Kondisi perekonomian di Indonesia sedang sangat mengkhawatirkan. Sejak COVID-19 mewabah, tidak sedikit perusahaan besar yang menutup sebagian unit usahanya. Belum lagi, kondisi tersebut diperparah dengan angka pertumbuhan ekonomi pada pertengahan 2020 yang mengalami resesi.
UMKM menjadi salah satu komponen bisnis yang ikut-ikutan terkena imbasnya. Padahal, menurut data dari IDX Channel, UMKM seharusnya ditargetkan mampu berkontribusi sebesar 18% terhadap perekonomian Indonesia pada 2020 hingga 2024. Bahkan, usai 2024, kontribusi UMKM diprediksi mencapai 30,2%.
Supaya dapat tetap eksis dan berkontribusi pada perekonomian negeri, UMKM harus mampu beradaptasi dan lihai melirik situasi. Di saat kegiatan di luar rumah mulai dibatasi, satu-satunya upaya yang dapat dilakukan adalah memaksimalkan transformasi menuju ke arah digital.
Hal tersebut merupakan poin besar yang disampaikan dalam Inspiring Business Talk dengan topik “Development and Innovation Strategy in Small Medium Enterprise”. Acara tersebut diselenggarakan oleh Program MM Universitas Prasetiya Mulya yang bekerja sama dengan Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (APRINDO) dan Komunitas Pengusaha Indonesia (KPI) pada Sabtu (19/9) secara daring melalui kanal Zoom.
Omnichannel Marketing
Roy N. Mandey selaku ketua umum DPP APRINDO, dalam sesi penyampaian materinya, mengatakan bahwa strategi yang paling relevan untuk membawa UMKM ke ranah digital adalah melalui omnichannel marketing. Apabila mengutip Verhoef et al. dalam Journal of Retail, omnichannel marketing adalah pengelolaan berbagai saluran pemasaran secara terpadu untuk mengoptimalkan pengalaman pelanggan dan performa seluruh saluran pemasaran yang tersedia.
Menurutnya, saat ini UMKM harus terbiasa dengan beragam saluran tersebut, seperti email, website, media sosial, content marketing & SEO, public relations, katalog, hingga pada digital ads serta fitur di marketplace dan WhatsApp.
“Karena dunianya sekarang stay at home, work from home. Jadi, kita harus menyapa ke pribadi mereka. Kita harus masuk ke smartphone-nya pelanggan,” jelas Roy. Menurutnya, di era seperti saat ini, mengharapkan pelanggan yang mengunjungi toko fisik sudah tidak relevan.
Inovasi Menjadi Kunci
Selain memaksimalkan berbagai saluran pemasaran, Roy menjelaskan bahwa UMKM juga perlu melakukan survival innovation. Ia memberikan contoh seperti meluncurkan varian produk makanan beku atau menyediakan fasilitas lantatur (layanan tanpa turun).
Manager, MM New Ventures Innovation Universitas Prasetiya Mulya, Dr. Prita Prasetya, sepakat dengan penjelasan Roy. Dalam dalam kesempatan yang sama, Dr. Prita menyebut bahwa inovasi tidak hanya berupa penciptaan value atau ide, tetapi juga dapat berupa kebaruan dari segi produk, proses, dan layanan.
“Tidak harus kita memiliki ide yang benar-benar baru, kita juga bisa melakukan improvement yang sudah ada,” terang Dr. Prita.
Lebih lanjut, Dr. Prita menjelaskan bahwa ada tiga hal yang menjadi bagian tak terpisahkan dari sebuah inovasi, yakni technology capability, product capability, dan pattern of consumption.
Dr. Prita menjelaskan bahwa technology capability berkaitan dengan kemampuan untuk mengadopsi teknologi baru atau mengembangkan teknologi yang sudah ada. Kemudian product capability membahas mengenai kesesuaian produk dengan kondisi terkini. Sementara itu, pattern of consumption berhubungan erat dengan perubahan pola konsumsi pelanggan, misalnya pola berbelanja secara daring selama pandemi.
Pengalaman Langsung
Christopher Sebastian, yang turut menyampaikan materi dalam Inspiring Business Talk, merasakan langsung bagaimana turbulensi pandemi terhadap dunia bisnis. Selaku Kabid HIPMI Jakarta Barat sekaligus CEO Makko Group, Christopher membagikan tips yang ia alami langsung guna membuat unit usahanya tetap beroperasi walaupun penuh tantangan.
Buat teman-teman UMKM yang dulunya tidak mau berkonsentrasi di medsos, tidak mau membuat medsos, tidak mau masuk di marketplace, sekarang mau enggak mau harus masuk. Kita tidak bisa lagi memaksakan bisnis kita hanya mau di offline.
Christopher, Kabid HIPMI Jakarta Barat sekaligus CEO Makko Group.
Namun, yang menjadi catatan, ketika UMKM masuk ke dalam marketplace, persaingan harga termurah merupakan hal yang tak terelakkan. Hal ini disebabkan oleh fitur filter berdasarkan harga yang disediakan oleh marketplace. Oleh karena itu, menurut Christopher, UMKM dapat menawarkan bundling sehingga pelanggan tidak membandingkan harga satuan suatu produk dengan produk lainnya.
Pertimbangkan Business Pivot
Yang tidak kalah penting di masa-masa sulit seperti ini, UMKM dapat mempertimbangkan business pivot. Begitu dihadapkan pada opsi merambah bisnis baru atau melakukan business pivot, Dr. Prita menganjurkan untuk melakukan opsi kedua.
“Karena dengan business pivot, hanya business model yang akan kita ubah. Inti produknya tetap sama. Kita perlu inovasi, tapi tidak keluar dari jalur bisnis utama. Ini akan lebih cepat daripada harus berinovasi dari awal. Selain lebih cepat, juga lebih hemat dari segi biaya,” sebut Dr. Prita.
Dr. Prita mengatakan bahwa strategi business pivot yang lebih detail adalah salah satu materi pembelajaran di Program MM Universitas Prasetiya Mulya. Di program ini, mahasiswa tidak hanya dipersiapkan untuk mengakselerasi bisnis, tetapi juga mampu merancang resolusi yang tepat apabila dihadapkan pada situasi krisis seperti saat ini.
Inspiring Business Talk (IB Talk) merupakan program yang digagas MM Prasetiya Mulya sebagai bentuk kepedulian terhadap kemajuan bisnis dan SDM Indonesia. Terbuka untuk umum maupun korporasi, mengundang Anda untuk menjadi kontributor selanjutnya. Silakan menghubungi MCR Prasetiya Mulya via telepon: 021-304-50-500 (Ext: 2013) atau email: florentina.theresia@pmbs.ac.id.
Add comment