Ketika pandemi mengundang banyak halangan yang menghadang masyarakat dan membuat nyali orang-orang ciut, Ajeng Islaminingsih justru memberanikan diri membuat dobrakan sebagai Ketua AIESEC Prasetiya Mulya di tengah kesibukan menjadi mahasiswa tingkat akhir S1 Branding. Yuk, simak cerita Ajeng dan pengalamannya di organisasi pemuda dunia ini.
Bertemu Dunia Humanitarian
Sejak kecil, mindset untuk selalu berbagi dan membantu orang lain sudah ditanamkan keluarga Ajeng, terutama bila memiliki rezeki lebih. Dari sana, ia mulai berkontribusi kecil-kecilan. Bermula dari aktif dalam acara informal sekitar lingkungan seperti buka bersama anak-anak yatim piatu dan kerja bakti, perlahan Ajeng merambah ke organisasi di tempat ia sekolah dahulu.
“Dari zaman aku SMP-SMA pun, udah ikutan banyak acara sosial dan organisasi gitu,” ungkap sang alumna Pondok Pesantren Daar El Qolam. Namun pada saat itu, ruang geraknya lebih terbatas.
“Aku pertama kali having a moment, ‘Wah, ini activity yang gue banget!’ adalah waktu mengikuti exchange programme ke Republik Ceko lewat AIESEC,” kata Ajeng. Bagaimana tidak, momen ke luar negeri itu merupakan pengalaman pertamanya pergi seorang diri, usai lulus dari pesantren dan menjadi anak rumahan selama 6 tahun.
“Aku juga pernah ikut ke Way Kambas untuk proyek Wildlife Expedition dan belajar tentang balancing life on land. Seminggu setelahnya ke Halimun, ke Kepulauan Seribu, lalu ke Tangsel,” sambungnya. Meski sempat kesulitan beradaptasi, Ajeng mengakui, dari situlah gadis yang aktif menjadi salah satu delegasi MUN ini mulai mendapati bahwa kemanusiaan benarlah passion-nya.
“There is a point that made me promise myself to do good to everyone,” kata Ajeng memaparkan momen Global Village-nya di Ceko. “Ketika aku promosi tentang toleransi dan multikultural di Indonesia, tiba-tiba berita politisasi perbedaan budaya Indonesia makin panas. Aku nangis karena berita tersebut,” sambung mahasiswi angkatan 2017 tersebut.
“Di situ aku sadar, aku harus lebih gencar berbuat baik dan lebih passionate bergerak dalam bidang humanitarian.”
Jabatan President di Masa Pandemi
Dari perjalanan tersebut, Ajeng dipercayakan menjadi President of AIESEC Prasetiya Mulya. Tantangan baru yang ia jumpai adalah menyampaikan pesan AIESEC melalui international exposure, yang semakin rumit untuk dilakukan semasa pandemi. Mengajak anggota AIESEC untuk tetap mendapatkan pengalaman dan berkembang di AIESEC pun juga menjadi jalanan penuh tanjakan untuknya.
“Aku berani mengambil tanggung jawab as a president di zaman pandemi, berarti aku harus berani muter otak and act a little different dari masa sebelumnya,” ungkap Ajeng. Terlebih, ia menemukan hal paling challenging, yaitu menjaga esensi organisasi AIESEC itu sendiri, saat momen bertemu secara langsung tidak lagi dapat dilakukan.
Ibarat sedikit-sedikit menjadi bukit, beberapa program baru coba Ajeng wujudkan, seperti Activate Camp, Virtual Internship, hingga private coaching melalui AIESEC Future Leaders, sehingga organisasi yang dipimpinnya ini tetap berjalan aktif.
Aspirasi Ajeng di Masa Depan
Dari kisah humanitariannya, tampak jelas kalau peserta Nona Tangsel 2018 ini selalu memperjuangkan pendidikan, lingkungan, dan kesetaraan gender melalui hal paling kecil yang mudah untuk dilakukan.
“Aku percaya kalau seseorang sudah well-educated dan perutnya kenyang, mereka bisa dijejali dengan semua sosialisasi,” ungkap Ajeng. Sosialisasi yang ia maksudkan pun dimulai dari hal sederhana, seperti mengelola sampah dengan baik, menggunakan reusable utensils, hingga mempertahankan equality between genders.
“Sebenarnya kita ga perlu bingung memulai untuk saling caring and do good.From the smallest thing, we can do good so everyone can feel the effect, sampai sekarang. I would like to do the same – having impacts from my small gestures.”
Tidak sampai di situ, Ajeng enggan membiarkan mimpinya berlalu begitu saja. Ketika ditanya tentang cita-cita yang ingin direalisasikan, Ajeng sudah punya rencana untuk memberi solusi atas isu-isu yang ia perjuangkan.
“Yang pertama, proyek kecil, simpel, yang bisa aku lakukan sekarang: sharing cerita aku melalui platform socmed, blog, so that everyone can reflect from my story. Aku juga pengen bikin bisnis yang mempekerjakan perempuan-perempuan yang kurang beruntung,” cerita Ajeng untuk membuat dunia menjadi tempat yang lebih baik.
Menurutnya, kunci utama terdapat pada upaya untuk memahami satu sama lain.
“Why don’t we collaborate? Kita bikin harmonis dan jalan bersamaan. Just do whatever you can do to give as much impact as possible to your society, with your own way, in your own path, and find an opportunity to make a synergy.”
Add comment