Setelah dua tahun “cuti” dari perhelatan bazaar di Jakarta, acara tahunan yang digelar dan diinisiasi oleh mahasiswa-mahasiswi Universitas Prasetiya Mulya, Pop Up Market, kembali lagi setelah restriksi pandemi dengan gebrakan-gebrakan baru.
Back with a Bang, with Fresh Concepts
Lembaran baru, saatnya membuat konsep baru! Logo biru bulat legendaris bazaar lokal ini kembali lagi. Dan tidak hanya di bulan November ini, tetapi juga selama bulan Juli lalu.
Mengambil konsep open space di KALA, Kalijaga, sebagai activation, prelud acara yang bertajuk Setting the Steps ini mengundang lebih dari 28 tenants untuk bergabung. Tidak hanya itu, Pop Up Market juga mengambil konsep collective walk in closet atau concept store, dimana semua produk tenant dikumpulkan dalam satu spot dan pengunjung bisa mencoba baju, aksesoris, dan produk-produk lain dari brand lokal yang digandeng. Siapapun yang datang, melihat, nanti akan bisa mencoba dan membeli produk yang mereka inginkan.
“Untuk activation-nya menurut gue tuh jenius banget. Jadi setiap brand dikumpulin bersama produk-produknya ke satu area. Jadi, orang-orang yang dateng bisa langsung cek ke satu area itu dan bisa langsung coba juga produknya.” – Stefano, Rude Basic
“Kita bisa mendapatkan customer baru dan exposure yang lebih baik dengan mengikuti bazaar seperti ini. Dan juga kita bisa lebih dikenal mungkin di kalangan anak kuliahan. Pop Up juga nggak menarik crowd hanya anak kuliahan, tetapi juga menarik (segmen) crowd lain cukup banyak.” – Jeffry, Wear Limited Studio
Tidak mau ketinggalan build up hype acara ini, Pop Up Market juga menyusun acara mini vlog dengan kawan-kawan KOL seperti Kayla Salsabila dan Maymana Azzahra untuk mengenal lebih dekat tentang mereka.
Bazaar yang Menggugah Pancaindera Manusia
Event yang kembali diadakan offline sudah biasa, tetapi event yang kembali bersama dengan gebrakan baru menjadi sebuah keharusan untuk kembali berinteraksi dengan calon pembeli. Nah, Pop Up Market juga membawakan konsep segar bersama bazaar mereka, yaitu aktivasi yang menggunakan pancaindera manusia. Dengan tajuk “A Five Senses Experience Bazaar”, Pop Up Market membawakan pengalaman baru dalam mengunjungi bazaar dengan meng-highlight tiap indera. Tiap produk dari brand dan kreator lokal yang berpartisipasi berkesempatan untuk unjuk karya mereka di sudut-sudut ini:
A Step to the Taste Box
Terinspirasi dari fortune cookies, A Step to the Taste Box akan menentukan “nasib”mu. Di sini, ada berbagai macam kartu yang bisa diambil dan kamu bisa mendapatkan “nasib baik” alias diskon dari tenant yang berpartisipasi. Makan enak, memanjakan lidah, ditambah dengan diskon. Sebuah kenikmatan, indeed!
A Step to Scent Station
Buat para pecinta parfum, ini adalah surga untuk menemukan hidden gem brand lokal. Ditata sedemikian rupa, parfum-parfum racikan ini menunggu kamu untuk mencari signature scentmu.
A Step to the Museum
Siapa bilang bazaar hanya untuk belanja? Di aktivasi indera penglihatan ini, Pop Up Market memajang karya seni yang dikurasi Dozens Studio. Pengunjung bisa berbelanja dan mengapresiasi buatan seniman-seniman lokal.
A Step to the Studio
Buat fashionista yang belum yakin mau belanja atau tidak, ini tempat yang tepat. Dengan menggunakan konsep walk-in closet, pengunjung bisa mencoba berbagai macam baju brand lokal yang stylish dengan aneka ragam bahan.
A Step to the Sound District
Pecinta musik, merapat. Tahukah kalian, banyak sekali para musisi dan produser lokal yang underrated di Indonesia? Nah, A Step to the Sound District akan menemani pengunjung dengan ambience karya-karya yang diputar.
Supporting Local Brand, Supporting Sustainability
Kalau kamu suka menyusuri wadah bagi para local brand untuk bersaing, kamu pasti menyadari kalau banyak sekali keunikan dari masing-masing tenant sekalipun mereka bergerak di tujuan yang sama.
Kini tidak jarang bisnis yang mengupayakan sustainability dalam praktik operasional dan produksinya. Di Pop Up Market, ada satu segmen tenant tersendiri yang khusus berkembang di bidang thrift atau preloved. Memberikan kesempatan kedua pada barang-barang bisa mengurangi limbah, lho. Dan upaya ini tidak hanya ada berwujud berjualan thrifted goods.
Salah satu brand yang bergabung dalam keseruan Pop Market, Control New (Ctrl+N), menjual barang-barang yang polanya unik dan berbeda satu dari yang lain. Mengapa?
“Kita memanfaatkan limbah sisa kain perca sebagai bahan utama tas, kemeja, dan aksesoris lainnya.” ujar Afif, sang business owner Ctrl+N. Alasan itulah yang membuat konsep nama brand mereka, yang merujuk ke perintah membuat file baru di komputer, mereka juga membuat sesuatu yang baru dari apa yang ada dan terlupakan.
Tidak hanya memerhatikan lingkungan saja, ada tenant lain yang melirik kesejahteraan hewan: Hooman. Bisnis yang berasal dari Surabaya ini mengaku bergabung dengan Pop Up Market untuk mengenalkan brand mereka ke customer-customer baru. “Sekalian untuk menjelaskan, konsep Hooman ini kita kaos, tapi bordirannya hewan, seperti anjing, kucing, lumba-lumba. Setiap penjualan, 10%nya akan didonasikan ke shelter.” jelas perwakilan dari Hooman.
Selain menawarkan brand value yang unggul masing-masing, para brand lokal tentu saja menghadirkan antusiasme dalam berpartisipasi di Pop Up Market. Semoga dengan acara-acara seperti ini, semangat para entrepreneur tetap membara dan terus maju dalam inovasi dan kreativitas, ya!
“Ke depannya kita juga akan memberikan banyak kesempatan untuk para pelaku UMKM untuk membuka bisnis di dalam mal agar kita tidak cuma mendatangkan brand-brand internasional saja. Semoga acara ini tetap menjadi semangat para entrepreneur agar bisa berbisnis dan bersaing secara sehat.”
Harapan perwakilan Kuningan City kepada Pop Up Market di masa yang akan datang.
Add comment