Gerai kopi di Jakarta tumbuh pesat bak cendawan di musim hujan.
Dengan jumlah pemain yang tak sedikit, modal ikut-ikutan tren saja dirasa tak cukup untuk mampu bertahan di pasar ini. Konsumen terus mencari gerai kopi yang menyelaraskan kebutuhan dan keinginan, mereka yang mampu mengharmonisasikan sajian produk, servis, dan ambience sebagai pengalaman yang menjual.
Lalu, bagaimana para pebisnis kopi bertahan dalam gempuran pasar red ocean?
Menurut Co-Founder Three Folks Coffee, Creamery and More yaitu Dave Setiaputra (Alumnus S1 Business 2010) dan Kuncoro Wibowo (Alumnus MM Regular 52), diferensiasi adalah kuncinya. “Kopi trennya lagi naik banget, namun diferensiasinya kurang jelas. Dari teori yang kami dapat di Prasmul, ketika masuk di red ocean market, diferensiasi harus terlihat untuk ciptain greater product, service and demand for the market,” ungkap Dave.
Three Folks: 3 Jantung dalam 1 Entitas
Dua sosok yang sama-sama merintis ilmu di Prasmul ini mencoba mengimplementasikan bekal kuliah dan pengalamannya dalam mendirikan Three Folks Coffee, Creamery, and More. Berdiri di penghujung tahun 2016, Three Folks lahir atas pemikiran 3 penggagas dengan latar belakang yang beragam. “Passion dan skills para Founder yaitu sebagai Roaster, Barista, dan Ice Cream Maker kami satukan dalam suatu brand bernama Three Folks,” cerita Kuncoro.
Kami mengembangkan 3 aspek dengan 3 market yang berbeda, karena disitulah peluangnya…
Sengaja beda. Itulah yang menjadi prinsip para Founder dalam menumbuhkan Three Folks. Kalian bisa menemukan sajian makanan bergaya Jepang, varian minuman kopi, hingga es krim artisan dalam satu lantai toko ini. Sama halnya dalam menentukan identitas. Bukan hitam ataupun hijau, Three Folks memilih warna biru sebagai ciri khas toko kopi berlogo gurita ini.
Cerita dari Barat ke Selatan
Cerita Three Folks dimulai dari toko kecil yang ada di bilangan Meruya, Jakarta Barat. Para alumni Prasmul menyulap salah satu ruko di Taman Aries ini menjadi sudut bergaya minimalis Jepang, lengkap dengan furnitur bernuansa biru dan putih.
Tak sedikit dana yang terkucur untuk membuat Three Folks menjadi nyata, otomatis mereka harus mengedepankan strategi efisiensi dalam menjalankan Three Folks di awal kemunculannya.
“Di awal pengoperasiannya, belum bijak rasanya kalau kami merekruit banyak staff. Kami sepakat kerjain sendiri apapun yang bisa kami kerjain. Baik bergantian in charge di depan meja, maupun belakang meja,” kenang Kuncoro.
Ternyata, ketelatenan dan sentuhan langsung para Founder sangat menentukan pertumbuhan bisnis mereka. Perlahan tapi pasti, Three Folks mulai menerima respon positif dari pengunjung maupun investor. (Baca juga: Kisah Charles Tantiono dan Wakacao Beef Pepper Rice)
“Meski tokonya lumayan kecil dengan tempat yang agak tersembunyi. So far, animonya bagus hingga bisnisnya bisa berkembang hingga ke Cilandak, Jakarta selatan.”
Modal kecil bukan hambatan
Bicara mengenai ekspansi, Dave dan Kuncoro juga punya cerita menarik terkait hal ini. Tiga pengaggas memang punya mimpi besar dalam membawa “anak” yang dinamakan Three Folks ini untuk menjadi besar. Namun, perkara funding selalu menjadi pagar yang membatasi gerak mereka.
“Sebelum memutuskan untuk buka bisnis ini, masing-masing dari kami baru kerja beberapa tahun. Jadi kalau kalian bayangkan, pasti ketebak kira-kira tabungan kami berapa,” canda Dave.
Selalu ada solusi dari tiap permasalahan, dan siapa sangka kalau masalah permodalan yang mereka hadapi bisa diselesaikan berkat ilmu pengetahuan dari Prasmul.
“Ilmu dari Prasmul menyadarkan kami kalau diluar sana ada orang yang punya banyak dana, namun bingung mau digunakan untuk apa. Berani untuk buat investor sheet hingga proposal adalah jawabannya,” Cerita Dave.
Lebih dekat dengan komunitas
Going beyond just the product itself, itulah yang coba diterapkan Three Folks. Mereka membawa brand lebih dekat dengan komunitas dan masyarakat agar Three Folks bisa jadi titik temu bagi orang dengan passion yang sama. Kuncoro bercerita, “Banyak kolaborasi yang terjalin di Three Folks. Kami ngadain acara dengan coffee shop lain, buat Affogato Crafting Workshop, hingga jalin relasi dengan sesama owner untuk product testing.”
Menjelang hari jadinya, para penggagas berharap banyak mimpi yang bisa tercapai di usia baru Three Folks. Better management, more branch, and greater profit adalah seutas doa yang rasanya patut kita amini. Bagaimana Prasmulyan, tertarik untuk menghabiskan akhir pekan disana? sampai bertemu di Three Folks! (*vio)
Sumber gambar:
Add comment