Ini Panutanku, Mana Panutanmu?
Setiap dari kita pasti punya setidaknya satu sosok yang menginspirasi. Bagi Farel, orang tersebut adalah dia yang namanya tersohor di dunia teknologi dan desain. Bisa coba tebak siapa? Benar–sosok tersebut adalah Steve Jobs.
“Suatu saat waktu SMA, gue stumbled upon buku biografinya Steve Jobs yang ditulis oleh Walter Isaacson.” Dari paragraf ke paragraf, dari kaver ke kaver buku, pemuda asal Jakarta ini menyerapi sosok pria di balik logo apel tersebut. Semakin ia baca, semakin ia yakin pula bahwa Steve Jobs merupakan sosok yang patut untuk diidolakan. “Steve Jobs adalah orang yang sangat kreatif; ia bukan hanya memerhatikan estetika, tetapi juga bahwa sebuah produk itu harus benar-benar fungsional dan dibutuhkan oleh masyarakat. Atau, produk itu yang benar-benar sangat diinginkan orang, sehingga orang itu nggak akan kebayang kalau produk itu nggak ada di dunia ini.”
Meski sejak muda Farel menaruh minat pada desain dan teknik, semakin dalam ia mengulik profil Steve Jobs, semakin termotivasi pula ia untuk terjun ke dunia yang meleburkan sains dan seni. “Gue jadi pengen bikin produk yang meaningful buat masyarakat. Itu awal mula kenapa gue interested sama desain produk.”
Bringing Bright Future with Bryte
Setelah menelusuri minatnya, mahasiswa yang pernah bekerja sebagai barista ini membagi cerita tentang perjalanan di Prasmul. Awal mula kisahnya sebagai Prasmulyan sendiri bukan sesuatu yang mulus. Sang UI/UX Designer bahkan sudah menemui rintangan pertamanya bahkan sebelum resmi masuk kampus.
“Thankful sama Prasmul. Saat lolos tes seleksi, keluarga gue mengalami krisis finansial–waktu itu nggak sanggup bayar SPTnya. Gue memutuskan untuk memberanikan diri ke kampus untuk mencapai solusi gimana nantinya bisa mengangsur SPT.”
Namun, ibarat pepatah yang mengungkapkan akan ada cahaya di ujung terowongan, pelan-pelan, perjalanan mahasiswa angkatan 2018 ini mulai naik dan membaik. Bahkan, ia masih mendapatkan support Prasmul dalam proyeknya bersama teman-temannya: Angel, Dennis, Bilal.
Dari yang mulanya proyek yang akan dilombakan di Innofair. Bersama, mereka mendirikan Bryte, sebuah platform yang bertujuan untuk membuat pengalaman perkuliahan lebih mudah dan nyaman. Ternyata, Dekan School of Applied STEM, Prof. Yudi Samyudia melihat potensi tinggi dalam ide Farel dkk dan memutuskan untuk berinvestasi dalam ide tersebut.
Sampe sekarang pun, bahkan ketika gue punya sebuah ide produk, itu juga diinkubasi, dibantu untuk dibuatkan PT, diberikan tim IT untuk develop si Bryte. Jadi kesempatan yang ditawarkan oleh Prasmul ini sangat membantu.
Farel Julian Suryadi
Empat Kaki Meja: Balancing Bryte, Magang, Kuliah, dan Gudang Kerja
Di samping kesibukannya sebagai Co-Founder Bryte, Farel juga berkecimpung di beberapa kegiatan lain. Tentu saja yang utama adalah kewajibannya sebagai mahasiswa tingkat akhir: mengerjakan tugas akhir dan menunaikan tugas kerja magang di Festivo. Farel juga memegang Gudang Kerja. Menjalankan keempat-empatnya tentu saja menjadi tanggung jawab dan tantangan tersendiri.
“Lumayan pontang-panting sih,” aku sang pemuda yang suka bermain gim. “Setiap hari ngerasanya ada di permukaan air, staying afloat . Mungkin selama ini berjalan baik karena ada beberapa perubahan yang gue coba lakukan. Contohnya, sekarang gue suka banget pake Google Calendar untuk jadwalin kegiatan lebih detail, dari jam berapa sampai jam berapa, melakukan apa.”
Resep dari membangun empat kaki meja tersebut adalah manajemen waktu, kerja keras, dan disiplin. Disiplin menjadi sorotan, sebab terkadang ketika terdistraksi, kita malah jadi longgar terhadap diri sendiri. “Distractions itu kalau diakumulasikan bisa jadi 3 jam sendiri yang bisa kita gunakan untuk lebih produktif.”
Itulah mengapa, menurut salah satu Prasmulyan PDE angkatan pertama ini, penting sekali untuk fokus dan istirahat sesuai jadwal.
Istirahat juga sangat penting. Buat gue contohnya, main gim. Di saat itu kita bisa refreshing, tapi di waktu yang ditentukan.
Farel Julian Suryadi
Add comment