Apakah kamu sedang menimbang-nimbang karier sebagai profesional atau entrepreneur? Atau sedang maju mundur karena takut gagal? Kisah Rick Firnando mungkin bisa membantu melewati kegamanganmu.
Push It, Beyond the Limit!
Perjalanan karier Prasmulyan angkatan 2011 ini cukup panjang dan jelas tidak cukup mudah. Bermula dari masuk Prasmul jurusan Branding karena tahu tidak jago public speaking, Rick mulai tertarik untuk mencoba berbagai macam kesempatan untuk mengembangkan diri.
Rick mulai melakukan berbagai hal, mulai dari mengambil pekerjaan sampai membangun bisnisnya sendiri.
“Aku jadi sales di cleaning service apartment punya company kecil punya Prasmulyan, diajakin temen. Akhirnya jualan, tapi nggak sampai enam bulan resign,” cerita pria yang hobi bermain golf ini. Pada saat resign, tekadnya pun bulat untuk mencoba mendirikan bisnis sendiri.
“Setiap opportunity yang ada, aku coba dan eventually semua gagal. Aku pernah bisnis coworking space di Gading Serpong, jualan pempek, jualan pupuk kelapa sawit, distributor obat-obatan, konstruksi,” sebutnya. Namun setelah delapan tahun, Rick berpikir untuk kembali bekerja karena merasa tidak begitu andal dalam menjalankan bisnis.
“Pas apply kerjaan pun nggak ada yang mau menerima karena secara CV itu jelek banget, cuma Direktur di PT A, B, C, D. Who’s gonna hire me?” ungkap pria yang kini pernah disebut dalam list Forbes Asia 100 To Watch 2022.
Namun setelah melempar 300 CV lempar ke beragam perusahaan, Rick diterima di Dart Media.
“I got accepted in a very small company waktu itu, Dart Media, jualan SMS notifikasi untuk marketing, dan lain-lain. I was the Head of Sales. Mulai lagi dari nol, disitu akhirnya pas lagi jualan, hustling, ketemu orang yang tepat, who happened to be my investor right now.”
Y Combinator is the largest accelerator di dunia, mereka yang pertama kali invest ChatGPT, OpenAI, Airbnb, Dropbox, and many other big companies in the world.
Bahkan, Rick juga mengaku pernah lima kali ditolak oleh Y Combinator. “Kegagalan-kegagalan” ini tidak membuatnya patah semangat. Bahkan, ternyata mereka menyiapkan hal-hal yang lebih baik di masa mendatang.
Very Interested in Tech Development? See VERIHUBS!
Pertemuan dengan klien tersebutlah yang jadi titik mula VERIHUBS. Kalau orang melihat sekilas, mungkin ini menjadi sebuah keberuntungan. Sayangnya, pada saat itu, banyak yang meragukan keputusan Rick.
Bikin startup, I know I have to build from zero, dan dengan posisi ini kalau aku boleh jujur, gaji aku turun 50% waktu bikin bisnis, makin jelek lah secara finansial. Orang mikir why did you do this and stuff?
Satu hal yang membuat Rick tetap bertahan adalah growth mindset dari dalam diri sendiri. “I wanna grow my personal development, how to raise funds, how to build my connection better. Itu yang mendorong aku,” kata sang CEO Verihubs.
Menariknya, Verihubs malah sedikit banyak terbantu semasa pandemi. Verihubs sendiri merupakan perusahaan yang bergerak di bidang teknologi identification and verification, yang dibutuhkan oleh banyak perusahaan untuk go digital.
Bahkan, Rick dan Verihubs berhasil menggaet klien yang memiliki reputasi besar: Bank Central Asia a.k.a. BCA.
“Kalau masih inget zaman dulu, kita kalau mau buka rekening BCA harus datang ke kantor (BCA), kasih KTP, diproses, baru dapet kartunya. Sekarang, udah go digital semua. Sampai ada Blu dan lain-lain. Kebetulan kita ada di belakang itu. Itu momentum yang sangat pas untuk kita,” papar laki-laki asal Jambi tersebut.
Berangkat dari 15 customer saja, kini Verihubs terhubung dengan lebih dari 300 enterprises pengguna. Selain BCA pun, portofolio Verihubs semakin diwarnai oleh nama-nama besar, seperti Maybank, Adira Finance, dan juga Bukalapak.
What’s There to Learn More?
Seiring berjalanannya waktu, tentu Rick sebagai leader juga tidak mudah puas diri dengan pencapaian yang ada. Saat ditanya apa yang ingin dipelajari demi mengembangkan Verihubs lebih jauh, Rick menjawab ingin mencoba menghadapi tantangan yang biasa disebut people management.
“Kalau boleh jujur, aku admire company besar yang punya orang banyak. People management is very hard. Semua orang punya perspektif yang beda, culture yang beda,” jelasnya. Rick juga menegaskan kalau peran pemimpin menjadi sangat penting, sebab, “The way you lead the company defines everything, saat personality yang berbeda bisa kerja bareng dengan baik. Itu yang terus kita pelajari. As long as my team can actually grow at their best level, that’s more than enough.”
Soal masa depan Verihubs di samping yang disebutkan, Rick juga menyebut ingin mengembangkan produk baru.
“Hopefully this can change the way companies verify things massively,” alumnus Y Combinator itu menuturkan.
Add comment