Ketika hendak membuang sisa makanan, cobalah pertimbangkan lagi. Menyumbangkan 8% dari total emisi gas rumah kaca dunia, sampah makanan atau food waste ternyata adalah salah satu kontributor terbesar global warming. Menurut Economist Intelligence Unit, setiap orang Indonesia membuang 300 kg sampah makanan setiap tahunnya. Dalam upaya mengatasi masalah ini, Universitas Prasetiya Mulya bergabung dalam IN2FOOD, sebuah proyek kolaborasi internasional antara konsorsium 8 perguruan tinggi di Eropa dan Indonesia.
Lolos Seleksi Ketat
Resmi dijalankan sejak 15 Februari 2021, IN2FOOD merupakan singkatan dari titel Resolving a Societal Challenge: INterdisciplinary Approach Towards Fostering Collaborative INnovation in FOOD Waste Management. Proyek yang akan berlangsung selama tiga tahun ini lolos seleksi pendanaan ketat dari EU Erasmus+ Capacity Building for Higher Education Programme, bertanding dengan lebih dari 1000 proposal proyek lainnya.
“Karena aktif berkolaborasi di tingkat nasional dan internasional dengan berbagai pihak, Prasmul diundang oleh salah satu konsorsium universitas, yakni Unpar (Universitas Katolik Parahyangan), untuk membuat proposal bersama,” cerita Pak Wisnu Wijaya, Ph. D, Faculty Member S1 Digital Business Technology (Software Engineering) dan Direktur Riset dan Inovasi Universitas Prasetiya Mulya yang merupakan IN2FOOD Partner Coordinator. “Sebelumnya, Prasmul sudah pernah membuat proposal riset di bidang sampah. Jadi kita bisa berkontribusi dengan pengalaman tersebut.”
Goal proyek ini adalah untuk mempromosikan food waste management pada masyarakat Indonesia dengan edukasi, riset, dan kolaborasi. Hal ini direalisasikan melalui beberapa objek interdisipliner spesifik, yakni course modernisation, kegiatan co-curricular, perancangan kurikulum, serta pembangunan research center.
Modernisasi mata kuliah dan kegiatan mahasiswa menjadi aspek penting dalam mengembangkan agen perubahan dari perguruan tinggi. Selain memperbarui beragam mata kuliah untuk bantu memahami perilaku masyarakat perihal food waste, mahasiswa juga akan berinteraksi dengan figur publik, industri, dan akademisi.
“Kita sekarang sudah semakin global, networking pun semakin kuat,” Pak Wisnu menjelaskan. “Oleh karena itu, kita perlu melakukan modernisasi dan internasionalisasi dalam proses belajar-mengajar.”
Peran Prasmul
Sebagai Coordinating Partner, Pak Wisnu sudah terlibat dalam pembuatan proposal sejak awal. Setelah proyek ini mendapatkan lampu hijau, Pak Wisnu juga bertanggung jawab dalam merumuskan kontribusi, menunjuk peneliti, serta mengelola seluruh aktivitas di bawah Prasmul.
“Expertise yang kita tawarkan adalah bidang teknologi digital, jadi berkaitan dengan data analytics, user experience, serta pengembangan web dan mobile,” ungkap Pak Wisnu.
Selain itu, Prasmul pun akan berperan dalam penyusunan kurikulum program S2 serta pengembangan pusat riset unggulan, yang berencana akan hadir pada akhir tahun 2022. Kontribusi ini akan fokus pada penggunaan teknologi dan dampaknya terhadap perilaku food wasting masyarakat. Bekerja sama dengan pakar dan stakeholder yang berpengalaman, Pak Wisnu menyatakan bahwa IN2FOOD menjadi kesempatan untuk saling belajar sekaligus mencari insight solusi food waste.
“Melalui proyek ini, kami berharap bisa memberikan kontribusi nyata dan dampak jangka panjang pada masyarakat luas,” Pak Wisnu menerangkan. “Dengan mendorong perilaku makan yang sehat dan bertanggung jawab, kita bisa memberikan solusi terhadap food waste, sekaligus mencegah perubahan iklim dan meningkatkan kebersihan lingkungan.”
Kami sangat tertarik dan memang menjadi kerisauan kami sejak lama untuk limbah makanan ini. Selain melakukan edukasi membangun perilaku makan penanganan sampahnya perlu diperhatikan serius. Sejauh ini belum terlihat terobosan pemerintah untuk hal ini. Semoga sukses dan berdampak nyata.