Passionate dan resilience merupakan dua kata yang amat menggambarkan sosok President Director PT. Arthaguna Cipta Sarana berikut, Safitri Siswono. Usai mengampu studi S1 Engineering, panggilan untuk berbisnis dituangkan oleh lulusan MM Prasetiya Mulya tersebut melalui perusahaan keluarga yang bergerak di bidang investasi, perhotelan hingga pariwisata, sebagian kecil diantaranya adalah Kopi Kayangan di Ciseeng, Kledung Park di Temanggung, Radisson Hotel di Batam, serta Cipta Hotel di berbagai daerah di Jakarta.
Meski terdengar mulus, melanjutkan usaha yang sudah berjalan sembari membangun bisnis baru bukanlah perkara mudah. Terlebih, sebagai pegiat bisnis di salah satu industri yang paling terdampak di masa pandemi, Safitri turut mengalami berbagai kondisi dilematis. Karenanya, lewat Sharing Session & Info Session for MM Programs pada 22 Juli 2021 lalu, begini jawaban Safitri seputar 5 pertanyaan krusial bagi pebisnis tangguh!
Pandemi, Bagaimana Menghadapinya?
“Semua orang yang hidup sekarang belum pernah ada yang mengalami pandemi ini,” pungkas Safitri. Usaha Lembah Cisadane gagasannya yang baru dibuka di tahun 2019 saja, harus tutup karena wabah virus COVID-19 setelah 4 bulan berjalan. “Saya pikir paling seminggu, jadi saya bilang tutup saja. Rupanya dari satu minggu, jadi dua minggu, jadi satu bulan, saat itu saya mulai panik,” lanjutnya.
Namun bagi Safitri, esensi berbisnis adalah satu: pemasukan harus lebih besar dari pengeluaran. Ketika yang terjadi adalah sebaliknya, pebisnis perlu hati-hati. Karenanya, wanita yang kerap membagikan ilmu berbisnisnya sebagai dosen ini segera mengunjungi kecamatan setempat untuk mencari solusi. “Waktu itu saya jadi tahu, restoran outdoor boleh buka,” ujar Safitri menemukan insight baru. “Daripada karyawan saya kehilangan pekerjaan, win win solution saat itu adalah investasi untuk buka tempat baru,” tuturnya dengan berani.
Alhasil, di tengah hiruk pikuk pandemi, ia membuka Kopi Kayangan, yang tak sampai satu tahun, berhasil balik modal. Berkat media sosial, kedai kopi di daerah Lembah Cisadane ini pun menjadi tujuan gowes pada pesepeda dari BSD dan banyak tempat lainnya.
Bagaimana Mengurusi Bisnis Sebanyak Itu?
Ibu dari Arkana Regawa ini mengakui, usaha akan menjadi bagian dari hidup, identitas, bahkan hembusan nafas bagi seorang pebisnis. “Me-manage industri sebanyak ini adalah salah satu ilmu yang saya dapat dari Prasetiya Mulya,” tutur Safitri. Bagaimana tidak, di situlah anak dari Siswono Yudohusodo ini mulai dekat dengan laporan keuangan, rasio, dan cash flow. “Itu sangat membantu kita untuk mengerti usaha. Dan along the way intuisi akan terasah, untuk tahu ketika ada angka-angka yang disembunyikan, bagaimana me-retain orang, sampai mengerti bahwa setiap bisnis punya nature untuk panen dan turun yang berbeda-beda,” lanjutnya.
Tak hanya seputar bisnis, Safitri turut berbagi tips mengatur waktu pribadi sebagai morning person, “Setelah bangun jam 5 pagi, saya selesaikan semua yang harus membutuhkan ide dan pemikiran sebelum 1 siang. Setelah itu baru saya lakukan hal-hal yang sifatnya networking, meeting, dan review sesuatu.”
Mengapa Bertekad untuk Berbisnis?
“Saya bisa bilang berbisnis itu memang harus panggilan jiwa. Bahkan bukan bisnis saja, tapi profesi apapun,” kata Safitri. “Dalam berbisnis saya pernah kehilangan mobil dan rumah. Bukan berarti juga kehidupan profesional saya selalu mulus. Tapi selama sudah panggilan jiwa, walau gagal, kita tidak akan menyerah,” sambungnya.
Seberapa Pentingkah Business Plan?
“Iya, perlu business plan, apalagi bisnis yang besar,” katanya. Safitri menjelaskan, “Yang kami gunakan juga sangat mirip seperti di Prasetiya Mulya, namun karena saya saya itu engineer at hard, saya lebih berfokus pada operasional dan keuangan. Tapi bagaimanapun, itu penting karena salah satunya ada alokasi karyawan, yang mana itu akan membutuhkan cost.”
Lalu, Apa Tips Menjadi Pemimpin Tangguh?
Tutur pemilik Jakarta Design Center tersebut, “Pertimbangan itu perlu, tapi harus berani dan decisive.” Seperti dirinya yang dahulu mengambil keputusan melakukan investasi baru, mau tidak mau, investasi tersebut harus kembali. “Mengapa? Karena belum pernah ada yang mengalaminya, sehingga menunggu sampai keputusan bulat 100% tidak akan bisa,” tutur Safitri.
Baginya, keputusan tidak harus benar, tetapi yang terpenting, harus bertanggung jawab. “Kalau ternyata keliru, ya kita mencari solusi,” ungkap Safitri menampik sifat takut akan kegagalan. Pun baginya, pemimpin perlu menyerap energi negatif dari karyawan. Ketika karyawan merasa takut, pemimpin tidak boleh takut, melainkan memberikan keberanian.
Ingin memperoleh insight esensial lainnya seputar berbisnis? Ikuti Info Session Prasetiya Mulya yang dapat Anda update melalui Instagram @pmbs_id!
Add comment