Cerita Prasmul
Si Rajin Berburu yang Baru: Kisah Aisya Syifa Safitri Ciptakan Momen-Momen Baru Untuk Memperkaya Hidup

Si Rajin Berburu yang Baru: Kisah Aisya Syifa Safitri Ciptakan Momen-Momen Baru Untuk Memperkaya Hidup

Yang Bagus, Ya Yang Baru!

Kehidupan itu baru berwarna kalau diberikan sesuatu yang baru – setuju tidak? Entah itu tempat, pengalaman, tantangan, teman, atau yang lain, pasti akan memberikan perspektif baru.

Kebetulan, sejak SMA, Aisya selalu menemukan banyak hal baru di banyak titik kehidupannya. Mulai dari  menjadi Putri Lingkungan, menerima beasiswa penuh semasa ia SMA, menerima Beasiswa Bakti 100% di Prasmul, hingga menjadi Ketua P3rspective 2024 di bawah SISO (STEM Prasetiya Mulya Innovation Student Organization).

Dan tentunya, dengan hal-hal baru, pastinya ada banyak perubahan. Misalnya, bagaimana kisah masuk ke Prasmul sebetulnya merupakan Aisya yang melakukan pivot.

“Sebenarnya awalnya bidang ini bukan impian aku,” Prasmulyan berusia 19 tahun ini mengakui. “Aku pengen masuk psikologi di universitas negeri. Tapi ternyata, ada penawaran buat ikut coba beasiswa ke Prasmul.”

Salah satu motivasi awalnya, tentu saja untuk meringankan beban finansial. Namun, tidak hanya itu. Perempuan asal Palembang ini juga menekankan kalau beasiswa menjadi pilihan yang sesuai untuk mahasiswa yang membutuhkan keringanan finansial, sebab keringanan tersebut membuat mereka lebih fokus dalam perkuliahannya. Jadilah, sambil mencari kesempatan tersebut, Aisya mengulik prodi-prodi di luar psikologi yang sesuai dengan minat dan bakatnya yang lain. Pilihannya pun jatuh pada Product Design Innovation.

“Aku ada sedikit minat ke bidang art dan design gitu, dan juga aku suka sama mata kuliah hitung-hitungan atau matematika. Makanya aku coba daftar ke Product Design.” ujarnya.

Jatuh hati dengan mata kuliah Visual Arts dan fisika, Aisya juga berbagi kalau ternyata, ia pernah mengalami kesulitan dalam belajar fisika semasa perkuliahannya di semester lalu. 

“Aku suka sama progress (belajar), bukan hanya sama nilainya. Dulu aku pernah nangis gara-gara nilai Physics aku paling kecil di kelas, tapi jadi merasa jadi tertantang untuk bisa. Dan rupanya aku beneran bisa dan berhasil dapatkan nilai tertinggi di kelas juga.”

Namun hal-hal baru apa sih, dari S1 Product Design Innovation yang membuat Aisya betah dan mantap untuk tetap belajar dan mendalami bidang ini?

Sejauh ini, kita udah belajar mata kuliah physics, creative and design thinking, basic visual art dan masih banyak lagi. Selain itu, kita juga belajar material dan prototyping dan mencoba mengeksekusi material yang ada dengan berbagai aktivitas yang ada dan aku yakin kedepannya akan ada banyak hal menarik yang diajari oleh prodi ini. Karena sejauh ini kita udah coba banyak dan beragam hal ini, aku yakin ini akan memudahkan kita anak anak Product Design Innovation untuk kerja di karir mana aja, yang aku yakin nggak hanya di bidang design aja.

Oh, Canada!

Nah, masih berhubungan dengan segala pengalaman baru, Aisya juga memulai chapter baru kehidupan dengan mencoba mendaftar CANADA-ASEAN Scholarships and Educational Exchange Development (SEED). 

“Yang paling challenging, CANADA-ASEAN SEED ini merupakan beasiswa yang termasuk kategori research, dan proses pendaftarannya cukup menantang. Kita harus mencari supervisor sendiri dan menghubungi profesor di Kanada secara langsung. Selain itu, kita juga perlu menyiapkan rancangan ide penelitian yang akan diajukan kepada profesor atau dosen di sana,” ucapnya.

Dari sekian banyak orang yang mencoba mendaftar, ternyata hanya tiga orang yang mendapatkan balasan. Salah satunya adalah Aisya, yang kini mencicipi pendidikan di University of Waterloo yang punya hawa mirip Yogyakarta selaku kota pendidikan.

Dan betul adanya, sebab di University of Waterloo, Aisya belajar hal baru meski itu untuk menggantikan topik penelitian awalnya tentang sabut kelapa.

“Aku disarankan untuk coba ganti research tentang MICP (Microbial-induced calcite precipitation),” cerita gadis yang suka mendengarkan musik tersebut. “Sederhananya, MICP merupakan bahan yang aman untuk lingkungan atau tidak berdampak ke alam karena merupakan material alami, berasal dari bakteri dan bisa membantu menjaga struktur bangunan seperti semen agar lebih kokoh.”

HADEPAN: Bertukar Ide dengan Rekan Desainer Se-Indonesia

Flashback sekilas dulu ke kehidupan Aisya di Indonesia lagi, tepatnya di kampus Prasmul. Di Prasmul, Aisya juga kerap aktif mengikuti organisasi dan menjadi salah satu bagian dari HADEPAN, sebuah acara Himpunan Desain Produk Mahasiswa Dalam Negeri, sebagai perwakilan Universitas Prasetiya Mulya. 

“Ternyata, HADEPAN adalah forum tanpa struktur formal seperti ketua atau sekretaris. Namun, selalu ada orang yang ditunjuk sebagai pemimpin sementara atau ketua kongres dan perannya bergilir. Biasanya kami mengadakan acara terkait desain, seperti workshop, pameran, atau diskusi. Terakhir kali, HADEPAN dilaksanakan di ISI Jogja, kami bahkan merencanakan kolaborasi dengan UMKM setempat.”

Dari HADEPAN, Aisya jadi mengenal lebih banyak rekan-rekan desain produk se-Indonesia berdiskusi banyak dengan mereka, dan juga bertukar pengetahuan. Asyik bukan? 

Tentunya undangan tersebut tidak tiba secara tiba-tiba di hadapan Aisya – kesempatan tersebut hadir karena Aisya merupakan bagian dari HIMA SISO Prasmul dan Ketua P3rspective 2024. Dan ia pun juga menganjurkan untuk aktif di organisasi atau kepanitiaan agar mendapatkan kesempatan lebih untuk terlibat dalam acara-acara lain di luar kampus.

“Jadi aku lebih mengenal banyak dosen, dan dosen juga melihat aku sebagai mahasiswa yang suka (aktif) ikut acara.”

Add comment

Translate »