Empat bulan ke belakang, banyak small-medium enterprise (SME) dan startup di Indonesia mengaplikasikan survival mode agar usahanya dapat kembali melesat ketika pandemi COVID-19 telah berakhir. Sayangnya, mode bisnis ini tak akan bertahan, sebab tak seorang pun tahu kapan krisis ini akan berlalu. Bahkan, apa yang kita sebut “normal” di masa pra-pandemi harus mengalami pendefinisian ulang.
Dengan segala permasalahan yang dibawanya, all crises create winners and losers. Lantas, apa yang harus dilakukan SME dan startup agar menjadi champion di era “New Normal”?
“Pebisnis harus reinvent pengetahuan bisnis mereka untuk memunculkan model bisnis yang baru,” ujar Sandiaga Uno alias Bang Sandi dalam webinar bertajuk Business Survival Kit: Let’s Rebound Our Business! pada Jumat (12/06) lalu. “Layaknya pertandingan basket, kalau jalan di kanan kita ditutup maka kita harus pintar pivot ke kiri.”
Be more data-driven
Usai pandemi, Bang Sandi menyebutkan bahwa SME dan startup, mau tidak mau, harus mengedepankan aspek kesehatan dan digitalisasi dalam setiap tahapan bisnis mulai dari pemesanan, pembayaran, produksi, hingga penyediaan barang. “Zaman sekarang data dan tren bisnis bisa kita dapatkan dengan mudah,” ungkapnya. “Kita tinggal mengamati, meniru, dan memodifikasi tren yang ada sehingga kita memiliki model bisnis baru.”
Pernyataan Bang Sandi ini diamini oleh Jessica Wiyaka, Co-founder Dara Woman yang juga alumni S1 Bisnis Prasetiya Mulya. Meski mengaku sempat kebingungan menghadapi perubahan perilaku konsumen di awal pandemi, kini ia sudah berhasil menyesuaikan model bisnisnya. “Kami kini lebih strict dengan kondisi keuangan perusahaan dengan mengurangi outcome yang tidak kritikal,” ungkapnya. “Kami juga mengeluarkan produk loungewear untuk mendukung wanita karir yang work from home.”
Reimagining The Future
Memang benar keberlangsungan model bisnis baru sangat ditentukan kemampuan SME dan startup dalam membaca data dan tren perilaku konsumen. Namun, pengusaha juga harus memahami betul konsep bisnisnya sendiri– bagaimana persaingan industri, apa saja indikator kesuksesan bisnis, sekuat apa manajemen keuangan, dan lain sebagainya.
“Kita harus juga memahami macro environment supaya dengan mudah switching dan modifikasi produk ketika ada problem,” jelas Bapak Fathony Rahman, Dekan School of Business and Economics Universitas Prasetiya Mulya. “Kita perlu mempelajari sejarah untuk memahami warning signs dan skenario yang biasanya terjadi.”
Memahami dan memetakan kompleksitas model bisnis, menurut Pak Fathony, akan mempermudah pebisnis dalam menciptakan solusi dan reimagining the future. “Selain mengasah imajinasi, memetakan variabel bisnis juga akan meningkatkan kreativitas Anda dalam menciptakan alternatif solusi,” ungkapnya. “Ketika Anda memahami kompleksitas bisnis, Anda akan memiliki guidance untuk menghadapi setiap permasalahan.”
Business Survival Kit: Let’s Rebound Our Business! Merupakan webinar persembahan Universitas Prasetiya Mulya yang bertujuan untuk berbagi inspirasi bisnis bagi publik. Acara yang berlangsung lewat Zoom dan Youtube Streaming pada Jumat (12/06) lalu ini dimoderatori oleh Ibu Peni Zulandari selaku faculty member Universitas Prasetiya Mulya.
Congratz buat Mbak Desy.. Kerja Keras & Kesungguhan Hati dlm berkarya memang ndk akan pernah “melupakan” hasilnya..
Satu hal, StayHumble&KeepPersistence as a Leader.. Goodluck & GodBlessU