Berawal dari persahabatan, Ardia Saputra, Rafael Santani, Dirgo Darantio, Wiliam Ernest Silanoe, dan Nikki Hartanto — kelimanya alumni S1 Business angkatan 2010 – memilih membuka sebuah tea house dengan konsep rumah. Awalnya, usaha ini dirintis sebagai tugas akhir mereka di Prasetiya Mulya. Namun, setelah lulus mereka tetap berkomitmen untuk serius membesarkan usaha ini.
Bradley’s British Tea House, itulah nama yang mereka pilih dan terlahir pada tahun 2013. Seperti namanya, tea house ini memang memiliki konsep yang unik. Terinspirasi dari banyak tea House di Inggris, dekorasi dan interior tea house yang berada di Jalan Kertanegara, Nomor 72, Senopati, Jakarta Selatan, ini memang sangat kental nuansa Inggrisnya.
“Sebetulnya nama Bradley’s ini adalah nama orang yang sering dipakai oleh orang Inggris untuk kasta menengah atas dan kenapa kita bawa nama Bradley’s ini di Jakarta agar bisa menarik pasar dari ekspatriat Inggris. Selain itu kita mengambil semua konsep untuk tea house ini dari Inggris mulai dari interiornya sampai dengan tehnya semua kita ambil dari Inggris,” ujar Wiliam Ernest Silanoe, Marketing Director Bradley’s.
Lebih lanjut, Ernest menjelaskan bahwa yang menjadi keistimewaan di tea house ini adalah kenyamanan untuk para tamu yang datang. Hal inilah yang menjadi alasan Bradley memberikan sentuhan perabot rumah, aneka keramik, serta ornamen yang ceria dalam dekorasi ruangannya. Untuk menampung lebih banyak jumlah pelanggan yang memiliki kebiasaan khusus, Bradley memperbesar ruangan pada awal tahun 2015.
“Kita mau orang yang masuk ke sini bisa merasakan suasana seperti mereka di rumah sendiri, lebih santai dan rileks,” tambahnya.
Selain itu, tea house ini memiliki menu yang istimewa salah satunya adalah white tea dan untuk pelengkap minum tehnya tea house ini menyediakan makanan ringan seperti scones, muffin, ginger bread loaf, cookies, dan lainnya.
Pemasaran
Kalau kita memasukkan kata kunci “tea house jakarta” di search engine Google, maka Bradley British Tea House berada di urutan pertama pencarian. Hal ini bukan sesuatu kebetulan tetapi berkat kejelian bisnis alumni S1 Business Prasetiya Mulya ini dalam kegiatan pemasaran dengan merangkul situs pencarian kuliner dan para food blogger.
Secara umum, target pasar tea house ini, lanjut Ernest, terbagi menjadi dua, pada weekdays adalah ibu-ibu sosialita yang sering mengadakan acara seperti arisan dengan teman-temannya dan bila weekend target pasar kita adalah anak-anak muda. Adapun kisaran harga yang ditawarkan tea house ini berkisar Rp 35.000 sampai Rp 300.000. Selain itu terdapat paket tea time untuk empat oranng dengan harga Rp 300.000.
“Target pasar kita itu adalah ibu-ibu sosialita yang hobinya foto, yang hobinya nongkrong tapi kita ga menuntut kemungkinan ke anak-anak muda seumuran kita yang mereka masih mau bersosialisasi dan terbuka,” papar alumni SMA Negeri 3 Jakarta ini.
Ke depannya, Ernest berharap Bradley’s bisa membuka cabang dan menambah menu khas inggris lainnya agar menjadi lebih variatif, serta bisnis tea house yang dijalankan bisa diterima oleh masyarakat secara baik dan bisa dijadikan lifestyle. Ernest juga berpesan kepada para start-up business agar saat melihat peluang bisnis, kita harus segera mengambil, dan berani keluar dari zona nyamannya.
Add comment