Dilansir dari sebuah jurnal, hanya 2.5% orang yang mampu melakukan multitasking secara efisien dan Dr. Zulfikar Alimuddin termasuk dari deretan manusia langka tersebut. Ia pun unjuk kemampuan dengan memimpin 8 lembaga sekaligus, yaitu Guruinovatif.id, Yayasan Hasnur Centre, PT Cipta Daya Inovasi, The New You Institute, HAFECS (Highly-Functioning Education Consulting Services), Politeknik Hasnur, SMA Global Islamic Boarding School, dan YCHI Autism Center. Kemahiran dalam mengatur waktu dan kepiawaian dalam memimpin tim yang heterogen menjadi aset vital. Selengkapnya akan dibahas pada artikel ini.
Harta yang Paling Berharga adalah Waktu
Tak terbayang seberapa penuh agenda ayah dari tiga anak ini. Untungnya, ia pun tak kehabisan akal untuk membagi waktu secara efektif dan efisien. Tiga resep rahasianya adalah:
- Membangun Tim
“Sejak awal lembaga dibangun, saya memastikan setiap level sudah terbentuk, mulai dari pelaksana, middle management, sampai top management. Mereka juga dibekali cara pengambilan keputusan operasional,” pungkas Zulfikar.
- Mengadakan Training
”Banyak orang yang baru mulai kerja atau berpindah dari tempat lain kan tidak menguasai penuh apa yang dikerjakan di lembaga yang kita pimpin, jadi melatih mereka itu menjadi sebuah keniscayaan,” Zulfikar menjelaskan.
- Menentukan Prioritas
“Ini terdengar mudah, tapi sulit direalisasikan karena dari waktu ke waktu, prioritas berubah. Lalu, bukan hanya prioritas untuk pribadi aja, tapi juga prioritas keputusan yang dibuat,” ungkap Zulfikar.
Integrasi Misi dan Passion dalam Pekerjaan
Sembari merintis karier, Zulfikar menemukan fakta menarik bahwa kesehariannya mengajar di panti asuhan milik orang tua sejak SMP bukanlah sebuah kebetulan. Rutinitas yang tidak direncanakan itu mempertemukannya dengan jati diri. “Ketika diangkat menjadi direktur, saya betul-betul tidak punya pengalaman formal di bidang pendidikan. Meskipun begitu, saya merasa menemukan oase karena di lembaga itu bisa memikirkan strategi dan melakukan sesuatu yang ada dalam darah saya yaitu edukasi.”
Lulusan RMIT University ini pun memiliki hobi selain berbagi ilmu, yaitu jalan-jalan. Menyenangkannya, pekerjaan saat ini juga sejalan dengan kegemaran tersebut. “Sekarang saya lagi di Serang karena Guruinovatif.id sedang mengadakan tur nasional ke banyak kota. Bersyukur, esensi dari apa yang saya suka bisa didapatkan semua, mulai dari traveling, membangun orang, membaca di waktu luang, hingga berkoordinasi dengan tim yang tersebar. I feel like I’m getting everything,” ceritanya.
Strategi Menciptakan Sinergi
Tergabung dalam Anggota IKAPRAMA, sebutan untuk alumni Universitas Prasetiya Mulya, Zulfikar punya segudang taktik untuk memastikan setiap perusahaan maupun yayasan yang dikelola mencapai sustainability. Ia senantiasa meningkatkan kapabilitas dengan mengikuti pelatihan khusus dan belajar dari asam garam yang telah dilalui.
Kesabaran jadi nomor satu. “Mengurus manusia itu komitmen yang sangat istimewa karena tidak ada orang yang sama, meskipun punya kompetensi serupa. Jadi, kitra harus bisa mengorkestrasikan perbedaan tersebut agar tujuan bersama bisa tercapai. Sedangkan, at the same time perusahaan punya SOP dan aturan kerja. Jadi harus benar-benar sabar,” jelasnya.
Menghadapi fakta di lapangan bahwa tak jarang tim memiliki pola pikir demikian, Zulfikar pun terbang ke Amerika untuk mengikuti pelatihan bertemakan Business and Executive Coaching. Harapannya, ia bisa menimba ilmu dan membantu meningkatkan performa sebagai seorang pemimpin. Langkah tersebut justru mengantarkannya pada gelar Doktor dengan konsentrasi People and Knowledge Management.
Kedua, memiliki energi yang tak terbatas. Saat menjadi CEO dari Guruinovatif.id dan melalui beberapa pitching ke investor, ada satu hal yang ia temukan, “Yang digali dari seorang founder atau CEO adalah seberapa besar visi dan sejauh mana menguasai bisnis karena jiwa ini yang menentukan apakah bisa menghadapi masalah yang akan menghampiri.” Singkatnya, punya semangat dan daya juang tinggi untuk berproses menjadi titik krusial.
Pembelajaran terakhir adalah untuk menjadi pendengar yang baik. Pemilik sertifikat Social Entrepreneurship dari INSEAD Singapore ini menggunakan analogi sebuah kapal.
“Sebagai nahkoda, meskipun kita yang memegang kendali, tapi kita justru butuh bantuan dari orang yang mahir membaca arah mata angin atau paham tingkat ombak. Kalau kita tidak menjadi pendengar yang baik, saya yakin akan membuat banyak kesalahan.”
Berbicara tentang pengambilan keputusan, kelihaian yang dimilikinya saat ini sudah dipupuk sejak melanjutkan studi di Magister Manajemen Prasetiya Mulya. Ia berkata bahwa ada tiga Faculty Member, sebutan untuk dosen di Prasetiya Mulya, yang sangat membekas di benaknya. Mereka adalah Wijantini, Ph.D, Dr. Ida Juda Widjojo, dan Prof. Dr. Djisman S. Simandjuntak yang memberikan pemahaman mendalam tentang keuangan, risiko, dan ekonomi.
“Setelah belajar di MM Prasetiya Mulya, saya ubah cara pengambilan keputusan usaha, lebih memperhatikan cash flow issues yang dikaitkan dengan tingkat risiko dan nilai ekonomi. Kalau sebelumnya, lebih berfokus pada revenue dan profitability.”
Add comment