Di antara mempertahankan karier profesional, menjalani kehidupan personal, dan juga mempertahankan prestasi di Prasmul, Anisatur Rokhmah menemukan titik tengah untuk mengoptimalkan aspek-aspek kehidupannya. Simak perjalanan akademis dan nonakademis Anis di program Magister Manajemen Prasetiya Mulya.
Never Too Old to Learn
Mengenyam pendidikan tinggi sembari meniti karier merupakan tantangan, terutama soal membagi waktu. Namun lulusan MM in Applied Business Analytics (MMABA) ini menekankan dua hal yang penting sepanjang ia bercakap-cakap dengan Ceritaprasmul.com.
Pertama, seseorang tidak pernah “terlalu tua” atau “terlambat” dalam belajar. Setiap harinya, akan selalu ada potensi baru untuk digali, dan manfaat untuk diaplikasikan ke dalam usaha atau bahkan di tempat kerja sekarang.
“Kuliah di MMABA itu menambah kemampuan di bidang data analytics, bagaimana saya bisa menemukan korelasi bisnis perusahaan dengan data, itu kemampuan berharga,” tutur sang alumni Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya. “Perkuliahan di Prasmul mengubah metode forecast di perusahaan saya. Saya juga sadar kalau masih banyak potensi yang bisa digali,” tambahnya.
Lalu kedua, jika berniat, orang dapat menemukan titik tengah nan imbang dalam menjalani kesibukan masing-masing. Anis dan kawan-kawan seperjuangannya sama-sama berkomitmen untuk menyelesaikan masa kuliah mereka dengan baik.
“Tipsnya, membagi beberapa hal menggunakan Eisenhower Matrix, patuhi secara disiplin untuk mengerjakan itu. Kalau kedisiplinan terjaga semua tugas bisa dikerjakan dengan baik tanpa sistem kebut semalam.”
Upaya tersebut, ditambah dengan keuletan untuk belajar, membuahkan hasil bagi Anis, yang berhasil meraih Best Academic in Program dan Best of the Best Academic Achievement dalam Wisuda 2022 Prasetiya Mulya, 6 Desember 2022 lalu.
Diversity in Learning + Immersive Learning = A Great Businesswoman
Dalam dua tahun terakhir, wanita berlatar belakang teknik ini memiliki segudang pengalaman berkesan yang menjadikan Anisatur Rokhmah versi terbaru. Kehidupan perkuliahannya selalu diwarnai dengan keceriaan dan humor bersama rekan-rekan.
Namun tidak hanya tawa yang mereka bagi saat menjalani perkuliahan di Prasmul. Anis menyebut latar belakang mereka yang sangat beragam sebagai faktor yang akan membuat perkuliahan lebih bermakna.
“Teman-teman di Prasmul sangat heterogen, kadang insight yang diberikan oleh teman-teman tidak terpikir. Dan saya jadi lebih kaya wawasan berkat mereka,” ucap wanita yang juga pernah menjalani studi di Taiwan.
Hubungan antara mahasiswa dan Faculty Member pun tidak terhalangi tembok “senioritas” yang membuat seseorang cenderung sungkan. Malah, Anis mengatakan bahwa tidak pernah ada rasa tidak enak ketika ia atau teman-temannya menghubungi satu sama lain atau dosen untuk meminta saran via email atau WhatsApp.
Ditambah dengan pembelajaran yang imersif, lengkaplah sudah resep untuk maju ke dalam industri dengan penuh percaya diri.
Ketika ia mendalami big data, Anis menyebutkan dua FM yang selalu menghadirkan guest lecture untuk menambahkan ilmu baik secara teoretis maupun praktis. “Pak Dani dan Pak Sindu selalu menghadirkan guest lecture yang bagus. Ada yang ngomongin SAP, Amazon, face recognition, machine learning, data analytics, bikin ngerti secara langsung bagaimana aplikasinya.”
Guest lecture, hanyalah satu bagian dari pembelajaran praktik.
“PR atau homework itu lebih ke arah praktik. Untuk kami yang teorinya belum terbayang, ketika diaplikasikan ke praktik–misalnya programming atau business model, dari yang nggak bisa jadi lebih paham.”
Tiba di akhir perjumpaan, Ceritaprasmul meminta Anisatur untuk memberikan satu kata untuk menggambarkan Prasmul.
“Excellence,” perempuan yang bercita-cita jadi dosen ini mantap menjawab. “Karena walaupun kuliah di Prasmul banyak cobaan dan hambatan karena angkatan pertama, perkuliahannya belum menemukan formula yang tepat, tapi yang kita dapatkan itu lebih dari yang kita harapkan. Temannya humoris, berbagi expertise. Hal-hal seperti itu–yang ditemukan di kuliah– membantu di karier.”
Add comment