Tahukah kamu, kegiatan penggundulan hutan dengan cara pembakaran atau penebangan dapat memicu kepunahan berbagai hewan? Di Indonesia sendiri, gajah sumatera, yang habitatnya dilahap oleh deforestasi, saat ini sudah berada pada status merah atau kritis. Dalam usaha memutar balik keadaan tersebut, Exelust (Executive Wanderlust), Student Activity Club (SAC) pecinta alam Prasetiya Mulya beraksi melalui gerakan 1000 Pohon untuk Bumi Pertiwi.
Dampak Pandemi Tidak Hanya Dirasakan Manusia
Berangkat dari Hari Gajah Sedunia (12/8) dan diakhiri pada Hari Pohon Sedunia (21/11), kampanye ini mengundang kepedulian masyarakat untuk berdonasi via kanal Kitabisa. Seluruh dana yang terkumpul dialokasikan untuk pembelian bibit pohon serta mendukung operasional Barumun Nagari Wildlife Sanctuary (BNWS), sebuah cagar margasatwa di Sumatera Utara yang mengalami resesi akibat pandemi.
“Kami ingin melakukan sesuatu yang real,” Kata Albie Pranandi, mahasiswa S1 Product Design Engineering dan Ketua Pelaksana 1000 Pohon untuk Bumi Pertiwi. “Selama pandemi, mungkin ada yang bilang kualitas udara membaik. Tapi itu hanya di kota besar aja. Nyatanya, deforestasi tetap berjalan di tempat lain, terutama Sumatera dan Kalimantan.”
Callie, Vice President Exelust, juga menekankan bahwa meskipun masyarakat telah menunjukkan simpati dampak COVID-19 kepada sesama, seperti frontliners dan pekerja informal, awareness terhadap isu lingkungan dan satwa masih kurang.
“Banyak hewan yang jadi tidak terurus dan kekurangan makanan akibat pandemi,” ungkapnya. “BNWS pun juga kesulitan karena biasanya, biaya operasional mereka datang dari ticketing pengunjung. Sedangkan sekarang sedang closed to public.”
Memantau Hingga Pohon Tumbuh Besar
Callie menyatakan bahwa utamanya, ia ingin niat baik dari kegiatan ini terjemahkan dan tersebar kepada masyarakat luas. Maka dari itu, ia cukup terpukau ketika menerima feedback yang melebihi ekspektasinya. Dari word of mouth, gerakan ini hingga terdengar oleh sebuah stasiun radio di Medan, yang mengundang Exelust untuk sharing dan memperluas jangkauan proyek. Dari hasil yang memuaskan tersebut, ia berjanji bahwa anggaran yang terkumpul tidak akan berujung sia-sia.
“Karena BNWS juga merumahi harimau, siamang, dan berbagai spesies lainnya, bibit yang kami beli bukan hanya untuk reboisasi, tapi juga dipastikan akan bermanfaat bagi pangan para satwa di BNWS,” Callie menjelaskan. Mahasiswi S1 Accounting ini juga mewakili Exelust untuk kegiatan penanaman bibit langsung di BNWS. Disambut hangat, BNWS bahkan menyediakan satu kawasan khusus untuk pohon pisang.
Tentunya, pohon tidak akan tumbuh dalam semalam. Oleh karena itu, meskipun donasi resmi ditutup, Albie dan Callie membenarkan bahwa sustainability kampanye harus terus dijaga. Penanaman bibit pun dilakukan secara bertahap, menyesuaikan dengan musim dan cuaca. Jika ada yang gagal, mereka akan menggunakan hasil saluran dana untuk bantu penggantian dan perawatan, sampai akhirnya goal 1000 pohon tercapai.
“Semoga, kalau pandemi selesai, gue dan anggota Exelust lainnya bisa mengunjungi BNWS juga hingga seluruh bibit tertanam,” Albie berandai. “Kalau bisa, kami akan pantau sampai pohon-pohonnya tersebut tumbuh besar! Ini relationship yang harus terus berlanjut, karena ada impact yang dihasilkan bersama. Jangan sampai berhenti di sini.”
Add comment