Judul artikel di atas mungkin termasuk kategori hiperbola. Namun, bagi saya, judul tersebut merepresentasikan ungkapan perasaan bahagia saya memperoleh kesempatan belajar wirausaha langsung dari “kuilnya” kewirausahaan, yaitu Babson College. Mungkin masih banyak yang belum mengenal Babson College. Kampus yang sangat nyaman ini terletak di Wellesley, wilayah suburban dari Boston, Negara Bagian Massachussets. Jika dibandingkan kampus lain di Boston, semacam Harvard dan MIT, Babson College pasti kalah populer. Namun jika berbicara dalam konteks wirausaha, tidak ada yang dapat meragukan Babson College.
Babson College didirikan oleh Roger Babson pada tahun 1919. Saat itu, hanya terdapat 27 siswa yang belajar dari rumah sederhana milik Roger dan Grace Babson. Roger Babson membangun keunikan tersendiri yang berbeda dari kampus lain di zaman tersebut. Babson sangat mempercayai adanya tindakan nyata dalam belajar wirausaha. Oleh karena itu, desain programnya dibuat ringkas dan fokus kepada pelatihan-pelatihan yang dikombinasikan dengan belajar di kelas. Tidak hanya itu, seluruh siswa pun selalu diminta berpakaian profesional dengan jam belajar yang menyesuaikan dengan jam kerja profesional.
Rintisan Roger Babson tetap dipertahankan hingga saat ini. Pewarisan budaya ini kemudian menjadikan Babson College begitu berjaya dan memperoleh gelar Program MBA terbaik selama 25 tahun beruntun sejak 1993 dari US News and World Report, dan meninggalkan Stanford (urutan 2), MIT (3), dan Harvard (4). Rasio antara mahasiswa dan pengajarnya pun sangat intensif. Data 2017 menunjukkan rasionya adalah 12 dibandingkan 1, yang artinya setiap 12 mahasiswa dapat dibimbing oleh 1 pengajar, sebuah jumlah yang sangat ekslusif.
Kembali kepada kesempatan belajar ini, saya sangat berbahagia karena sejatinya Universitas Prasetiya Mulya, terutama dalam Program S1 Business Prasetiya Mulya yang berjalan sejak tahun 2005 selalu menempatkan Babson College sebagai salah satu panutan belajar. Konsep keseimbangan antara teori dan praktik yang diterapkan Babson, juga diimplementasikan di Prasetiya Mulya, sehingga mahasiswa Prasetiya Mulya memiliki kemahiran konsep dan juga kompetensi teknis untuk mengimplementasikannya.
Walaupun harus menempuh perjalanan antar benua yang menghabiskan waktu lebih dari 24 jam, seluruh lelah tersebut terbayar tuntas ketika pertama kali menyaksikan tulisan Babson College di Wellesley. Di tengah hamparan salju dan suhu yang selalu mendekati nol derajat, saya berusaha keras untuk beradaptasi dan siap belajar wirausaha bersama 63 pengajar lainnya dari berbagai belahan dunia dalam program Symposium for Entrepreneurship Educators ke 61 yang diselenggarakan oleh Babson College.
Malam perkenalan pun menjadi sangat menyenangkan. Situasi ramah dan kekeluargaan terjalin antar peserta yang berasal dari seluruh penjuru bumi, ada yang berasal dari Kolombia, Venezuela, Portugal, Inggris, Korea Selatan, Filipina, hingga Nigeria. Hampir 5 benua berkumpul bersama dalam acara ini, sungguh suatu kesempatan yang amat berharga bahwa saya mewakili Prasetiya Mulya dan tentunya Indonesia dapat bersanding dengan rekan-rekan lainnya dalam kesetaraan yang sama.
Diari Babson ini akan menjadi ajang untuk berbagi pengalaman saya menjalani pembelajaran kewirausahaan yang maha-intensif di Babson College. Tentunya, dengan harapan dapat membawa setumpuk harta karun tak ternilai untuk kemudian ditularkan ke seluruh Prasmulyan yang menunggu di Indonesia. Mimpi yang benar-benar nyata.
Add comment