Mari berkenalan dengan Pradana Pradipta. Pria yang akrab disapa Dipta ini merupakan sosok People & Culture Innovation Analyst di GO-JEK Indonesia. Kali ini, Dipta akan bercerita bagaimana pria dengan latar belakang pendidikan branding ini mampu menjalani karier sesuai bidang yang ia sukai yaitu Human Resources.
Dipta & Prasmul
Setelah lulus dari SMAK Soverdi di Pulau Dewata, Dipta memutuskan untuk menempuh pendidikan S1 Branding di Prasetiya Mulya. Setelah bergabung sebagai Prasmulyan angkatan 2007, Dipta lantas mulai mengasah dirinya menjadi seorang professional muda sejak duduk di bangku kuliah. Ia mengaku beruntung, sebab berada dalam lingkungan perkuliahan sangat mendorong visinya.
“Selama berkuliah, Prasmul selalu ngarahin dan ngedidik mahasiswanya untuk jadi professional yang punya sense bisnis,” ungkapnya.
Bagi Dipta, mahasiswa Prasmul juga tidak hanya diarahkan untuk melulu memikirkan masalah tugas dan perkuliahan. Untuk mengimbangi kesibukan belajar, ia turut bergabung dalam berbagai organisasi dan kepanitiaan, sehingga banyak peluang baginya untuk berinteraksi dengan berbagai macam pihak. “Saya aktif sebagai pengurus Student Board selama dua periode. Selain itu, saya juga beberapa kali menjalani magang untuk ngerasain dunia kerja yang sesungguhnya,” tuturnya.
Perkenalan Dipta dengan bidang Human Resources
Kegandrungannya untuk menekuni ranah Human Resources berawal dari pengalaman magang di salah satu perusahaan. Dipta diberi kepercayaan untuk berada di Organizational Development Department, di bawah tanggung jawab Divisi Human Capital (atau Human Resources). Pengalaman ini cukup membuka matanya, bahwa untuk bekerja di bidang HR tidak melulu dicari lulusan psikologi.
“Saya akhirnya tahu kalau ada juga perusahaan yang merekrut lulusan berlatarbelakang bisnis dan pemasaran untuk mengisi divisi HR, karena mereka juga membutuhkan tim yang ngerti cara menganalisa bisnis,” paparnya.
Sebagai lulusan S1 Branding Prasmul, bekerja di divisi yang erat kaitannya dengan HR mungkin bukan hal yang umum dilakukan. Namun, Dipta menjelaskan bahwa dinamika dalam bidang Human Resources sangat menarik untuk digeluti. “Dunia HR semakin hari semakin agile dan juga semakin dinamis. Sebagai seorang praktisi di bidang ini, kami harus bisa melihat karyawan sebagai seseorang yang juga memiliki aspirasi masing-masing. Jadi apapun yang kami kerjakan, harus disesuaikan kebutuhan ribuan karyawan yang disesuaikan dengan budaya perusahaan,” ungkap Dipta.
Dipta pun mengawali perjalanan menjadi seorang praktisi di ranah HR sebagai seorang Analyst di sebuah People Development Consultant, Daily Meaning. Sebagai seorang Analyst, Dipta memiliki tanggung jawab untuk menganalisis kebutuhan klien dan program yang dibutuhkan dalam mendukung proses training ke klien.
Dipta bercerita, “Saat awal bekerja di Daily Meaning, saya merasa pekerjaan saya sangat menantang. Saya sempat ragu karena belum memiliki background psikologi. Hanya saja ketika dijalani, saya mengerti bahwa ilmu bisnis yang saya dapat saat kuliah bisa diaplikasikan ke dalam bidang pekerjaan saya sekarang ini.”
Berkarya di GO-JEK
Setelah genap empat tahun bekerja di Daily Meaning dengan posisi terakhir sebagai Senior Analyst, Dipta memutuskan untuk memperluas pengalaman di industri yang berbeda. GO-JEK Indonesia menjadi salah satu tempat yang menarik perhatiannya, apalagi beberapa rekannya telah bekerja di perusahaan tersebut.
“Saya semakin yakin kalau networking itu sangat penting. Kini banyak perusahaan yang mencari karyawan berdasarkan referral,” kata Dipta.
Ia melanjutkan, “Berdasarkan rekomendasi dari teman saya itu, saya melamar dan mengikuti rangkaian proses rekruitmen di GO-JEK. Saya resmi bergabung dengan GO-JEK pada pertengahan tahun 2016,” kisah Dipta.
Alumni Prasmul batch 3 ini menjelaskan bahwa tanggung jawabnya hampir serupa dengan posisi sebelumnya. Walaupun dengan seiring berjalannya waktu, tanggung jawab ini menjadi semakin besar seiring dengan perkembangan organisasi dengan laju yang sangat cepat.
Dipta tidak menyesali keputusannya untuk pindah karena ia tidak mau ada di zona nyaman terus-menerus. Ia menjelaskan, “Jobdesk saya saat ini adalah menganalisis kondisi internal perusahaan dari segi people and culture, dengan menitikberatkan pada analisa data. Saat ini, saya berfokus pada perbaikan data dan implementasi teknologi baru untuk mendukung proses tersebut. Saya dan rekan-rekan satu tim yang mengurus mulai dari analisa kebutuhan, pemilihan vendor, sampai pada tahap eksekusi.”
Pekerjaan Dipta semakin menarik, karena sistem yang ia dan timnya kerjakan juga berlaku bagi kantor cabang GO-JEK, baik di India maupun Singapura.
“Kami juga harus memimpin tim dari kedua negara tersebut. Konsultan atau vendor yang berkoordinasi dengan kami pun mayoritas berasal dari luar negeri seperti Amerika Serikat, Belanda, India, dan Singapura,” cerita Dipta.
Selama berkarya di GO-JEK Indonesia, anggota paduan suara Prasmul ini lebih banyak bekerja di balik layar. Tapi hal ini tidak menjadi hambatan bagi dirinya. Ia masih memiliki kesempatan untuk berinteraksi secara sosial dengan departemen lain, bahkan dengan perusahaan lain dari berbagai negara. Selain itu, ia percaya bahwa apa yang ia kerjakan bukan hanya untuk dirinya dan perusahaan, tetapi juga untuk para mitra driver yang saat ini jumlahnya diperkirakan lebih dari 400.000 armada.
Menjemput Peluang Karier di dunia digital
Peluang karier bagi fresh graduates terbuka lebar di industri digital. Sebagai seorang praktisi HR, ia memberikan saran bahwa pengalaman kerja dan exposure terhadap dunia bisnis akan menjadi nilai tambah saat melamar pekerjaan. (Baca juga: Tips Berkarier di Perusahaan Startup Unicorn)
Menurut alumnus Prasmul yang satu ini, mahasiswa sebaiknya seimbangkan antara hard skills dan soft skills mereka. “Jangan terlalu fokus hanya mencari nilai bagus di kampus walaupun IPK memang penting sebagai seleksi awal kerja. Soft skills harus terasah dengan baik, karena itu yang sangat penting.”
Nah, bagi teman-teman mahasiswa yang ingin bekerja di perusahaan startup, Dipta berpesan untuk mengenal kultur kerja di perusahaan startup terlebih dahulu. Pasalnya, jenjang karier di perusahaan startup bergerak lebih dinamis dan berkembang sesuai kebutuhan.
“Bagi siapa saja yang ingin berkarier di industri digital dan start-up, teman-teman harus siap menghadapi tantangan, bisa cepat belajar, dan willing to do more. Saya menyarankan untuk stay out of your comfort zone because it’s your career killer. Kita harus mau dan bisa untuk di-stretch sampai titik optimal,” tutup Dipta. (Teks: *Pradana Pradipta Editor: *VIO)
Sumber gambar:
Dokumen Pradana Pradipta
Add comment