Kamu tahu tidak, saat belanja online, produk fashion dan kecantikan merupakan barang yang paling dicari oleh masyarakat Indonesia? Menurut data yang dilansir dari Katadata, kedua kategori tersebut duduk di peringkat pertama, dengan penjualan mencapai USD2,47 miliar atau sekitar Rp32 triliun. Wow!
Angka ini tentu memancing otak pebisnis para ‘Kartini Masa Kini’ yaitu Samira Alatas, Lizzie Parra, dan Tinanda Nabila Priangdara. Tiga perempuan berprestasi alumni Universitas Prasetiya Mulya ini berhasil mencetak nama sebagai beautypreneur Indonesia. Apa rahasia kesuksesannya? Yuk, berkenalan lebih dalam lagi dengan mereka.
Samira Alatas – Tidak Berhenti Belajar
Salah satu kunci sukses menurut saya adalah mulai ngebuilding CV sejak masih kuliah.
Bukan omongan belaka, saran inilah yang menuntun Samira, Founder dari merek pulas bibir Mad For Lipstick, sampai ke titik unggul.
Selama berkuliah di Prasmul Jurusan S1 Business, Samira tidak hanya membangun IPK, tapi juga mengikuti berbagai kegiatan non-akademis demi meresapi pengalaman sebanyak-banyaknya. Ia sempat menapakkan kaki di Polandia bersama AIESEC Prasetiya Mulya, dan dengan bantuan Career & Development Center Prasmul, Samira kembali magang di MullenLowe, direkrut oleh Unilever, kemudian berakhir di L’Oreal sebelum akhirnya lulus di tahun 2016.
Dengan bekal ilmu yang ia kantongi, perempuan pernah menjabat sebagai Beauty Supply Consultant di sebuah perusahaan tersebut mulai mengenalkan brand kosmetik ciptaannya ke dunia. Nama Mad For Lipstick meroket di kalangan supplier dan konsumen pecinta lipstik matte. Tak dapat dipungkiri bahwa wanita aktif ini memiliki timing yang sempurna. Munculnya Mad For Lipstick melengkapi kebutuhan produk lipstik matte berkualitas yang sedang diincar beauty enthusiasts. (Baca juga: Samira Alatas, Beautypreneur di Balik Mad For Lipstick)
Kini, Mad For Lipstick berhasil menarik beberapa big reseller seperti AEON Supermarket, Century, Sociolla hingga Brand Outlet Plaza Indonesia. Mengenal determinasi Samira yang sulit diruntuhkan angin badai, ini tentu bukan akhir dari kisah Samira dalam membangun sebuah empire.
Lizzie Parra – Make Up Artist, Blogger, Entrepreneur
Buat kamu yang suka dunia beauty, pasti sudah familier dengan beauty blogger yang satu ini: Elizabeth Christina a.k.a Lizzie Parra. Selain dikenal sebagai vlogger dan makeup artist, ia juga merambah ke dunia entrepreneur dengan menggubah lini kecantikannya sendiri bertajuk BLP (By Lizzie Parra).
Alumni Prasmul angkatan pertama ini (2005) memang sudah lama takjub dengan dunia beauty. Setelah kelulusannya, ia mendaratkan diri di program management trainee L’Oreal, dan tak lama kemudian bertanggung jawab atas produk YSL. “Yang masukin CV-ku ke L’Oreal itu Prasetiya Mulya, lho!” tuturnya.
Lizzie kemudian mulai melatih diri menggunakan makeup, baik secara autodidak maupun kursus. Tak sia-sia, namanya mulai bersinar melalui blog-nya, www.lizzieparra.com dan word of mouth. Keahliannya sebagai makeup artist kerap dibutuhkan selebriti, beauty spread di majalah, sampai ke acara pernikahan. Dengan nama yang kian melambung, Lizzie pun memberanikan diri membuka produk di bawah label nama sendiri, dimulai dengan lip coat. “Penjualannya surprisingly heboh,” kenangnya. “Hari pertama, sudah ada 1400 order, dan kita jual 4000an di minggu pertama.”
Terbilang baru di bidang e-commerce, wanita yang memiliki 400 koleksi lipstik ini sempat kewalahan mengatasi website yang terus-menerus crash. Namun setelah 4 tahun meniti ilmu di Prasmul, Lizzie memperoleh insting entrepreneur dan ulet dalam mengembangkan bisnisnya. (Baca juga: Lizzie Parra – Beauty Blogger, Vlogger, Make Up Artist, dan Entrepreneur)
Semua ini bisa dibilang hasil pembelajaran dari Prasetiya Mulya, dari segi branding, pemasaran, advertising, dan PR.
Menurut sang Founder, kehadiran BLP menjawab keinginan pasar untuk memiliki lip coat yang pigmented dalam satu swipe. Walaupun merupakan lipstik matte, produknya diakui tidak kering sehingga nyaman digunakan konsumen dengan bibir cenderung pecah-pecah. Masih banyak target yang ingin dicapai Lizzie. Yang pasti, BLP sedang on the way menuju brand yang dikenal secara global.
Tinanda Nabila Priangdara – Dari Gabut Jadi Ide
Apa yang kamu lakukan saat sedang gabut? Jika kamu adalah Tinanda Nabila Priangdara, maka kamu akan mendirikan sebuah brand kosmetik yang sukses dan dihormati.
Perempuan yang biasa dipanggil Naya ini bercerita, tahun 2014 silam, ia dan ketiga temannya mengisi waktu luang dengan menelusuri online shop dan membeli produk kosmetik luar negeri melalui jasa penitipan. Pertanyaan pun terlintas di benaknya: mengapa harus serepot ini demi mendapatkan produk berkualitas yang ia inginkan? Apalagi ketika mengetahui bahwa Indonesia memiliki semua resources yang dibutuhkan untuk menciptakan kosmetik yang sederajat dengan brand kenamaan internasional. Ide Rollover Reaction pun tercetus.
“Waktu di Prasmul, ada dosen yang pernah mengatakan, ‘if you want to create a sustainable business, maka kamu harus berangkat dari problem,’” tutur lulusan S1 Business 2010 ini. Dengan saran tersebut di benak, Naya merealisasikan idenya secara perlahan. Tak gegabah, ia melakukan riset dan mengajak kerja sama partner dan manufacturer yang sempat memandangnya sebelah mata karena statusnya sebagai fresh grad. “Kami terus mengejar, meyakinkan, sampai akhirnya kerja sama tersebut terjalin,” cerita alumni SMA Negeri 70 tersebut.
Setelah melalui jalan berbatu, lahirlah produk Rollover Reaction pertama di tahun 2016. Bertajuk SUEDED! Lip & Cheek Cream, Rollover Reaction menyajikan produk multifungsional untuk melayani konsumen masa kini yang Naya anggap semakin aktif dan fast-paced. Menggunakan media sosial sebagai alat untuk mengkomunikasikan produknya, Rollover Reaction kini memiliki hampir 100 ribu followers di Instagram.
Jangan asal bikin bisnis namun melupakan aspek legal. Ini hal penting yang sering dilupakan generasi muda.
Perempuan yang gemar traveling tersebut mengaku bahwa kesuksesan Rollover Reaction terbantu berkat para Founders yang juga sesama Prasmulyan. Melalui berbagai proyek wajib dari kampus, Naya dan tim-nya telah terbiasa mewujudkan ide bisnis dan membuat business model. “Membuat perusahaan, HKI, dan pendaftaran merek, Aku dan teman-teman sudah paham hal ini karena pernah mempelajarinya di kampus.” terangnya. “Satu tahun sebelum release dan launching, kami sudah selesaikan semua perihal legal.”
Naya percaya sepenuhnya bahwa industri lokal dapat menghasilkan produk yang pantas menandingi brand internasional. Melihat brand kosmetik lokal yang mulai menjamur, baik itu Mad For Lipstick, BLP, atau Rollover Reaction, Naya menganggapnya sebagai pertanda baik bagi kemajuan industri kecantikan Indonesia.
Tak sebatas sama-sama bergelut dalam bisnis kecantikan, Samira, Lizzie, dan Naya punya kemiripan lain yaitu berjalan dengan kegigihan layaknya sosok Kartini. Apa kamu terinspirasi untuk menjadi Kartini selanjutnya yang turut menyuburkan perekonomian Indonesia? (Teks:SDD, Editor: VIO)
Add comment