“Finally. Akhirnya teman-teman, hari yang kita tunggu-tunggu sejak hari pertama kuliah. Hari yang bahagia dan membanggakan bagi kita semua.” buka Christian Ade Chandra Meliala, M.M.. “Untungnya kita tidak pilih menyerah, padahal itu lebih mudah. Kita milih yang lebih susah — ya, memang menyusahkan diri kita sendiri, tapi kita sampai di titik ini.”
Pada 12 Desember 2024 lalu, kumandang lagu Indonesia Raya bergaung di Nusantara Hall ICE BSD City menyambut 1.356 wisudawan dari Universitas Prasetiya Mulya. Lambang kampus dan ekspresi bangga yang tersemat di toga dan wajah satu per satu memasuki ruangan, mengakhiri satu babak. Segala rasa tentang babak baru yang menunggu pun dapat dirasakan. Mulai dari senang, gugup, dan takut karena masa depan yang penuh misteri, terlebih dengan banyaknya perkembangan teknologi dan perubahan lapangan kerja yang dibawa. Ditambah, beragam tantangan global yang menipiskan harapan.
Wisuda tahun ini, Universitas Prasetiya Mulya bertemakan “Triumphing Together in a Stormy Sea of Technology Changes”, mengangkat topik tersebut, memulai percakapan yang tampaknya sulit untuk dimulai, tapi tetap tak terelakkan.
“Dalam langkah menuju arena global, ada kekuatan besar untuk menghadapi masalah-masalah
mendesak seperti perubahan iklim, ketidaksetaraan gender, dan ketidakadilan sosial,” buka Dekan School of Business & Economics Prasmul Fathony Rahman DBA. “Meskipun jalan ke depan penuh dengan tantangan, harapan yang besar juga menanti,” pesannya.
Sebab, para Faculty Member dan civitas academica Prasmul lainnya percaya terhadap potensi yang dimiliki oleh para lulusan. Bermacam-macam prestasi dibacakan sebagai pengingat bahwa Prasmulyan memiliki bekal dan daya juang untuk bertahan hidup.
“Employment rate lulusan STEM Prasmul tembus di angka 85% lulusan bekerja sebelum 6 bulan setelah lulus,” sebut Dekan School of Science, Technology, Engineering and Mathematics Prasmul Stevanus Wisnu Wijaya, Ph.D. Keberadaan School of STEM di Prasmul juga menjadi wujud nyata bahwa teknologi betul-betul bisa hidup berdampingan dengan manusia.
Beberapa Prasmulyan STEM mendapatkan Graduate Award, sebagai pengakuan atas kemampuan dan kualitas kinerja mereka dari perusahaan mitra.
Para alumni dari School of Law and International Studies juga membuktikan bahwa dengan majunya teknologi dan digitalisasi, mereka tetap bisa berkontribusi dalam menegakkan peraturan dan mempertahankan posisi manusia dengan praktis etis.
“Para wisudawan dan wisudawati SHSI telah menunjukkan pemahaman mendalam tentang hukum dan bisnis internasional, terutama ketika bersinggungan dengan hukum digital dan Asia Timur,” papar Hassan Wirajuda, S.H., MALD., LL.M., SJD.
“Ke depannya, teman-teman mungkin akan menghadapi rintangan yang lebih besar. Beban hidup yang lebih besar. Ketika menghadapi itu, silakan diam sejenak. Kemudian mulai mengingat kembali kuliah di Prasmul. Kalau tugas-tugas Prasmul saja bisa kita lewati, kita pasti bisa melewati yang lain.” pesan Christian Ade selaku wisudawan perwakilan MM Strategic Management Batch 62, setengah berkelakar. “Jadi jangan takut, jangan cemas. Teruslah belajar dan jangan takut keluar dari zona nyaman.”
Di akhir acara, Rektor Universitas Prasetiya Mulya Prof. Dr. Djisman S. Simandjuntak mengutip Karl Polanyi mengenai tantangan yang dimunculkan oleh perkembangan teknologi. “Zaman teknologi adalah nasib manusia, bukan pilihan,” ucap Profesor Djisman. Ia melanjutkan dengan wejangan terakhir, sebelum alumni Prasmulyan melangkah ke babak baru mereka sekeluarnya dari gedung acara.
“Ke mana pun anda melangkah bawalah teknologi sebagai kawan, niscaya rezekimu akan mengganda diperkaya oleh rezeki teknologi itu. Selamat bertugas, selamat jalan dan sampai berjumpa.”
Proficiat, Prasmulyans!
Add comment