Cerita Prasmul
Butet Manurung Berikan Kuliah Umum di Universitas Prasetiya Mulya

Butet Manurung Berikan Kuliah Umum di Universitas Prasetiya Mulya

IMG-20160524-WA0007

Setelah bertahun-tahun menjadi bahasan dalam mata kuliah CommDev,pada 24 Mei 2016, Saur Marlina Manurung, atau yang lebih dikenal dengan Butet Manurung hadir langsung memberikan kuliah umum dalam mata kuliah CommDev di Universitas Prasetiya Mulya, BSD.  Wanita kelahiran 21 Februari 1972 ini sudah dikenal dunia internasional sebagai  pahlawan pendidikan Indonesia, bahkan Majalah Time pernah menganugerahinya sebagai “Hero of Asia Award 2004”.

IMG_6558 (1)

Butet Manurung dikenal sebagai guru yang memberikan totalitasnya kepada suku anak dalam. Sekolah rintisan pertama kali ia terapkan bagi masyarakat Orang Rimba (Suku Kubu) yang mendiami Taman Nasional Bukit Dua BelasJambi. Metode yang diterapkannya bersifat setengah antropologis. Pengajaran membaca, menulis, dan berhitung dilakukan sambil tinggal bersama masyarakat didiknya selama beberapa bulan. Sistem ini dikombinasi dengan mempertimbangkan pola kehidupan sehari-hari masyarakatnya.

Butuh waktu 7 bulan bagi Butet Manurung untuk bisa diterima sebagai teman oleh orang rimba tersebut. Karena “kadang yang menurut kita baik belum tentu baik untuk komunitas yang kita datangi”. Sejak kedatangannya di rimba Jambi pada 24 September 1999, baru pada 22 April 2000 untuk pertama kalinya anak-anak orang rimba meminta bersekolah. Sejak itu, ia bersama teman-temannya mengembangkan suatu pendidikan alternatif bagi orang rimba.

Ia kemudian mendirikan Sokola Rimba pada 2003, dengan slogan “Pendidikan untuk masyarakat adat.” Sebuah sekolah tak berdinding dan nomaden di belantara hutan tropis Jambi. Di sekolah ini, Butet menerapkan metode olahannya sendiri yang ia sebut sebagai metode silabel.

Proses belajar mengajar yang ia lakukan tidak jarang mendapat rintangan. Masyarakat Suku Anak Dalam masih beranggapan bahwa ilmu dari luar yang diajarkan Butet bisa membawa malapetaka. Namun, Butet tetap gigih mengajar dan berusaha dengan keras meyakinkan mereka akan pentingnya pendidikan.

IMG-20160524-WA0009 IMG-20160524-WA0003

 

Dalam pikiran Butet adalah wajar orang rimba curiga dengan apa yang datang dari luar komunitas mereka. Rasa curiga tersebut disebabkan karena orang rimba merasa tertekan oleh orang luar yang menilai mereka primitif dan bodoh karena hidup di hutan. Padahal mereka merasa nyaman dengan hidup seperti itu. Terlebih, banyak orang luar yang melakukan penipuan kepada mereka, juga pencurian kayu atas nama organisasi yang tidak mereka mengerti. Namun, hal ini justru lebih meyakinkan Butet bahwa memang orang-orang ini membutuhkan pendidikan. Dengan pendidikan, mereka lebih bisa berinteraksi, tidak mudah ditipu, dan mampu menjaga hutan mereka dari gangguan orang-orang luar.

Setelah mendapat pendidikan dasar dari Butet, orang rimba yang menjadi komunitas didiknya mulai memahami dan mengetahui bagaimana berkomunikasi dengan orang luar yang datang ke tempat mereka. Mereka juga sudah bisa menghitung dan membaca, termasuk tahu kepada pihak mana mereka bisa mengadukan perilaku individu atau organisasi yang melakukan pembalakan liar, pencurian kayu, dan tindakan kriminal lainnya. Dengan demikian, pendidikan yang dilakukan Butet di komunitas tersebut telah banyak membantu mereka untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan mereka.

Setelah berhasil mengembangkan Sokola Rimba di Jambi, Butet berpikir untuk lebih mengembangkan yayasan pendidikan alternatif yang dapat menjangkau komunitas-komunitas adat di Indonesia yang belum terjamah oleh pendidikan formal. Yayasan itu namanya adalah Yayasan Sokola. Ia pun mengganti slogan Sokola Rimba menjadi “Sokola literasi dan advokasi untuk komunitas adat di Indonesia.” Jika dulu Sokola Rimba mengajarkan semua keahlian dasar pada masyarakat adat dan berusaha untuk menyelesaikan semua masalah, saat ini kegiatannya lebih berfokus pada pendidikan advokasi dan literasi agar masyarakat adat dapat mandiri dan berdaya menyelesaikan masalah mereka sendiri.

Semoga Butet dapat terus menginspirasi banyak orang di Indonesia, dan semakin banyak pahlawan – pahlawan wanita seperti Butet.

Sumber: http://1001indonesia.net/butet-manurung-sokola-rimba/

Add comment

Translate »