Challenge accepted! Sebelum memulai masa sebagai seorang mahasiswa S1 Accounting 2020 di Prasmul, Karim Maulana sudah melihat dunia baru yang akan dihadapi sebagai sebuah tantangan. Mulai dari pilihannya mendalami bidang akuntansi yang kesannya “stagnan”, sampai betulan mencoba hal-hal yang tidak disangkanya akan menjadi karier: modelling.
Accounting: the Language of Business
Seperti kebanyakan orang, Karim punya harapan tentang kehidupan kampus, terutama di jurusan akuntansi.
Ia berekspektasi bahwa akuntansi bisa bermakna dan berdampak banyak dalam perjalanan hidupnya. Kemampuan, prinsip, dan pola pikir sebagai akuntan tidak hanya berguna untuk bisnis, tetapi lebih dari itu akan membantu memperhitungkan semua hal dalam hidup manusia supaya lebih efisien.
“Kenapa gue milih accounting? Ya, karena accounting itu language dari bisnis, sih. Nggak ada akuntansi, bisnis belum tentu bisa jalan, atau bahkan nggak jalan karena nggak ada pengaturan dalam segi keuangan, finansial, dan lain-lain,” lanjut pemuda yang baru saja genap berusia 22 tahun 23 Januari silam.
Apalagi banyak insight para dosen yang mengajarkannya bahwa sebagai akuntan, ia punya power cukup besar untuk bisa mengatur flow perusahaan secara tidak langsung. Maka, sangat disayangkan jika orang-orang menganggap pengalaman kuliah hanya terpakai 20 persen pembelajaran di realita kehidupan.
“Salah besar sih kalo bahas minimnya relevansi kuliah dengan dunia kerja, salah satunya pada konteks akuntansi. Semua hal yang dipelajari di Prasmul buat gue itu kepake in real life, terutama dalam bisnis, ya. Dalam pembuatan kontrak, penghitungan costing, terus juga pajak dan lain-lain juga,” jelas Karim ketika ditanya hal yang paling menarik dari jurusan kuliahnya.
Sow Your Enterprise, Reap Your Rewards
Lahir sebagai pribadi yang suka keluar dari zona nyaman, Karim Maulana melihat dunia baru sebagai sebuah tantangan.
Untungnya, saat berkuliah, ia diberikan banyak kesempatan oleh orang-orang di sekitarnya. Berkuliah di Prasmul bukan hanya memberikan Karim kesempatan untuk mengejar nilai akademis, melainkan banyak kesempatan kepanitiaan dan organisasi yang ada untuk membantu berkembang di dunia yang luas ini.
Langkahnya dimulai dengan mengikuti organisasi Accounting Student Association (ASA) pada semester satu. Karim ingin bergabung dan belajar di dalam himpunan mahasiswa di jurusan Akuntansi. Terbukti, selama setahun banyak hal yang didapatkan olehnya bahkan berlanjut hingga masa magang.
“Bahkan nih, HIMA ASA yang mengajarkan gue tentang TOR, MOU, dan lain-lain yang memudahkan gue menjalani program magang waktu itu,” ujar Karim.
Kemudian ia mengambil posisi Tenant Relation di Jakarta Town Fest karena ingin belajar bagaimana berkomunikasi dengan banyak tenant, membuat kontrak, membuat perjanjian, mengawasi, hingga mengatur flow.
Puncaknya, ia diterima di perusahaan fashion ternama Indonesia, The Goods Dept. Perusahaan yang juga menjadi impiannya. Lagi-lagi, Karim tidak memilih untuk berada di posisi yang nyaman. Di tempat magang barunya, ia memilih untuk mengambil bagian di divisi marketing, “Karena mau coba berbagai bidang, ya, gue ambil marketing, khususnya social media. Walaupun gue suka marketing, baru ini punya kesempatan buat terjun langsung”.
Apakah Karim familiar dengan bidang itu? Tidak. Awalnya ia tidak mengerti sama sekali tentang social media, atur photoshoot, mengontak Key Opinion Leader (KOL), daily posting buat di Instagram, hingga mengatur social media. He thrives, sampai membuka kesempatan baru dengan menjadi model beberapa produk The Goods Dept.
“Terus ya, walaupun gue udah nggak di Goods Dept, mereka masih manggil buat untuk melakukan photoshoot. Dan dari situ portofolio gue lebih ke modelling,” jelas Karim.
Bangun Bisnis untuk Menginspirasi
Mimpi dan pembelajaran Karim tidak berhenti sampai disitu. Pengalaman mempelajari pajak, cost accounting, dan lain-lain membantunya untuk membangun bisnis fashion. Bersama dengan tiga kawannya, ia membuat suatu brand fashion bernama Inspiral. Terinspirasi dari kata “Inspire”, tujuan dari brand miliknya ini adalah menginspirasi orang banyak.
“Kita pengen ngebuat brand ini jadi sebuah komunitas yang saling menginspirasi melalui fashion. Semua orang bisa jadi sekeren apapun dan punya confidence dengan menggunakan fashion yang tepat,” Karim berusaha menjelaskan.
Walaupun perilisan resminya masih menunggu waktu, Inspiral telah melakukan test product dan mendapatkan feedback yang baik. Karim dan tim terus berusaha menyempurnakan produk-produk mereka untuk mencapai tujuan utama: menginspirasi.
Just Aim High
When people ask him ‘Where do you see yourself in 5 to 10 years?’, Karim akan memberikan dua jawaban.
5 tahun lagi, ia membayangkan dirinya sudah puas menyelesaikan masa-masa remajanya. Seorang Karim akan menjalankan bisnis, dan akan menyelesaikan semua bucket list yang ingin ia jalani selama 5 tahun, terutama untuk fashion business miliknya.
“Gue nggak mikir masalah how big the company will be. Gue pengen how big the influence will be buat orang-orang lain, sih,” ucapnya.
Jenis jawaban kedua ialah terkait bayangan 10 tahun dari sekarang. Obviously, he can not predict anything. But he trusts a bigger power than himself. Maka, Karim berpesan untuk jangan pernah berhenti bermimpi.
“Mau sesedih apa, atau se-nggak yakin apa dalam bisnis kita, just aim high. Anything is possible dalam dunia ini kok. Percaya diri dan lain-lain, ya, itu semua bisa dipelajari as long as you aim high. Itu yang paling penting,” pesan Karim.
Menurutnya, orang yang gagal mempersiapkan diri untuk suatu hal merupakan orang yang mempersiapkan diri untuk gagal. Just like his favorite quotes from his friend Radit:
Semua hal bakal indah di akhirnya. Kalau gak indah, ya, bukan akhirnya.
Karim Maulana
Karim.. i trust you can reach all your goal in the short and the long term
Just keep forward and make everything possible
Keep the fight for every difficulty
i wish success to you