Cerita Prasmul
Tech-ing Food to the Next Level: Momen Ayu Patresia Nababan Sebagai Juara 2 STPI II

Tech-ing Food to the Next Level: Momen Ayu Patresia Nababan Sebagai Juara 2 STPI II

Buat kamu yang bercita-cita menjadi akademisi, mungkin mengikuti kompetisi paper ataupun seminar bisa menjadi salah satu goals. Simak momen membanggakan Ayu Patresia Nababan saat menjalani Seminar Nasional Teknologi Pertanian Indonesia (STPI) II.

Bread Summer – Dari Skripsi Sampai Kompetisi

Berawal dari ajakan dosen pembimbing, Ayu, mahasiswi Food Business Technology ini memutuskan untuk mendaftar kompetisi sambil mengerjakan skripsi. “Dosen ngajak, aku pikir sekalian ikutan deh, kan lagi ngerjain skripsi, jadi lebih in line,” ujarnya.

Makalah yang di-submit oleh gadis yang juga hobi memasak tersebut berjudul “Pemodelan Artificial Neural Network (ANN) dalam Memprediksi Sifat Fisik dari Ekstrudat Tepung Komposit Terigu dan Kedelai”.

Singkat kata untuk para pembaca yang awam, Ayu mengekstrusi bahan makanan, yaitu tepung terigu dan tepung kedelai. Ia memprediksi sifat bahan tersebut melalui jaringan saraf tiruan, dan membentuk bahan tersebut di hasil akhir sesuai bentuk ideal yang sudah didesain, semua melalui machine learning. Keren kan?

“Waktu itu, kita punya dua pilihan tesis mandiri atau bisnis. Kebetulan dosen aku ada yang buka project tentang Artificial Neural Network (ANN). Kepo dong!” jelas perempuan alumnus Asrama Yayasan Tunas Bangsa Soposurung Balige tersebut.

Usaha Ayu untuk mencapai titik ini pun tak kalah keren. Ada banyak proses pembelajaran di luar bidang Teknik Pangan, dan salah satunya mengenalkan dirinya dengan Artificial Neural Network. “Kebetulan aku pernah mengikuti dua kali online bootcamp sebagai data analyst dan data scientist, dan nggak jarang mendengar tentang Artificial Neural Network. Makin tertarik! Dan akhirnya memutuskan untuk menjadi project assistant, sekalian juga project ini aku jadiin sebagai skripsi.”

Ayu menjelaskan bahwa penelitian bersama dosen pembimbingnya, Dwining Putri Elfriede, M.P., menggabungkan teknologi yang ada dengan aplikasi di bidang teknologi pangan. “Ini sebenarnya ide dosenku. Kami diskusi tentang machine learning dan memutuskan untuk menerapkannya di ekstrusi, karena kebetulan lab Prasmul punya mesin extruder. Tujuannya, dosenku ingin pakai machine learning untuk memahami proses yang terjadi dalam ekstrusi makanan,” jelasnya.

Dengan meniru sistem saraf dari manusia, Ayu dapat melihat layer input, hidden layer, dan layer output. Hasil prediksi sifat fisik ekstrudat ini cenderung lebih bagus dibandingkan dari teknologi atau pemodelan lain.

“Jadi kegunaannya, misal kita ingin membuat ekstrudat dan ingin hasil akhir atas sifat fisiknya segini, kita bisa menggunakan data-data dari penelitian. Jadi akan lebih menghemat waktunya, lebih efisien lagi,” papar Ayu.

Behind the Kitchen, the Lab, and the Seminar

Seperti yang dijelaskan tadi, Ayu menjalani berbagai persiapan yang akhirnya mendorongnya untuk bergabung ke seminar ini.

“Dari semester lima, aku lihat ada program Kampus Merdeka, yaitu MSIB (Magang dan Studi Independen Bersertifikat). Banyak posisi yang buka, terutama di bidang data scientist dan data analystskill yang sangat dibutuhkan di perusahaan besar,” jelas Prasmulyan angkatan 2020 ini tentang motivasinya terjun ke bidang yang baru.

Menurut aku, dengan background teknologi pangan dan punya skill di data scientist, akan membuat spesialisasi yang berbeda dan meningkatkan diri aku lebih baik lagi.

Dan dengan bantuan MSIB, bootcamp, ilmu-ilmu yang sudah didapat oleh Ayu di Prasmul, serta bimbingan Abdi Christia, M.Sc. dan Dwining Putri Elfriede, M.P. (dosen-dosen pembimbing), Ayu pun maju mengerjakan penelitian. 

“Kedua beliau ini sangat berperan dalam menyusun tesisku dan tentu seminar nasional teknologi pertanian ini. Pak Abdi sebagai ketua project sangat membantu dalam technical skills, terutama dalam pemodelan Artificial Neural Network-nya,” sebut gadis yang pernah magang di Kalbe dan Nestle tersebut. 

Dalam prosesnya, tentu saja Ayu tidak lekang akan jatuh bangun, juga kesalahan. 

“Terkadang aku banyak banget error-nya, kadang aku pecahin sendiri, tapi kalau sudah mentok, aku selalu diskusi dengan Pak Abdi dan beliau selalu siap sedia untuk membantu. Bu Dwining juga banyak membantu untuk mengambil keputusan, memeriksa tesis aku, sebelum upload ke seminar nasional teknik pangan ini,” cerita Prasmulyan yang juga bercita-cita ingin melanjutkan studinya di jenjang S2. 

Selain bangga atas pencapaiannya di tingkat nasional, Ayu juga bersyukur bisa menunjukkan kemampuannya dalam riset STEM untuk masa depan. Sukses terus untuk rencana karier dan akademikmu, Ayu!

Add comment

Translate »