Jakarta – 15 November 2017. Permintaan akan profesi aktuaris bagi Negara berkembang semakin meningkat setiap tahunnya. Namun, pengembangan ilmu aktuaria di Indonesia terus menghadapi tantangan, seperti kurangnya aktuaris dengan latar pendidikan formal ilmu aktuaria, pembelajaran ilmu aktuaria yang tidak memadai, kurangnya dosen ilmu aktuaria, serta rendahnya kesadaran masyarakat tentang ilmu aktuaria dan peluang karirnya.
Jika ditelisik lebih lanjut, dilansir dari website resmi aktuaris.co.id, definisi aktuaris adalah:
Seorang ahli yang dapat mengaplikasikan teori matematika, probabilita dan statistika, serta ilmu ekonomi dan keuangan untuk menyelesaikan persoalan-persoalan aktual pada sebuah bisnis, khususnya yang berhubungan dengan risiko.
Untuk lebih membuka wawasan dan mengenalkan peluang profesi tersebut kepada mahasiwa dan mahasiswi Prasetiya Mulya, jurusan S1 Business Mathematics mengadakan kuliah umum yang bertajuk “The Actuary of Tomorrow”.
Kuliah umum ini menghadirkan pembicara dari PricewaterhouseCoopers (PwC) Indonesia. PwC sendiri merupakan perusahaan yang menawarkan jasa konsultansi di berbagai bidang, salah satunya adalah jasa aktuaria. PwC melihat jeli kebutuhan aktuaris di Indonesia beberapa tahun ini sangatlah tinggi, oleh karena itu, PwC memberikan jasa konsultan aktuaria.
Nico Pramudita (Senior Associate – Actuarial Services) dan Rheza Tamin (Associate – Actuarial Services) pada Selasa, 14 November 2017 lalu memberikan pandangan dan info menarik dari profesi aktuaris kepada para mahasiswa/i S1 Business Mathematics angkatan 2017 di Prasmul, kampus BSD. Menurut Rheza, kebutuhan aktuaris di Indonesia sangatlah tinggi, terlihat dari perbandingannya 1:1.000.000.
Rheza menambahkan, untuk meraih titel sebagai aktuaris, para mahasiswa harus mulai ‘mencicil’ untuk mengikuti ujian Associate Society of Actuaries of Indonesia (ASAI) dari Persatuan Aktuaris Indonesia. “Karena kebutuhannya makin meningkat, maka kalian mencicil ujiannya sejak dini agar ketika lulus nanti untuk mendapatkan sertifikasi ASAI tidak terlalu lama mengambilnya.”
Lain halnya dengan Nico yang sebelumnya sudah mempunyai pengalaman menjadi aktuaris sebelum menjadi konsultan di PwC. Menurutnya, baik bekerja di industri atau sebagai konsultan, keduanya merupakan hal yang menarik. “Jika bekerja di industri atau perusahaan, kalian akan lebih fokus dengan apa yang dikerjakan karena tahu internal perusahannya, tetapi pengetahuan eksternalnya akan kurang. Sedangkan jika menjadi konsultan, kalian hanya berdasar oleh data yang klien berikan tidak sampai mendasar, namun pengetahuan dunia luarnya akan terbuka lebar. Masing-masing ada kelebihan dan kekurangannya,” ujarnya. (*DDN)
Add comment