Bulan Mei kemarin ditutup dengan prestasi dari muda-mudi Asia Tenggara yang berlaga di final ASEAN Youth Innovation Challenge. Momentum ini juga dilengkapi dengan talk show dan penampilan dari banyak anak muda berbakat. Bagaimana keseruannya? Mari simak artikel ini hingga akhir.
Momen Bersejarah Saksi Kontribusi Nyata
“Today, we are part of a historic moment. Indonesia becomes the chairmanship, and as a youth, we have been given a platform to actually express ourselves and have concrete actions to actively participate in ASEAN development.” – Rorian Pratyaksa
Begitulah pesan pembuka dari Co-chair ASEAN Youth Agenda yang menyambut para peserta dan tamu undangan pada acara ASEAN Youth Innovation Challenge. Pada kesempatan yang sama, ia juga menyampaikan bahwa momentum tersebut adalah awal dari perjalanan menuju ASEAN Summit ke-43.
Pidato tersebut kemudian didukung oleh wejangan dari Prof. Dr. Djisman Simandjuntak selaku rektor Universitas Prasetiya Mulya. Menurutnya, inovasi yang menjadi tanggung jawab anak muda ASEAN membutuhkan tiga poin utama, yaitu edukasi, kolaborasi, dan ruang. Beliau juga mengajak generasi muda untuk menjadi agen perubahan, “You should be the agents who help rediscover and reinvent Southeast Asia to be a place for us and a place the rest of the world can rely on as partners.”
Tentunya, inovasi akan menumbuhkan banyak peluang dan tantangan seperti yang disampaikan oleh Noer Hassan Wirajuda, mantan Menteri Luar Negeri Indonesia. Oleh karena itu, generasi muda sebagai pemilik ASEAN diberi nasihat, “There is a strong competition and you are exercising it today!”
Teknologi Bukan Ancaman untuk Manusia
Tak lama setelah kata pembuka dari kedua tamu tersebut, acara kolaborasi antara Indonesian Youth Diplomacy dan Prasmul Initiative ini menyuguhkan perbincangan berbobot bersama Wafa Taftazani (Founder and CEO, UpBanx) dan David Chua (CEO National Youth Council Singapore). Diskusi tersebut mengangkat tema “Intersecting Pathways: Ensuring Human Development in the Midst of Economic Digitalization”.
Salah satu yang menjadi sorotan adalah ketakutan bahwa manusia akan digantikan oleh teknologi, mesin, atau Artifiical Intelligence (AI). Wafa berpendapat bahwa di masa mendatang, kecanggihan teknologi justru akan mendukung pekerjaan manusia, “However, in the short term, I think there’s a lot to discuss, there are risks of displacements, confusions, and economic crisis.” Ia juga menambahkan bahwa kondisi tersebut yang mendorong kita untuk menyelesaikan masalah jangka pendek ini.
Argumen tersebut juga disetujui oleh David, “Technology can serve our needs and augment some things, but I don’t think they can replace everything and should be careful.” Artinya, tidak semua pekerjaan bisa tergantikan selama membutuhkan keterampilan manusia.
“AI will not completely replace humans, but humans with AI will replace other humans without AI.”
Penasaran talk show lengkapnya? Saksikan selengkapnya di YouTube Channel Indonesian Youth Diplomacy!
Saatnya Anak Muda Beraksi!
Inti dari agenda ini adalah untuk mempertandingkan para finalis dari Business Collaboration Competition dan Policy Case Competition. Maka dari itu, tim yang datang pastinya sudah mempersiapkan ide dan inovasi terbaik mereka, bukan hanya untuk memukau para juri, melainkan juga untuk berdampak bagi pertumbuhan ASEAN. Disamping itu, Universitas Prasetiya Mulya juga bangga setelah dipercaya menjadi tempat penyelenggaraan kegiatan ini, “Acara ini sangat menyenangkan, terlebih karena kita bisa membaca acara tingkat ASEAN ke Prasmul, tentunya itu suatu privilege yang harus disyukuri,” ucap Alif Ramadhandika selaku Business Relation & Fundraising Indonesian Youth Diplomacy dan Ketua Prasmul Initiative.
Tak terasa, seluruh tim sudah mempresentasikan solusi yang mereka tawarkan. Namun, namanya kompetisi pasti ada menang dan kalah. Untuk itu, kami mengucapkan selamat kepada para pemenang, yaitu Gapai.id sebagai yang terbaik dari yang terbaik untuk Business Collaboration Competition. “Saya senang sekali bisa berpartisipasi pada kompetisi ini dan melalui kompetisi ini, yang kita propose adalah bagaimana kita bisa membantu sebanyak-banyaknya pekerja di Indonesia mendapat pekerjaan di luar negeri sebagai migrant worker. Selain itu, Gapai.id juga dapat sambutan meriah dari judges dan memungkinkan potensi kolaborasi dengan Pertamina Foundation dan BNI Ventures berkat acara ini,” Radityo Susilo, Co-founder & CEO Gapai.id membagikan kesannya mengikuti acara ini.
Untuk Policy Case Competition, total ada tiga kelompok yang merebut titel juara, RSKJ Team untuk kategori Future Education and Work, The Elesian Leaders untuk kategori Digital Literacy and Inclusion, serta Team Eco Vision untuk kategori Energy Transition. Kebetulan, Team Eco Vision juga membagikan pengalamannya, “This competition is a very big opportunity for me to really push out my ideas.”
Terakhir, kami juga ingin mengucapkan terima kasih kepada perusahaan dan institusi yang telah menyumbangkan case study, yaitu Pertamina Foundation, Google Indonesia, BNI Ventures, British Embassy, GoTo Group, JAPFA, dan Boston Consulting Group.
Add comment