Pada Jumat (06/03) lalu, Universitas Prasetiya Mulya sukses menyelenggarakan Inspiring Business Talk yang bertempat di @America, Jakarta. Dalam acara ini, Bapak Krishnamurti Muniardi (Faculty Member & MM Coordinator di Universitas Prasetiya Mulya) dan Bapak Muhammad Idham Rizki (Brand Development Manager di Johnson & Johnson) berbagi mengenai strategi pemasaran berbagai merek besar Amerika dalam mempenetrasi pasar internasional.
Amerika Serikat & Country of Origin
Sudah menjadi rahasia umum bahwa country of origin (COO) mempengaruhi keputusan pembelian konsumen. Jika sebuah negara dipercaya sebagai produsen barang berkualitas– berperforma baik dengan durabilitas yang tinggi, konsumen tidak akan ragu membayar harga yang mahal untuk mendapatkannya1.
Selain kualitas, komponen lain seperti pemenuhan kebutuhan psikologis, keterikatan emosional, dan status sosial yang ditawarkan sebuah produk juga berpengaruh pada keputusan pembelian konsumen2. Berbagai komponen itulah yang berhasil dipenuhi oleh Amerika Serikat dan membuat produk-produknya masuk dalam 10 besar indeks Best Countries Origin.
Yang Lebih Penting dari Country of Origin
Barang yang diproduksi oleh negara-negara dengan indeks COO yang tinggi seperti Jerman, Jepang, Italia, Inggris, dan Prancis memang sudah memiliki ruang tersendiri dalam benak konsumen. Namun, bukan berarti produk asal Indonesia tidak mampu bersaing. Ada entitas lain yang peranannya lebih signifikan dibandingkan COO. Entitas itu disebut Brand Equity.
Brand Equity adalah valuasi sebuah merek yang didasarkan atas persepsi dan pengalaman konsumen. Semakin tinggi nilainya, konsumen akan semakin percaya bahwa brand Anda berkualitas dan mampu memenuhi kebutuhan mereka, baik secara fisik maupun psikologis.
“Untuk membicarakan brand, kita harus berpikir lebih jauh dari sekedar produk dan fungsinya,” jelas Bapak Krishnamurti Murniadi, PhD (Faculty Member dan MM Coordinator Universitas Prasetiya Mulya). “Selain menjual produk, jual kisahnya. Pada produk pancake instan, misalnya. Jangan sekedar menjual rasa yang enak, Anda juga harus membuat konsumen merasa bahwa dirinya koki profesional.”
Konsistensi Adalah Kuncinya
Agar menjadi pilihan konsumen, Brand yang kuat adalah yang mampu menjaga konsistensi value dan kualitas produknya di berbagai saluran pemasaran, baik sekarang hingga masa mendatang.
“Bayangkan jika anda harus memilih antara Starbucks dan warung kopi lokal di negara yang bahasanya benar-benar asing. Mana yang Anda pilih?” Tanya Pak Kris malam itu. Para audiens pun serempak menjawab Starbucks. “Kita memilih Starbucks karena kita sudah tahu apa yang akan kita dapatkan dari mereka. Kita sudah paham dengan menu dan rasa kopinya, serta sudah tahu bagaimana kebersihan toilet dan kecepatan internetnya.”
Selain dari segi penyampaian value, konsistensi pun harus dijaga dari segi persediaan produk. “Contohnya di Johnson & Johnson. Value kami adalah ‘semua orang berhak mendapatkan kesehatan’. Namun ketika konsumen datang ke supermarket, ternyata produk kami sulit didapatkan. Disini sudah terlihat inkonsistensi,” Jelas Pak Idham. “Makanya, selain memastikan harga dan saluran penjualan kita sudah tepat, pastikan juga kita memiliki kapasitas untuk memenuhi permintaan konsumen agar penjualan tidak berhenti di tengah jalan.”
IB Talk merupakan kegiatan berbagi ilmu yang dilangsungkan oleh Universitas Prasetiya Mulya. Berkolaborasi dengan berbagai perusahaan dan korporasi, IB Talk menjadi salah satu platform bagi para praktisi dan akademisi untuk giveback kepada masyarakat umum.
Kami mengundang Anda menjadi kolaborator pada acara selanjutnya. Untuk diskusi lebih lanjut, silahkan menghubungi MCR Prasetiya Mulya via telepon: 021-304-50-500 (Ext: 2013) atau email: florentina.theresia@pmbs.ac.id.
Add comment