasi skill merupakan hal yang krusial dalam mengembangkan sebuah bisnis startup. Dalam membangun team, melainkan mencari anggota dengan keahlian yang serupa, utamakan untuk mengumpulkan orang-orang yang dapat saling melengkapi. “Jarang ada yang mau invest di perusahaan dengan single founder karena risikonya tinggi,” pesannya.
Product
Membuat produk memang tak semudah menjentikkan jari. Namun bukan berarti bisnis harus terhambat sembari menunggu produk fisik di telapak tangan. Pak Andy menyarankan untuk memiliki mock-up yang detail dan berkualitas. “Di sini pentingnya memiliki desainer yang andal,” tekan Pak Andy. “Banyak orang datang ke saya untuk pitch bisnis mereka padahal produknya belum ada. Beberapa memutuskan untuk menyajikan mock-up yang dibuat menggunakan Photoshop. Ini bukan masalah. Justru, investor dapat melihat kejelian mereka terhadap produk yang ditawarkan.”
Traction
Sebelum memikirkan keuntungan dan penghasilan, perlu adanya hal yang mengikat serta menunjukkan progres bisnis tersebut. Kerja sama dengan berbagai organisasi dan industri menjadi salah satu cara untuk meningkatkan daya tarik bisnis.
“Misalnya saya ingin membuka startup yang bertujuan untuk membantu pelajar SMA mencari pekerjaan,” tutur Pak Andy. “Walaupun bisnisnya belum resmi dibuka, saya sudah memiliki kontrak kerja sama dengan 20 SMA di Jakarta. Itu yang menjadi traction dari bisnis startup.”
Revenue & Profit
Setelah lima poin di atas tercapai, baru seorang startup Founder dapat menuju tahap revenue dan profit. Namun, Pak Andy mengingatkan, bahwa entrepreneurship bukan untuk orang-orang yang menginginkan fast money. Pada akhirnya, berwirausaha merupakan panggilan hati dan passion.
Kalau kalian mau cepat berduit, jangan berbisnis.
“It’s not about you, it’s about them,” tekan sang Investor. “Apa yang ingin kalian berikan pada masyarakat? Mengapa kalian mau memberikan itu? Apa yang akan mereka dapatkan? Mereka selalu yang diutamakan. Bila mereka tidak profit, maka kalian pun tidak akan profit.”
—
First Lecture merupakan bentuk ucapan selamat datang kepada peserta Program NVI. Dirancang khusus untuk menumbuhkan usaha-usaha startup yang penuh potensi dan inovasi, program ini diharapkan dapat menghasilkan startup Founders, creative ventures, dan innovation ventures yang dapat mengikuti perkembangan jaman, khususnya di era teknologi dan industri 4.0.
Add comment