Kreativitas tanpa batas, sambil memupuk prestasi dan pengalaman bukan suatu hal yang tidak bisa dicapai. Jika ada niat, maka akan ada jalan untuk menjaga semangat membara dalam berinovasi dan berkreasi. Simak kisah Medelyn Angel Hartono, Prasmulyan dari S1 Product Design Engineering!
Channeling Your Creativity Into Creation
Bisa dibilang, sepanjang hidupnya di perkuliahan Medelyn Angel Hartono berputar dalam dunia desain. Tidak hanya jurusannya saja, tetapi alumnus angkatan 2018 ini sering diserahi tanggung jawab mengenai visual dalam kegiatan kepanitiaan dan juga berbagai macam kompetisi.
“Salah satu ide aku di lomba di BINUS ASO dan menang penghargaan Most Favorite Idea adalah bikin kacamata yang dilengkapi peta digital dan bisa mengarahkan pengendara, tujuannya supaya mengurangi risiko kecelakaan dan memudahkan ojol,” gadis yang akrab dipanggil Medelyn menyebutkan karyanya, CU Glasses, yang pernah membuahkan prestasi. “Ide ini juga dipakai di Innofair dan menang most innovative idea.”
Tidak hanya satu saja yang membawakan prestasi membanggakan untuk gadis yang beberapa kali mendapatkan beasiswa dari Prasmul. Ada satu lagi proyek yang terinspirasi dari Rumah Tongkonan–rumah yang disinggahi dan penghuninya biasa duduk bersama di lantai untuk musyawarah. Universitas Prasetiya Mulya menganggap karya yang berbalut dengan kearifan dan budaya lokal ini sebagai potensi, dan Faculty Member Product Design Engineering memutuskan untuk memasukkan karya gadis yang juga bisa bermain futsal ini ke dalam lomba ADPII (Aliansi Desainer Produk Industri Indonesia).
Tanpa disangka, di tahun berikutnya, Kursi Ma’dokko menjadi salah satu benda yang terpajang di pameran Taman Ismail Marzuki. Tapi bagaimana sesungguhnya mendapatkan kreativitas tersebut?
Seperti inspirasi yang didapat dari mana saja, kreativitas terasah dari berbagai macam pengalaman.
“Selalu seru, ikut lomba. Menang nggak menang, itu masalah akhir. Tapi, kerja keras selama seleksi dan lomba itu yang memorable, ketika kita bisa menikmati prosesnya,” ujar Prasmulyan yang juga merupakan peraih Best Academic in Program, sekaligus MSIG Award for Best Product Design Engineering Graduate dalam Wisuda Prasetiya Mulya 2022, 6 Desember 2022 lalu.
Selain kompetisi, ada juga pengalaman pertukaran pelajar bersama mahasiswa Singapore University of Technology and Design. Meski tidak sempat terjun langsung ke lapangan karena pandemi, platform online tetap menjadi wadah yang memadai untuk mahasiswa-mahasiswi Prasmul serta SUTD bertukar ide-ide desain dan berkolaborasi.
Kemudian, pengalaman langsung di lapangan ketika magang melalui program Co-Op STEM juga membantu Medelyn mengembangkan desain produk yang optimal untuk konsumen namun tetap berguna sebagaimana fungsi dasarnya bekerja.
“Ikut co-op itu 8 bulan, tapi aku ambil 12 bulan di Otten Coffee sebagai product designer. Salah satu proyeknya itu bikin packaging dengan keunikan khusus, ada user experience (UX). Di sini, aku bisa mengimplementasikan ilmu yang aku dapat di PDE.” Bentuk produk hasil karya Medelyn Angel pun bermacam-macam, tidak hanya packaging kopi kapsul saja. “Aku pernah bikin kartu yang bisa dilipat jadi kalender, dan bentuknya mirip kartu remi,” ceritanya.
Sementara itu, di lingkup akademik, Co-founder Bryte ini menyebutkan dua mata kuliah yang menurutnya paling mendukung: “Business Innovation dan Product Development Design, karena materinya bisa diimplementasikan langsung ke bisnis yang aku jalankan.”
Cari Varian, Biar Tidak Bosan!
Tidak memungkiri, akan tiba masa-masa jenuh datang untuk menghadang aliran kreativitasmu–creative block tidak memandang hulu, lagipula. Lantas, apa trik yang dilakukan Medelyn?
“Kalau organisasi, aku ikut SISO bagian Public Relation karena mau coba hal baru di luar desain, mau sesuatu yang beda selain kuliah,” sang Kepala Bidang Public Relations himpunan mahasiswa School of Applied STEM Prasmul ini mengaku. Upaya lain adalah menyalurkan hobinya yang lain di Student Activity Club Futsal.
Lulusan Pertama, Pemikir-Pemikir Kreatif nan Kritis Baru
Lagi-lagi, ada jurusan berumur sebiji jagung yang dihadapkan dengan stigma “jurusan baru” dan melepas lulusan pertamanya. Namun, ketika berhadapan dengan Ceritaprasmul.com untuk membagi pengalamannya, Angel tetap memancarkan kepercayaan diri.
“Bagi anak PDE, manfaatnya itu exposure ke dunia desain, koneksi yang luas di dunia desain,” paparnya, saat diminta menyebut salah satu hal berharga yang ia dapatkan selama berkuliah. “Di Prasmul, banyak project yang kolaborasi lintas jurusan dan karena kebiasaan, akhirnya di industri nggak terlalu kaget. Lewat semua proses itu juga akhirnya bisa belajar teamwork, collaboration, dan berteman dengan orang yang latar belakangnya beragam.”
Tercebur dalam pengalaman profesional juga memperkuat mental dan mindset. Ia jadi menumbuhkan sense of design yang kuat dan pikiran yang terbuka untuk kritik dan saran dalam mengembangkan sebuah produk.
“Saat menjalani sebuah kegiatan, pengalaman itu membuat mudah kebayang product yang lagi booming di industri seperti apa, yang diinginkan perusahaan, sebelum kemudian dilebur menjadi sebuah desain.” Karenanya, mau tak mau sebagai desainer pun ia juga lebih ‘tahan banting’ menghadapi feedback. “Bagus atau nggak itu subjektif, kalau dulu dibilang jelek itu down, sekarang jadi lebih paham kalau masing-masing orang punya taste, jadi bisa tanya kenapa nggak suka, feedback-nya apa.”
Add comment