Salah satu hal yang menjadi challenge para fresh-graduates adalah mencari pekerjaan. Mulai dari menyempurnakan CV dan cover letter, menyampaikan lamaran dan seleksi, sampai culture shock ketika pertama kali bekerja. Penyaringan pun kian ketat, sebagaimana studi di Hongkong menegaskan, bahwa proses rekrutmen kini menjadi langkah yang paling krusial bagi perusahaan.
Sebagai institusi pendidikan yang memerhatikan kemajuan karier para lulusannya, School of Applied STEM Universitas Prasetiya Mulya berusaha menyeimbangkan pembelajaran teoritis dan praktis, lewat Program Co-operative Education. Kira-kira, bagaimana program kuliah-kerja ini mempersiapkan Prasmulyan ke jenjang profesional nanti? Yuk, simak bersama keempat fakta menarik program Co-op berikut!
Proses Kuliah yang Optimal
“Cooperative education is taking on new importance in helping young people to make the school-to-work transition.”
Canadian Association for Co-Operative Education
Sistem Co-op Education sendiri, rupanya sudah ada sejak tahun 1900-an. Bermula di University of Waterloo, Kanada, program ini sudah menyerap sekitar 22.000 mahasiswa di 65 negara. Sayangnya, sistem serupa masih jarang dijumpai di Indonesia. Karena itu, School of Applied STEM Prasetiya Mulya mulai mengaplikasikan pada tahun 2017, melalui program studi S1 Business Mathematics.
Lalu, apa bedanya program Co-op dengan perkuliahan reguler? Di Co-operative Education, selama 2 semester penuh, mahasiswa melakukan praktik kerja. Sementara, pembelajaran kelas reguler akan dialihkan ke semester pendek.
“Ketika kita mengikuti program Co-op, berarti di semester 5 dan 7 itu akan full magang. Kita perlu ekstra effort untuk mengejar materi dalam waktu yang singkat,” papar Sukma Aryanti, mahasiswi yang mengikuti program Co-op.
Belajar sambil Bekerja, Bekerja sambil Belajar
Kalau kamu berpikir, dalam magang mahasiswa hanya akan melakukan low value-added activities seperti membuat kopi ataupun mencetak dokumen, jangan khawatir! Di Co-op Education, mahasiswa akan melakukan pekerjaan profesional, yang disesuaikan dengan bidang studi masing-masing. Alhasil, teori yang diajarkan selama di kelas tidak akan menjadi bayang-bayang saja, tetapi benar diwujudnyatakan.
“Di semester satu, kita sudah diminta untuk melakukan on-the-job training untuk mengenal dunia kerja,” cerita Sukma, yang memperoleh kesempatan magang sebagai Consulting Intern. “Dalam arti, di semester 1 kita sudah bisa tahu relasi dari teori yang dipelajari dengan industri sekarang,” sambungnya.
Hal ini yang membuat para mahasiswa, memiliki head-start berupa bekal pengalaman kerja 1 tahun penuh, bahkan sebelum sarjana.
“Menurut aku penting banget mengenal dunia kerja sedini mungkin, biar kita nggak shock sama kerasnya dunia kerja.”
Sukma Aryanti, yang berkesempatan bekerja di PT. International Data Corporation (IDC)
Asah Hard Skills, Tambah Soft Skills
Proses mengikuti Co-op sendiri tidak singkat. Dimulai dari pembuatan Curriculum Vitae (CV) dan Cover Letter (CL), mengikuti interview, hingga diterima ke perusahaan yang bersangkutan, semua dibekali secara penuh oleh kampus. Namun, selain memiliki dasar melamar pekerjaan profesional yang baik, mahasiswa juga tentunya harus mengasah skills yang dibutuhkan saat bekerja nanti.
Sebut saja hard-skills, keterampilan nyata yang berkaitan dengan job description dan jurusan yang ditekuni. Sebagai contoh, Sukma yang adalah mahasiswa S1 Business Mathematics, memiliki kemampuan dalam bidang coding, analisis, dan juga analytical softwares seperti Google Analytics.
Tak hanya itu, mahasiswi asal Bali itu juga menyebutkan, bahwa time management, komunikasi, networking, serta leadership merupakan sedikit dari banyaknya keterampilan esensial yang berhasil diasah. “Aku nggak cuman temenan sama yang dari jurusan aku atau dari STEM aja, tapi juga dari marketing, atau ilmu komputer. Pertemanannya jadi semakin beragam!” ungkapnya.
Bekerja di Luar Negeri? Bisa!
Jika kamu ingin bekerja di luar negeri atau perusahaan multinasional, program Co-op ini juga dapat membantumu!
Universitas Prasetiya Mulya sendiri menjalin kerjasama dengan berbagai mitra perusahaan sebagai perpanjangan tangan, di dalam dan luar negeri. Dengan ini, mahasiswa dapat dengan leluasa memilih jalur profesional yang diinginkan. “Contohnya, PT. International Data Corporation (IDC) ini benar-benar pilihan aku sendiri. Kemarin ada juga teman aku, Bianca Tamara, yang apply magang di Nairobi, Kenya,” papar Sukma.
Mahasiswa yang memperoleh predikat Duta Hijau Bali 2019 ini juga berbagi, “Kalau mau bekerja di luar negeri, bisa mulai mencari perusahaan yang bisa remote-working. Tapi jangan lupa, bisa jadi ada perbedaan waktu dengan Indonesia.”
Ingin tahu lebih dalam soal program Co-op Education di School of Applied STEM Prasmul? Ikuti info terbarunya di sini!
Add comment