Di tengah tren ojek online yang merajalela, rupanya terdapat sebuah permasalahan sosial yang tersembunyi. Tuntutan mengikuti algoritma aplikasi memberikan batasan bagi driver maupun penumpang untuk menentukan tarif, serta komisi yang diperoleh. Namun, startup berikut berani menghadirkan inovasi baru dan merombak sistem ojol yang kita kenal.
Adalah Anterin, startup gagasan Imron Hamzah, alumnus MM Business Management Prasetiya Mulya, yang saat ini telah memiliki 300 ribu mitra pengemudi terdaftar di 50 kota di Indonesia. Bukan ambisi semata, tekad menghadirkan solusi bagi mitra pengemudi dan masyarakat lah yang menjadi modal awalnya untuk mengawali karier sebagai entrepreneur.
Masyarakat dan Mitra yang belum Mandiri
Kemunculan Anterin berangkat dari masalah model bisnis ride hailing di Indonesia yang bagi Imron tidak memberikan kebebasan bagi pengemudi maupun pengguna.
Ia menyatakan, “Dari sisi pengguna, tidak ada kebebasan memilih pengemudi dengan harga yang cocok dengan kantong, semua ditentukan oleh aplikasi. Dari sisi mitra pengemudi, tuntutan mengikuti algoritma aplikator membuat mereka tidak bisa set up harga sendiri dan sangat bergantung dengan adanya insentif tambahan aplikator yang naik-turun serta tidak selalu ada. Jika insentif ditiadakan, pendapatan mitra otomatis turun. ”
Problem sekaligus celah bisnis itulah yang menggerakan Imron dan tim untuk menciptakan solusi model bisnis baru, “Misi Anterin adalah untuk memberikan social impact. Secara spesifik ini juga tertuang dalam visinya, yaitu menjadi marketplace berbasis komunitas yang terdepan sehingga terwujud kemandirian para mitra dengan mengedepankan pemberdayaan dan kekuatan kolaborasi. Kami sebagai pengembang platform menjadi konektor,” pungkasnya.
Berbasis marketplace, mitra pengemudi Anterin dapat dengan bebas menawarkan tarif sesuai range yang ditentukan. Selain itu, masyarakat dapat turut memilih pengemudi berdasarkan preferensi tarif, jarak, maupun gender.
“Memang saat ini baru ada 3 layanan, yaitu ojek, taksi online dan on demand delivery. Tapi sekarang kita lagi mengembangkan layanan yang lain dan menuju marketplace sesungguhnya,” ungkap Imron.
Pentingnya People Management
Dalam memimpin Anterin.id, Imron menyatakan bahwa waktu merupakan musuh utama. Tantangan menghadirkan inovasi yang cepat dan tepat, tak hanya bagi driver, namun juga pengguna, menuntutnya untuk selalu bisa berkoordinasi dengan orang dan tim yang tepat pula.
“Beruntungnya, selama pembelajaran di MM Prasetiya Mulya, terutama di pembahasan human capital, saya memperoleh banyak ilmu terkait mengelola tim, membentuk KPI, appraisal approach, termasuk bagaimana me-retain orang-orang terbaik,” ungkap Imron.
“Kita tidak bisa bekerja sendirian. Itulah mengapa, hingga sekarang pun saya pun masih enrich pengetahuan terkait bagaimana me-manage people. ”
Kembali mempertegas pentingnya people management, Imron menambahkan, “Tolok ukur tempat kerja positif secara general adalah adanya lingkungan kolaboratif, bukan dari atas ke bawah. Misal saya come up dengan ide, dan berdiskusi dengan tim saya. Tapi kemudian muncul ide yang lebih brilliant dari tim. Mau tidak mau, saya mendisrupsi ide saya sendiri.”
Tak hanya itu, adanya partisipasi, delegasi dan trust diakui Imron merupakan kunci membentuk lingkungan kerja positif yang dapat meningkatkan kinerja karyawan, termasuk yang Ia terapkan di Anterin.
Berani dan Tetap Rasional
Menjalankan tugas mulia memberikan kemandirian tentu tidak dapat menjadi alasan bagi Anterin untuk kebal dari dampak pandemi. Sebagai bentuk adaptasi, Imron menyatakan bahwa penerapan lean management merupakan modal startup-nya untuk bisa survive.
“Masa ini merupakan masa konsolidasi di mana perusahaan harus menentukan fungsi mana yang benar-benar dibutuhkan. Jadi, kuncinya adalah rasional dalam beroperasi dan berani menerapkan efisiensi.”
“Diskusi di Prasetiya Mulya turut memberi pencerahan bahwa setiap keputusan semua ada pro dan kontra, depends on background. Itu menambah wawasan bahwa keberanian dan knowledge adalah kunci menghadapi ketidakpastian.”
Menutupi sesi wawancaranya dengan Cerita Prasmul, Imron memberikan pesan kepada para entrepreneur bahwa tak hanya rasional dalam melakukan efisiensi, rasional dalam berfokus pada produk yang menjadi solusi kebutuhan masyarakat adalah hal yang utama.
Ia menjelaskan, “Kita memiliki keterbatasan operation dan waktu. Maka lebih baik rasional saja pada solusi apa yang memang dibutuhkan di masyarakat dan coba dari kelompok kecil terlebih dahulu. Dari situ, lakukan perbaikan produk sehingga bisnis pun scalable untuk bisa expand ke manapun dan dalam tantangan apapun.”
Add comment