Kamu tahu nggak, kalau Universitas Prasetiya Mulya kedatangan tamu dari luar negeri pada 30 Juli – 5 Agustus kemarin? Acara bertajuk Prasmul International Summer Camp ini berhasil menyelenggarakan acara pertukaran budaya untuk pertama kalinya, lho! Nah, kalau belum tahu, yuk kita kupas tuntas program ini dan mengintip keseruan perjalanan mereka menjelajahi Jakarta dan Bali!
Saatnya Go International!
Bukan main-main, Prasmul International Summer Camp 2023 berhasil mengundang 13 peserta dari SolBridge International School of Business di Korea Selatan dan satu peserta dari Shanghai Zhong Qiao University di China. Tidak hanya itu, destinasi yang ditawarkan juga menarik perhatian dari empat Prasmulyan yang akhirnya memutuskan untuk berpartisipasi dalam program baru ini. “Connecting together and sharing the culture is so great. There is no regret being here,” tutur Jin Yeong Seok.
Nggak hanya programnya yang debut di mata internasional, tapi begitu juga dengan peserta dan panitia. “Aku ikut program Summer Camp karena kan ini pertama kalinya diadakan di Prasmul, so it’s very interesting to me dan kita berhasil menyelesaikan acara yang terbilang cukup sulit karena mengundang orang-orang dari luar negeri dengan panitia yang jumlahnya lima orang,” ungkap Ajeng Maya Safitri, panitia penyelenggara.
Bukan Sekedar Jalan-jalan
Ketika memikirkan Summer Camp, mungkin yang terlintas di benak kita adalah bersenang-senang. Walau itu memang benar terjadi di Prasmul International Summer Camp, namun juga dirancang untuk memberikan sesuatu yang lebih bermakna. Dibawakan dengan tema Culture Adventure in Diversity, kegiatan yang dilakukan merupakan perpaduan antara budaya dan petualangan. “Makna dari tema ini adalah karena kita mau memperkenalkan Universitas Prasetiya Mulya dan Indonesia dengan cara yang ramah karena yang membuat orang asing senang dengan kita adalah budaya kita yang kaya raya,” Vivian menjelaskan, mahasiswi S1 Event yang sekaligus panitia.
Acara dibuka oleh Dr. Hassan Wirajuda (Dekan SLIS), Prof. Marcus Marktanner (Profesor ekonomi dan manajemen konflik internasional di Kennesaw State University), Dr. Parhimpunan Simatupang, Ph.D (Ketua Pelaksana), dan Dr. Ida Juda Widjojo (Wakil Rektor 4 Bidang Kerjasama). Selama di Jakarta, peserta disambut dengan pertunjukkan tari tradisional dari mahasiswi Universitas Prasetiya Mulya dan diajak untuk berpartisipasi dalam Focus Group Discussion yang membahas tentang isu ekonomi, global, dan agama. “Menurut aku, yang paling berkesan itu saat pertunjukkan tari tradisional karena sangat membanggakan bagi kampus kita untuk bisa menampilkan sesuatu di luar dari modern dance,” tutup Chandra.
Setibanya di Bali, Summer Camp ini tidak hanya mengajak peserta untuk mengikuti kegiatan yang menyegarkan mata seperti wisata pantai, mengendarai ATV, dan arung jeram tetapi juga yang kental dengan budaya, memberikan pengalaman baru, serta merekatkan kebersamaan. Aktivitas tersebut meliputi tradisi Melukat di Pura Tirta Empul, melepaskan bayi penyu, dan mengunjungi Desa Penglipuran, salah satu desa terbersih di dunia.
“Aku merasa diversity itu harus dipertahankan karena aku lihat keberagaman ini adalah kunci dan dasar dari negara Indonesia.”
Chandra Henryawan Wijaya
“What I like the most is that this program is organized by students too, so it gives more opportunity for my students to connect with Indonesian students and learn about Indonesian culture and the way Indonesians live.”
Edwin Setiawan Sanusi, dosen pendamping dari SolBridge International School of Business
Food + Friends = Good Time
Ternyata bukan destinasinya saja yang menggerakan hati semua orang, melainkan juga hubungan pertemanan yang terbentuk perlahan-lahan selama Prasmul International Summer Camp berjalan.
“We couldn’t have experienced all of these amazing moments without you guys. I would definitely say this trip will be one of my best memories for sure.”
Kim Geon Ho
Selama Summer Camp berjalan, peserta diajak untuk mencicipi hidangan di restoran lokal dan mampu membuat suasana semakin cair. “I like Indonesian satay, in Korea we call it Dak-kkochi,” jelas Jang Se Eun, saat disuguhkan hidangan sate ayam. “For me, crab with Padang sauce was the best,” lanjut Joo Dan, saat menyantap hidangan laut di Bandar Djakarta.
Sayangnya, setiap perjumpaan pasti ada perpisahan. Tangis haru dan rindu terlihat pada raut wajah peserta saat berada di Bandar Udara Internasional Ngurah Rai, Bali. “If you guys come to Korea, please contact us and we will give you a tour like you did to us,” tutup Lee Do Hoon saat menyampaikan kesan pesannya sebelum kembali ke Korea Selatan.
Add comment