Lomba bersama teman itu mengasyikkan, apalagi kalau berbuah kemenangan. Namun, di kasus Fernando Octavianus Wilna, I Made Wiyustadha Dwi Ambara, dan Jusufenzo Tjoitang (S1 Business 2021), awalnya tidak semanis ini. Ini bukan pertama kalinya mereka berkompetisi sebagai satu tim, karena kali pertama mereka, hasilnya kurang memuaskan.
Ini beberapa hal yang mereka perbaiki saat mencoba ikut lomba lagi!
- Finding the middle grounds
Saat membentuk tim yang terdiri dari beberapa orang, sudah pasti kalian akan menemukan banyak sekali perbedaan. Mulai dari watak, kemampuan, sampai hal-hal kecil seperti jadwal dan kebiasaan.
“Dari cara mereka berpikir, gaya nugas dan gaya berpikir kita ini kan beda-beda,” ungkap Made, yang hobi berolahraga. “Jadi masing-masing dari kita ini beda kelas, untuk nyocokin jadwal dan bisa untuk kerja bareng itu agak sulit karena waktunya juga terbatas,” Fernando juga menambahkan.
Walau awalnya susah mencari jalan tengah, Made mengaku kalau ia sangat puas saat akhirnya mendapat solusi win-win. Baik itu jadwal ketemu dan belajar bersama, atau bahkan berhasil sepakat dengan pembagian tugas, semuanya rasanya worth it. “Ketika kita berhasil nyatuin gaya kita dan nemuin ritme kita bekerja gimana, hasilnya sangat memuaskan sih.” kata Made.
- It’s time to network!
Fernando bilang, salah satu pengalaman saat mengikuti lomba yang berkesan adalah saat ia mengunjungi menara BCA bersama teammatesnya dan bertemu kontestan-kontestan dari universitas lain.
Made pun setuju dengan rekannya yang hobi mendengarkan lagu. Karena menurutnya, saat kunjungan, mereka bisa memperluas network mereka. “Nambah relasi juga bukan cuma sama peserta, tetapi juga dengan stakeholder-stakeholder BCA. Panitia juga, itu pengalaman yang sangat baik dan berkesan menurut saya.”
Networking ini juga tidak terbatas dari kalangan eksternal kampus, lho! Sebab, Fernando juga sempat ngobrol dengan kakak-kakak tingkat di Prasmul …
- Learn from the best!
… untuk belajar! Belajar apa, kira-kira?
“Pitch deck. Aku coba cari ke angkatan atas yang sudah pernah lomba,” cerita pemuda yang juga akrab dipanggil Nando. Awal mulanya, ia penasaran tentang cara belajar dan cara mengerjakan case lomba. “Jadi referensi, itu yang aku share ke temen-temen yang lain, jatuhnya jadi pembelajaran bersama sih.”
Selain membuat presentasi yang oke, Nando juga mengaku kalau ia sempat ngobrol dengan senior-senior yang pernah juara 1 dan 2 di perlombaan-perlombaan bisnis.
“Ide mereka itu seperti apa dan kenapa mereka bisa menang? Ternyata di lingkungan bisnis itu bukan permasalahannya cuma dari bisnis, marketing, keuangan, ternyata mereka itu menyangkutpautkan teknologi yang saat ini sangat urgent, itu salah satu poin yang kami kurang, dan kami belajar dari sana.”
- The right way to present…
Nah, omong-omong soal presentasi, tentunya belum lengkap kalau usaha Nando untuk mepet ke senior dan minta wejangan tidak diberi testimoni dari teammate sendiri.
“Kita membuat pitch deck PPT lomba itu ala FMCG. Itu gara-gara Nando sih,” kata Made sambil tertawa. Selain dicoba di perlombaan, Made juga mencoba membuat presentasi dengan style yang sama saat nugas. Isinya? Mencakup berbagai macam aspek operasional bisnis, dari planning, budgeting, marketing, manajemen, analisis pasar. Persis, seperti apa yang mereka pelajari selama berkuliah di Prasmul. “Hasilnya sangat memuaskan. Menurut aku ini suatu pembelajaran yang sangat-sangat berharga sih. Sangat berguna banget untuk kelanjutan dari hidupku.” tambah pemuda yang kini sibuk menuntaskan Business Project-nya.
“Jadi emang kita selama berkuliah 7 semester ini, udah dapet banyak banget di Prasmul, gimana sistemnya, gimana cara kita melihat perspektif dari sudut pandang bisnis secara keseluruhan itu seperti apa.” kata Nando.
- Review and recheck
Sebelum menuntaskan tugas apapun, ada baiknya selalu review dan recheck. Terlebih, soal data. Menurut Nando dan Made, data menjadi salah satu elemen penting dan vital dalam presentasi yang baik.
“Karena kita udah diasah dari semester satu dalam mengolah dan present data di Prasmul, itu sangat membantu akhirnya kita punya nilai plus,” Made menjelaskan. “Apalagi, ada fasilitas kayak Statista yang juga membantu untuk mencari data.”
“Data kita, bisa dikatakan lebih akurat dibanding peserta lomba lainnya.” Nando menambahkan. “Cara kita menyampaikan sesuatu juga harus dilatih terus. Itu jadi salah satu daya saing kelompok kami di antara kelompok lain ketika sedang presentasi depan juri.”
Add comment