Cerita Prasmul
Abuse Is Not Love: Kampanye Melawan Kekerasan Seksual di Hubungan Pacaran

Abuse Is Not Love: Kampanye Melawan Kekerasan Seksual di Hubungan Pacaran

Kekerasan seksual, terutama dalam hubungan pacaran, masih jadi isu serius di Indonesia. Berdasarkan data Mei 2023, ada 9.572 kasus kekerasan seksual, dengan 80% korbannya perempuan. Tidak heran, Universitas Prasetiya Mulya bersama YSL Beaute dan Yayasan Pulih berkolaborasi mengadakan acara edukasi bertajuk “Abuse Is Not Love” di Kampus BSD, 3 September 2024 lalu. Acara ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran tentang tanda-tanda toxic relationship dan cara mendukung korban kekerasan.

SATGAS PPKS (Satuan Tugas Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual) Universitas Prasetiya Mulya, yang sudah berjalan selama dua tahun, punya peran penting dalam menangani kasus kekerasan seksual di kampus. Menurut Kartika Paramita, LL.M., Faculty Member sekaligus Ketua SATGAS PPKS, mereka terus meningkatkan edukasi dan perlindungan buat seluruh civitas akademika. “Kami ingin menciptakan lingkungan kampus yang aman dan nyaman bagi semua,” tegasnya.

Mengenali Red Flag dalam Hubungan: Kampanye YSL Beaute dan Yayasan Pulih

Sejak 2020, YSL Beaute menjalankan kampanye global “Abuse Is Not Love” yang mengedukasi masyarakat tentang sembilan tanda kekerasan dalam hubungan. Stephan Bezy, Manajer Umum Internasional YSL Beaute, mengungkapkan bahwa kampanye ini bukan sekadar tentang kecantikan, tapi tentang menciptakan perubahan sosial. “Kecantikan itu nggak cuma soal penampilan, tapi juga soal dampak positif,” katanya.

Yayasan Pulih, yang sejak 2002 fokus pada pemulihan korban kekerasan, juga ikut terlibat dalam acara ini. Ibu Livia Iskandar, Co-Founder Yayasan Pulih, mengingatkan pentingnya mengenali tanda-tanda hubungan yang tidak sehat, seperti kecemburuan berlebihan dan ancaman. “Cemburu bukan tanda cinta,” ujarnya, mengajak peserta untuk membangun hubungan yang sehat dan saling percaya.

Bersama Menciptakan Lingkungan Kampus yang Aman

Peserta juga belajar cara tepat merespons korban dengan empati. Faiza, salah satu peserta, merasa pengetahuannya tentang kekerasan dalam hubungan semakin luas. “Aku jadi lebih ngerti kalau kecemburuan berlebihan itu nggak sehat. Plus, aku juga belajar gimana harus bersikap kalau ada teman yang jadi korban,” katanya.

Selain itu, Kavi, pembawa acara, mengapresiasi keberanian acara ini dalam membahas isu yang sering dianggap tabu. “Aku jadi sadar betapa pentingnya mengenali red flag dan peran PPKS dalam membantu mahasiswa melaporkan kekerasan seksual di kampus,” ungkapnya.

Universitas Prasetiya Mulya melalui SATGAS PPKS berkomitmen untuk terus mengadakan kampanye kesadaran dan webinar tentang pencegahan kekerasan seksual setiap bulannya. Saluran pelaporan juga selalu terbuka bagi mahasiswa yang membutuhkan bantuan.

Add comment

Translate »