Definisi masa depan tidak ada yang bisa menebak. I Putu Krisna bercerita bahwa terjunnya ke bidang komputer berawal dari sebuah ‘kecelakaan’, karena jurusan Digital Business Technology merupakan pilihan keduanya setelah Business Mathematics. Awalnya ia merasa nyaman, namun perihal karier, ia memutuskan untuk menjadi Data Engineer, yang notabene banyak bersinggungan dengan opsi pertamanya.
Kira-kira bagaimana lika-liku yang dialami Krisna? Selengkapnya akan dibahas di artikel ini.
Nyaman Berkreasi di Belakang Layar
Salah satu momen yang jadi titik balik Krisna adalah kesempatan untuk bergabung dengan Apple Developer Academy sebagai iOS Developer. Disana, ia bertemu dengan orang dengan beragam latar belakang, “Ketemu sama orang yang udah lama disitu (IT), ada yang background-nya bisnis, backend, frontend, bisa belajar banyak sama mereka,” perjelas Krisna.
Selang beberapa waktu, alumni Prasmul yang hobi main Valorant ini menyadari bahwa frontend kurang cocok dengan dirinya, “Setiap gue bikin desain, selalu kurang puas dan menurut gue, lebih bisa mengasah analytical thinking kalau otak-atik di backend.” Setelah itu, ia sempat beralih menjadi Web Developer untuk memastikan kata hatinya yang memilih backend, ketimbang frontend.
Dari semua pengalaman semasa kuliah, project yang paling berkesan adalah ketika membangun website Actuarial Science Day. Kala itu, ia menjadi freelancer bersama beberapa mahasiswa, “Itu website paling ribet yang pernah gue bikin karena kompetisi jadi harus ada competition, leaderboard, dan komponen lainnya, dan waktu itu cuma dikasih waktu satu setengah bulan,” pungkasnya.
Career Pivot dengan Tanggung Jawab Berbobot
“Waktu Kampus Merdeka, gue daftar sebagai backend engineer untuk AIA Singapura, tapi ditelepon dan diinfo kalau role-nya sebagai besar urus data, data engineer jatuhnya. Dari situ gue coba pivot karena kebetulan lumayan suka.”
Dalam proses adaptasi untuk peran baru, mantan Full Stack Developer di Benih Belajar ini diberi waktu dua bulan untuk mempelajari lingkungan kerja serta gambaran pekerjaan melalui berbagai courses yang sudah difasilitasi oleh perusahaan, “Selama dua bulan itu gue cuma ngeliatin orang kerja, training, baru setelah itu kerjain task yang dikasih sama manajer.”
Setelah masa magangnya selesai, ia dipromosikan untuk melanjutkan karier sebagai karyawan tetap. Hanya bertahan sekitar tiga bulan, Krisna memutuskan untuk mencari ilmu dari tempat lain, “Perusahaan yang sudah well-established itu rapi dan terstruktur, menurut gue. Kita bisa belajar dan cari experience lebih banyak di tempat lain.”
Dan tempat lain itu adalah FIT HUB. Kejutan pertama yang ia alami adalah posisinya sebagai data engineer perdana di perusahaan gym tersebut, “Turns out di FIT HUB jadi data engineer pertama, yang niat awalnya mau belajar sama senior, malah harus mulai dari nol.” Kendati demikian, ia menerima kondisi tersebut sebagai tantangan. Ia harus membangun infrastruktur dari awal, membuat laporan, menentukan metrik, dan perintilan lainnya.
“Setelah setahun, database yang dimiliki masih kacau. Setiap hari pasti ada isu inconsistency data, stakeholder yang kurang aware dan involve buat selesaikan. Sampai sempat ada keinginan untuk resign.”
Keinginan tersebut berhasil dibendung dengan data revamp yang diinisiasi olehnya. Harapannya, semua pihak dapat mendukung restrukturisasi data yang ada sehingga tugas utama dari seorang data engineer adalah untuk maintain dan menyelesaikan isu minor.
Add comment