Apa yang kamu rasakan tiap kali listrik padam? walau mati lampu tak sampai sehari penuh, perasaan kesal, gerah, dan bosan, pasti menyeruak ke dalam dada. Coba sekarang bayangkan, apa jadinya ketika bahan bakar fosil yang selama ini jadi sumber pembangkit listrik di rumahmu tiba-tiba punah tak bersisa?
World Bank menyatakan, Indonesia merupakan salah satu negara dengan konsumsi listrik terbesar yakni 812 kWh per kapita. Sayangnya, kebutuhan listrik yang diprediksi kian meningkat setiap tahunnya ini, tak sejalan dengan jumlah cadangan energi yang kita punya!
Pemanfaatan energi terbarukan digadang-gadang mampu menjadi sumber energi alternatif di Indonesia. Tapi, tak ada move-on yang semudah menjentikan jari. Perlunya investasi yang besar, lahan yang luas, dan peraturan yang jelas menjadi segelintir halang rintang yang perlu dihadapi pemerintah maupun pebisnis dalam mengembangkan energi terbarukan. Lantas, apa yang membuat Ryan Putera Pratama Manafe berani mengambil resiko?
Semua Berawal dari Niat Baik
Setidaknya, selalu ada 2 kata yang terucap ketika para startup founder ditanya kapan waktu yang tepat untuk merintis usaha. Dua kata itu adalah resah dan peluang.
Jawaban itu juga lah yang mendasari Ryan Manafe, alumnus MM Regular Prasetiya Mulya ketika menanggalkan kariernya di salah satu konsultan manajemen ternama demi merintis perusahaan energi terbarukan Surya Utama Nuansa (SUN).
Pria kelahiran Nusa Tenggara Timur yang akrab disapa Ryan ini memang punya cita-cita memajukan kampung halamannya. Ia berpikir, menjadi pebisnis adalah batu loncatan terbaik untuk merealisasikan asanya. Semesta mendukung niat baik Ryan. Ia kemudian dipertemukan dengan sosok yang sejalan dengan visi misinya.
“Suatu saat, saya diajak oleh salah seorang partner untuk mengembangkan bisnis di sektor energi terbarukan,” jelasnya ketika ditanya awal mula perkenalan dengan sektor energi terbarukan.
Meski belum begitu paham di sektor ini, ada dua hal yang membuatnya mantap beralih. “Salah satu area yang paling kurang listrik di Indonesia adalah NTT. Disisi lain, NTT merupakan salah satu kawasan penghasil sumber listrik berbasis energi terbarukan terbesar di Indonesia,” papar pria yang juga bercita-cita sebagai gubernur NTT ini.
Lantas, insting bisnisnya tergelitik. Penerima beasiswa Bizcamp Prasetiya Mulya ini akhirnya mantap membangun PT Surya Utama Nuansa dan didapuk sebagai CEO sejak tahun 2016 silam.
Dengan Bisnis Model Ini, PT SUN Gaet Banyak Peluang
Dua tahun silam, PT SUN memulai peruntungannya sebagai kontraktor pembangkit listrik tenaga surya (PLTS). Pada tahun pertama, berdesakkan dengan bisnis serupa untuk menggaet pasar yang masih ceruk merupakan perjalanan bisnis yang cukup ‘berdarah-darah’ bagi ia dan timnya.
“Dengan skema bisnis terdahulu, konsumen yang ingin pakai panel surya perlu investasi ratusan juta, namun penghematan yang dihasilkan ya tidak seberapa. Dari situ, kami tahu bahwa perlu ada model bisnis yang diperbaharui,” ungkap Pria kelahiran tahun 1990 ini.
Dengan paparan ilmu bisnis yang ia dapatkan dari MM Prasetiya Mulya, Ryan mengkomandoi PT SUN untuk banting stir dari kontraktor menjadi project developer. Mereka menggandeng lembaga pendanaan dan memperluas portofolio konsumen melalui skema bisnis yang menarik.
“Melalui model bisnis sewa beli, konsumen hanya perlu sewa panel surya dan bayar sesuai output listrik yang terpakai. Skema bisnis yang fleksibel ini memungkinkan SUN untuk menjangkau klien yang luas mulai dari perumahan, pabrik, mall, hingga gedung perkantoran.”
Bisnis startup yang kini masuk tahun ke-2 ini sudah menancapkan milestone diantaranya dipercaya oleh Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) untuk membangun PLTS di beberapa area pedesaan di tanah air, dan dipercaya menerima dana internasional dari Finlandia dan Eropa. PT SUN juga sedang berproses untuk mengekspansi bisnis dan merambah energi terbarukan jenis lainnya.
Sektor Energi Terbarukan Menyambut Para Fresh Graduate
Mengembangkan pemanfaatan energi terbarukan di Indonesia memang bukan suatu perjalanan yang mudah. Namun, Ryan melihat bahwa energi terbarukan bisa menjadi jawaban penting untuk masalah listrik yang dihadapi bukan hanya di Indonesia, namun beberapa negara berkembang Asia lainnya.
“Inilah yang jadi alasan kenapa teman-teman harus belajar lebih banyak dan berlomba untuk membawa solusi untuk sektor energi terbarukan. Karena jika masalah ini jika dipecahkan oleh teman-teman, dampaknya yang luar biasa,” ucap Ryan.
Ryan-pun menyambut para lulusan di bidang energi terbarukan untuk masuk ke sektor ini. “Yang kami harapkan dari fresh graduate bukan pengalaman, tapi kemampuan memecahkan masalah. Teman-teman yang inovatif dan suka memecahkan masalah sangat bisa untuk masuk ke sektor ini, karena kerangka berpikirnya masih luas dan belum terpenjara dengan konsep.” tuturnya.
Nah teman-teman, apakah kalian tertantang untuk menyelami sektor ini dan menjadi bagian dari penggerak perubahan? Yuk dalami kompetensi energi terbarukan di S1 Renewable Energy Engineering Prasmul!
Add comment