Hobi baru apa yang sedang kamu geluti? Bisa jadi, kesibukan itu jadi peluang karier cemerlang kamu loh!
Kebetulan, Clarissa Caroline Zhang jadi salah satu orang yang mengalaminya. Sempat tak tertarik pada make up, tapi sekarang bekerja sebagai beauty influencer.
Ini cerita lengkapnya!
Mulai Kapan? Sekarang Dong!
Berawal dari dorongan teman-temannya untuk mencoba make up, Rissa memberanikan diri untuk mulai mencari tahu tentang dunia tersebut. Langkah awal yang dilakukannya adalah melihat beberapa akun Instagram yang sudah lama berbagi tips seputar riasan wajah, “Akhirnya aku coba lihat Instagram beberapa influencer kayak Vinna Gracia, Sara Robert, aku jadi coba ikutin. Berasa ditantang, aku bisa nggak ya re-create make up mereka.”
Sejak itu, ia mulai menuangkan keterampilan seni dalam make up. Kemampuannya tiap hari semakin berkembang hingga mahasiswi akuntansi ini berhasil menemukan niche-nya. “Niche aku tuh ternyata mirip sama Sara Robert yang make up-nya blend, natural, cuma bedanya aku lebih suka bikin video yang aesthetically pleasing gitu.”
“Don’t be afraid to try ’cause you never know!”
Klien Pun Berdatangan
Karya-karyanya pun mulai menuai hasil. Ia mulai dilirik oleh berbagai brand kecantikan, salah satunya Benefit. “Aku ingat ada kejadian dimana Benefit reach out aku, terus tiba-tiba mulai banyak banget brand yang kirim produk,” Rissa bercerita. Dapat dikatakan, itu adalah hari bersejarah untuknya sebagai batu loncatan pertamanya.
Setelah brand–brand berdatangan mengirimkan produknya, Syca menjadi yang pertama menawarkannya paid partnership. Beruntung, konten tersebut mendapatkan respon positif hingga tim dari Syca ketagihan berkolaborasi dengannya. Mereka juga mendoakan mahasiswi tahun ketiga ini untuk mempunyai karier yang cerah sebagai content creator.
“Dia juga bilang dia yakin aku bakal jadi sesuatu di masa depan karena kualitas yang aku berikan ke klien itu jauh kalau dibandingkan sama harganya.” Feedback ini ia peroleh berkat dedikasi untuk mempelajari setiap karakter brand yang akan bekerjasama dengannya. Di sisi lain, tak dapat dipungkiri bahwa konsep memberikan value atau kualitas yang sepadan ini ia serap dari mata kuliah Business Valuation, yang pada akhirnya mampu membuat pikirannya lebih terbuka.
Lika-liku Seorang Content Creator
Apabila ditanya tentang kelebihan menjadi seorang kreator, pasti sudah banyak orang yang paham bahwa profesi ini memperluas koneksi, bukan hanya dengan berbagai brand, melainkan juga sesama kreator. “Pros-nya bisa works with brands dan diundang ke acara-acara penting,” ucap Rissa. Menariknya, keisengan ini menempatkannya di posisi yang tak pernah terbayangkan sebelumnya. Ia juga mampu mengumpulkan pundi-pundi uang dari kerja keras ini.
Namun, ada juga tantangan yang dihadapi, mulai dari judgement dari banyak orang hingga burnout. “Aku pernah burnout karena jadwal kontennya banyak, tapi di kuliah tugasnya juga lagi banyak, rasanya bikin konten jadi terpaksa, I really hate it.”
Ditambah lagi, sebagai pelaku industri kreatif, ia juga tak asing dengan creative block. Untuk mengatasinya, ia kerap menanyakan pendapat orang-orang terdekatnya dengan harapan bisa memperoleh inspirasi baru.
Add comment