Rabu (03/06) lalu menjadi saat yang monumental bagi Universitas Prasetiya Mulya dan kerja sama pemerintah Indonesia-Jerman melalui Proyek Innovation and Investment for Inclusive Sustainable Economic Development (ISED) yang diimplementasikan oleh Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional Republik Indonesia / Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) dan Deutsche Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit (GIZ). Pada hari tersebut, dengan disaksikan oleh Bapak Leonardo Teguh Sambodo, Direktur Industri, Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Bappenas, seluruh pihak secara simbolis mengukuhkan kerja samanya dalam sebuah nota kesepahaman untuk pengembangan pengetahuan mengenai bisnis inklusif (Inclusive Business/IB). Nantinya, kerja sama ini akan berjalan di bawah arahan Business Venture and Development Institute (BVDI) Universitas Prasetiya Mulya.
Gagasan proyek kolaborasi antara sektor publik, swasta, dan instansi pendidikan ini bermula dari adanya gap antara kompetensi tenaga kerja Indonesia dengan keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan industri. Pada akhirnya, ketidakseimbangan tersebut menyebabkan rendahnya angka penyerapan tenaga kerja, terutama bagi masyarakat yang berada pada dasar piramida ekonomi (re: base of the pyramid/BOP), di mana mereka masih kesulitan mendapatkan akses terhadap fasilitas, informasi, dan layanan yang mumpuni.
Universitas Prasetiya Mulya dan Proyek ISED mencoba untuk mengisi kesenjangan tersebut dengan menerapkan bisnis inklusif– bisnis yang tidak hanya berorientasi profit, namun juga memberikan dampak sosial-ekonomi yang positif bagi masyarakat. “Harapannya, bisnis inklusif mampu menyediakan barang, jasa, dan penghidupan bagi mereka yang berada di dasar piramida ekonomi dengan menjadikan mereka bagian mata rantai nilai usaha perusahaan, baik sebagai pemasok, distributor, maupun konsumennya” ujar Ibu Ruly Marianti, Deputy Principal Advisor & Senior Advisor ISED Project.
Meski demikian, menerapkan bisnis inklusif dalam skala yang besar tak semudah membalikkan telapak tangan. Dibutuhkan pemahaman konsep yang baik, model bisnis yang teruji, serta mitra kerja yang kooperatif. Disinilah Universitas Prasetiya Mulya berperan dalam membentuk dan melatih Kelompok Usaha Bersama (KUB), menyusun modul dan Standard Operational Procedure (SOP) untuk bisnis inklusif, serta membagikan pengetahuan tersebut kepada pembuat kebijakan dan pemangku kepentingan terkait.
Bapak Fathony Rahman, Dekan Sekolah Bisnis dan Ekonomi (SBE) Universitas Prasetiya Mulya mengatakan, “Agar proyek ini berhasil dan berkelanjutan, kita membutuhkan indikator yang jelas mengenai kesuksesan para mitra. Harapannya, ketika mereka berhasil, mitra akan berkomitmen tinggi untuk membantu rekan-rekannya sendiri.”
bisnis inkusif sangat membantu kita untuk meminimalkan kesenjangan sosial, terimakasih informasinya kak, sangat membantu