Cerita Prasmul
Sustainable Lifestyle: Cara Cerdas Hidup Hemat

Sustainable Lifestyle: Cara Cerdas Hidup Hemat

Thrifting atau membeli barang secondhand sempat menjadi tren di 2023. Buktinya, data milik thredUP menyebutkan bahwa 83% konsumen di Amerika bersedia atau sudah membeli pakaian ‘bekas pakai’.

Praktik tersebut diyakini menjadi salah satu langkah ampuh untuk memiliki gaya hidup sustainable. Kira-kira apa kebiasaan kecil lain yang bisa dicoba?

Berkenalan dengan Sustainable Lifestyle

Dilansir dari UN Environment Programme, sustainable lifestyle merupakan usaha untuk mengurangi degradasi lingkungan melalui kebiasaan sehari-hari, mulai dari produk yang dikonsumsi hingga pengolahan limbah. Tujuan utamanya adalah untuk mendukung keadilan sosial-ekonomi serta memastikan kualitas hidup yang lebih baik untuk semua.

Gerakan ini muncul karena adanya kekhawatiran akan membludaknya populasi, tanpa disertai dengan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar dan ketersediaan sumber daya per 2050. Alhasil, semakin banyak orang yang mulai memperhatikan bagaimana cara mereka hidup dan bagaimana dampaknya terhadap bumi.

Meskipun terdengar mewah, gaya hidup ini dapat dimulai dengan langkah kecil dan sederhana, bahkan bisa dilakukan oleh siapapun, termasuk mahasiswa. Mulai dari mengurangi penggunaan produk sekali pakai, menerapkan hari tanpa daging, sampai menghemat penggunaan listrik.

Cermat dan Hemat Jadi Poin Penentu

Penggunaan barang-barang durable sudah mulai digalakkan beberapa tahun silam untuk membudayakan orang mengurangi konsumsi produk berbahan plastik sekali pakai. Bahkan, beberapa brand juga mengganti alat makan dan packaging mereka untuk mendukung pelestarian lingkungan. Starbucks, contohnya, menghasilkan 8.000 paper cup tiap menit secara global dan mulai memberlakukan tumbler day.

Berdasarkan data yang dihimpun oleh Vox, produk sekali pakai menyumbang 10% dari total limbah di Amerika dan berkontribusi 29% terhadap gas-gas rumah kaca. Tak hanya itu, bahan mentah yang digunakan dalam pembuatan plastik juga berbahaya untuk manusia. Untuk mencegah dampak buruk yang berkepanjangan, beralih ke produk reusable bukan ide yang buruk. Habit baru tersebut dapat memangkas jutaan, bahkan miliaran plastik yang terbuang tiap menitnya.

Bukan hanya plastik, makanan yang kita konsumsi juga berpotensi jadi salah satu penyumbang emisi karbon dioksida. Maka dari itu, tak heran bila beberapa orang menerapkan meatless day. Dampaknya pun luar biasa, setara dengan mengurangi jumlah mobil yang ada di jalanan untuk setiap satu porsi ayam tiap minggunya. Pastinya, ini juga bisa menjadi opsi hidup hemat untuk budget mahasiswa! 

Cara terakhir adalah dengan menghemat penggunaan listrik. Ketika sudah tidak digunakan, matikan dan cabut aliran listrik yang ada. Kalau kita cuma cabut aja, aliran listriknya masih ada, lho! Bayangkan saja, di Amerika, tepatnya 2018 lalu, produksi listrik merepresentasikan 37% dari seluruh emisi karbon dioksida. Aksi sederhana tadi juga bisa mengurangi biaya tagihan listrik kamu dan meminimalisir carbon footprint, pastinya.

Jadi, tunggu apa lagi? Mari bersama kita jaga bumi dan rumah kaca kita untuk masa depan kita!

Add comment

Translate »