Setiap orang pasti punya momen before-after mereka–Lisabel Lim pun tidak luput dari kejadian ini. Seperti dalam perjalanan kuliahnya di Prasmul, yang membantu membukakan horizon lebih lebar soal pandangan tentang hospitality business.
“Hospitalitas sama dengan perhotelan.” “Orang-orang di industri ini pasti bekerja sampai malam dan pekerjaan mereka hanya berkaitan dengan kamar hotel.” Apakah kamu familier dengan pandangan-pandangan tersebut? Nah, meski tumbuh besar dengan pandangan semacam itu, hal tersebut tidak menghentikan sang Prasmulyan angkatan 2017 untuk melirik dunia pariwisata dan turisme sebagai jalurnya dalam menempuh pendidikan tinggi.
“Sempat nyari-nyari beberapa kampus juga, nemunya lebih banyak vokasi atau terapan, bahkan banyak yang menawarkan langsung konsentrasinya, misalnya tata boga. Tapi jadi kan, bener-bener belajarnya di kitchen doang, dan manajemennya cukup paham aja. Nah, gue pengen sesuatu yang lebih,” tutur Lisabel.
Itulah yang memotivasi gadis asal Padang tersebut, sampai akhirnya menemukan tempat yang ia rasa tepat untuk mengembangkan dan menggapai cita-citanya: S1 Hospitality Business Prasmul.
Level Up, Buttercup!
“Menurut gue setiap semester di Hosbus tuh beda warnanya,” buka gadis yang hobi berkuliner dan berbisnis itu. Selama berkuliah, Lisabel merasa bahwa tiap tahunnya, ada sense of leveling up yang hadir pada tiap pembelajaran.
Ia mengambil contoh tahun pertama di S1 Hospitality Business yang banyak berfokus pada bidang food and beverage (F&B). Operational kitchen and service management menjadi topik besar yang dipelajarinya saat itu. “Kita nggak cuma tahu cara masaknya aja, tapi juga supply-nya, food accounting-nya. Begitu mau bikin menu, gimana menetapkan harga juga diajarin. Sesudah itu, harus pikirin konsepnya gimana dari sudut pandang consumer behaviour atau branding.” Gadis yang bercita-cita menjadi konsultan pariwisata itu berbagi pengalamannya.
Di tahun kedua, materi perkuliahannya naik level. Jika dulu di tahun pertama cakupannya bisa dibilang “mikro”, kini Prasmulyan S1 HosBus akan diajarkan mengenai satu entitas hotel yang multidimensional. “Kan ada banyak sisi selain restorannya. Ada room, laundry, dan lain-lain. Kita diajarin lagi, room management itu seperti apa dan dapet tuh workshop buat making bed, toilet maintenance.” Pembelajaran secara praktik juga menjadi kunci utama dalam pengalaman Lisabel. Di samping merawat fasilitas hotel, ia juga belajar aspek manajemen sebuah hotel dari sisi keuangan dan legalitas. “Karena prinsipnya, kalau mau punya bisnis (di bidang hospitality), kita harus tahu dasar-dasarnya biar lu nggak diakal-akalin sama orang lain.”
“Jurusan gue tuh sebenernya encourage orang-orang buat punya bisnis di bidang wisata – dari food and beverage, cafe, hotel, ataupun tourism site. Di sini gue bisa lebih memanfaatkan fasilitas dan resources yang ada dan belajar banyak banget.”
Lisabel Lim
Semakin Banyak, Semakin Tahu
Apakah kamu salah satu orang yang bingung dengan passion dan minat-bakatmu? Nah, Lisabel punya taktik yang mungkin bisa diterapkan saat mengeksplor kemampuanmu selama perkuliahan:
“Gue ikut beberapa kepanitiaan karena kita bisa belajar sesuatu yang mungkin nggak akan bisa didapat dari proses belajar akademik,” tutur gadis yang juga akrab dipanggil Cing ini. Namun, kepanitiaan yang dimaksud oleh Lisabel, bukan hanya dengan status bergabung, karena ia menganjurkan untuk mengeksplorasi minat bakat melalui peran-peran di dalam sebuah tubuh organisasi dan kepanitiaan.
“Misalkan, gue gabung (divisi) PR di Art Week, terus di Talent Fair di (divisi) Sponsor. Gue dapet skills baru yang nggak akan diajarkan melalui akademik,” jelas Lisabel. Dari belajar sebagai anggota hingga akhirnya menjadi koordinator, kemampuan Lisabel terasah di lapangan. “Bisa dapet exposure-nya sendiri–ternyata gini lho, caranya buat approach klien-klien dari perusahaan, cara cold-calling gimana, atau dikenalin susun MoU.”
“Jadi jatuhnya bukan kayak hobi, tapi bisa nyobain divisi-divisi lain terus perannya beda-beda, dan semoga bisa ketemu cocoknya dimana. Misalnya, lebih pas di strategic nih, mungkin nggak cocok bidang teknis, dan kita tau ketika coba sendiri kan? Mumpung masih kuliah, manfaatkan kesempatan yang ada!”
Compete to Complete
Perempuan yang pernah berkecimpung dalam pengembangan MBloc ini juga menyebut lomba sebagai salah satu hal yang membuka wawasannya lebar-lebar.
Pada tahun 2019, Lisabel mengikuti lomba AFECA Asia Youth MICE di Manila bersama dengan teman-temannya. Dengan membawa ide menjual komoditas konsep wellness di Bali dan upaya mempopulerkan blockchain dalam ide bisnis, Lisabel dan tim berhasil menyabet gelar Juara Pertama dan Most Popular Team.
Penasaran bagaimana Lisa dan teman-teman menyusun resep kesuksesan mereka? Ternyata ada beberapa hal yang sangat memengaruhi kinerja mereka saat berlomba!
- Tim yang diverse
“Menariknya lomba, apalagi lintas jurusan dan lintas angkatan gini, kita tuh jadi kayak dapet perspektif lain. Di proyek ini, ada anak Event, gue yang HosBus, dan satu lagi anak Branding. Perspektifnya saling melengkapi.”
- Lingkungan kampus yang suportif
“Kalau mau lomba, di Prasmul pasti di-support banget sama dosen-dosennya. Waktu itu, kita dibantuin sama Learning Centre Prasmul. Jadi ada Pak Sukasah sama Bu Dwi, mereka ngebacain skrip presentasinya kita, memberikan saran penyampaian materi. Terus, dosen-dosen kita per jurusan sampai mendatangkan orang-orang penting di bidang MICE–bahkan ada profesor dari luar negeri di bidang MICE–untuk menjadi “juri” yang bisa memberikan kita second opinion. Menurut gue kita bisa menang karena itu, karena didukung banget sama kampus. Kalau bisa, semua resource didatengin!”
- Time management
“Set prioritas. Dulu ya, gue prioritasnya kuliah dan karena lomba ini makan waktu banget, sampai riset turun lapangan ke Bali, gue memprioritaskan ini juga. Jadi sementara gue ngurangin waktu buat main sama temen-teman.”
Add comment