Kehidupan perkuliahan Felicia Dewanto boleh saja baru dimulai tahun lalu, tetapi ia sudah mendapatkan banyak insight tentang leadership, mengatur uang, dan mengasah kreativitas. Dari mana mahasiswi S1 Business 2021 Prasmul ini mendapatkan semua pengalamannya? Yuk duduk lebih dekat dan simak pengalaman Felicia!
Young in Age, Rich in Experience
Sejak SMP dan SMA, Felicia sudah akrab dengan struktur dan alur kerja organisasi. Entah itu bergabung bersama OSIS, atau berpartisipasi di kepanitiaan, gadis asal Jakarta ini giat mengumpulkan pengalaman dan bergumul dengan kepemimpinan.
Dari sana, ia mulai mengerti kalau ketua itu tidak hanya berkisar pada membuat keputusan. “Ada kalanya kita harus di posisi abu-abu,” kata sang alumni SMA Gonzaga Jakarta. “Kita bisa aja belajar hal-hal baru. You’ll find this out once you are in the real situation.”
Kata-kata ini lalu terbukti secara nyata saat Felicia menginjak kelas 11. Sebagai remaja pada umumnya, Prasmulyan satu ini juga pernah punya pikiran naif: tidak menabung sejak dini dan tidak bisa mengatur keuangan. Krisis pun melanda – ia sempat tidak mendapatkan pasokan uang saku dan kelabakan dibuatnya.
Untung saja, mindset sang gadis tidak keberatan mengalami kesulitan dan kegagalan. Berangkat dari kesalahan tersebut, mahasiswi yang disapa Felis ini lalu memaksa dirinya untuk belajar dari situasinya dahulu.
“Gue dulu baca Rich Dad, Poor Dad.” cerita Felis, “Dan di sana, ada quote yang bilang kalau kita nggak bisa diem aja – kita harus melakukan sesuatu!”
Dan di sinilah cerita karier seorang Felicia Dewanto dimulai. Kurang lebih satu tahun kemudian, berbekal pengetahuan financial management yang dipetik dari berbagai macam buku yang ia lahap, ia nekat mendaftar program Youth Ambassador by Ternak Uang September lalu, demi mendalami dunia finance and investment.
“Waktu itu gue harus upload video edukasi keuangan durasinya 1 menit di Instagram. Nah, fun fact, waktu itu udah ada 600-an yang upload.” Felicia yang dulu juga aktif di media sekolahnya tertawa. “Kemudian terpilihlah top 100. Terus habis itu tahap Focus Group Discussion untuk dipilih 30 orang yang akan diwawancarai co-founders.”
Sekalipun sempat terintimidasi dengan banyaknya kompetitor, Felis berhasil menembus dan menjadi salah satu dari 20 orang yang menyandang titel Youth Ternak Uang. Tantangannya pun tidak berhenti sampai di sana. Selama menjadi Youth Ternak Uang, ia harus mencari sejuta cara untuk menarik interest anak muda ke dunia finansial dan meningkatkan literasi mereka. Belum lagi, menjadi content creator itu harus melakukan semuanya dengan cepat dengan proses yang runut.
Melalui kesibukan hari-harinya, Felis merasa senang karena dipertemukan dengan orang-orang yang like-minded, hingga sekarang pun ia menyalurkan minatnya di bidang finance and investment yang dikemas dengan kreativitas melalui konten-konten Ternak Uang, salah satunya sebagai talent di video YouTube berjudul “Umur 20-an Udah Jadi Sultan?” juga konten edukasi TikTok dan Reels Instagram Ternak Uang lainnya.
“Yang buat gue seneng banget itu karena lingkungannya, bisa kerja dengan orang yang connect (nyambung) sama gue banget.”
Execution is Everything!
Selain di Ternak Uang, Felis juga menyalurkan kesenangannya dalam membuat konten di Coffee Meets Stock dan yang paling penting, berkuliah. Selama satu semester lebih merasakan perkuliahan di Prasmul, perempuan ENFP (Extraverted, Intuitive, Feeling, and Prospecting) ini mengaku betah dengan jalan hidup yang ia pilih.
“Menurut gue, bisnis itu ilmu yang bakal selalu kepake apapun keadaannya. Whatever you’re doing, to make it economically work, you have to understand the business system.” Felicia membuka alasan memilih untuk belajar bisnis. “Framework yang dibangun di jurusan Business tuh bagus banget. Karena hampir tiap matkul mengharuskan kita bikin project, project, project, turun ke lapangan, survei. Jadinya mindset kita nggak berhenti ngerti di teorinya aja, tapi juga harus execute any opportunities.”
Felis yang dulu di SMA pun bukan Felis yang sekarang. Kalau dulu ia lebih fokus ke angka nilai yang tinggi, sekarang ia lebih berpusat ke seberapa jauh ilmunya bisa dipakai di dunia nyata, lebih-lebih di pekerjaannya.
Add comment