Semasa kecil, kita pasti punya jawaban dari pertanyaan ‘Cita–cita kamu apa?’, entah itu menjadi dokter, polisi, tentara, pilot, guru, atau berbagai profesi lain. Namun, berdasarkan survey yang diadakan oleh Perkbox Insights, 96% orang tidak bekerja sesuai dengan cita-cita masa kecilnya. Berbeda dengan mayoritas orang, Eko Sanusi justru termasuk ke dalam 4% orang yang berhasil mewujudkan cita-citanya. Penasaran bagaimana kisahnya? Temukan selengkapnya di artikel ini.
Mimpi Masa Kecil
Berbicara tentang dream job saat usia dini, pria yang masih aktif menjadi atlet renang ini menceritakan peran ibu dalam menemukan cita-citanya. Sejak kecil, ia sudah diperkenalkan dengan dunia bank oleh sang ibu, yang bekerja di Standard Chartered Bank. Melihat profesi tersebut, Eko mulai membangun ketertarikan untuk bekerja di bank, terutama BCA, “Setiap kali berangkat ke sekolah, selalu melewati kantor BCA cabang Semarang dan selalu bercita-cita untuk berkarier disana.”
Keinginan itu semakin bulat setelah mendapatkan gelar sarjana. Lulusan S1 Arsitek ini melihat peluang kerja di bidang arsitek kurang sesuai dengan ekspektasinya. Eko merasa lebih nyaman untuk bekerja menggunakan baju rapi dan berada di kantor, dibanding memakai tampilan kasual dan banyak menghabiskan waktu di lapangan. Hingga akhirnya, bak mimpi menjadi nyata, Eko berhasil merealisasikan angan untuk bekerja di BCA. Bahkan, saat ini ia menjabat sebagai Assistant Vice President (Senior Credit Analyst) dan telah mengabdi selama lebih dari 14 tahun.
Proses yang Tidak Instan
“Aturan nomor satu, nikmati hidup. Apapun yang dilakukan harus dinikmati, meskipun tidak sesuai harapan.” – Eko Sanusi
Tentunya, untuk menjadikan dream comes true tidaklah mudah, perlu melalui berbagai proses. Dari waktu ke waktu, Eko selalu menjalani setiap tahap dengan enjoy. Berkuliah tidak sesuai harapan adalah salah satu contohnya. Melihat langkahnya dulu, pria yang gemar mengisi waktu luang dengan menjadi guest lecture ini tidak tertarik menjadi seorang arsitek. Namun, karena berbagai alasan, ia memutuskan untuk menempuh pendidikan di S1 Teknik, jurusan Arsitektur dan berhasil meraih predikat cumlaude.
Tak berhenti sampai disitu, Eko tidak langsung memulai kariernya di bank. “Setelah lulus, saya bergabung menjadi Business Analyst di salah satu Management Consulting di Amerika.” Hingga akhirnya kembali ke kampung halaman di Semarang, dan bergabung di sebuah perusahaan manufaktur yang berencana melakukan ekspansi. Kemudian, ia juga mencoba peruntungan dengan menjadi reporter di Kompas Gramedia untuk salah satu majalah bertema arsitektur. Beberapa tahun berjalan, pria yang aktif menerbitkan materi internasional untuk gereja ini, berhasil menaklukan proses rekrutmen BCA.
Meskipun berhasil meraih impiannya, Eko juga melalui proses pemikiran yang matang. Mulai dari mempelajari kultur perusahaan BCA, hingga menggali lebih dalam tentang kesehatan lingkungan kerja di bank yang baru meraih penghargaan Customer Excellence tersebut. “Jadi, beberapa staf mama itu mantan pegawai BCA dan berdasarkan testimoni mereka, culture kekerabatan dan work life balance di sana bagus, semua sudah tersistem dengan baik,” ungkapnya.
Konsisten Upgrade Diri
Nyatanya, bergabung dengan BCA bukan tujuan akhir dari Eko. Ia senantiasa meningkatkan kemampuan diri dengan mengikuti berbagai program pelatihan, seperti Credit Analyst Development Program. Targetnya adalah untuk dapat berkontribusi penuh bagi perusahaan dan berdampak bagi industri perbankan secara keseluruhan. Tekad tersebut diapresiasi BCA dengan memberikan program beasiswa untuk melanjutkan studi S2 dan saat itu Eko memilih Magister Manajemen Prasetiya Mulya sebagai destinasi belajar berikutnya.
Saat menempuh studi Magister, pria yang juga aktif menjadi penerjemah ini mampu mengaplikasikan ilmu yang dipelajarinya di kelas ke dalam praktik nyata. “Di tahun 2018, saya mengikuti kompetisi internal untuk inovasi produk kredit dan berhasil menang. Ini hasil implementasi dari apa yang saya pelajari di Prasetiya Mulya,” Eko menjelaskan. Bahkan sekarang, hasil inovasinya masih digunakan di BCA dan berbagai bank lainnya.
Selain itu, Eko juga mengambil banyak ilmu tentang leveraging dari MM Strategic Management. Baginya, menjadi seorang pemimpin bukan berarti mengurus semua hal, “Kalau semuanya harus di-handle oleh atasan, atasannya pasti tidak mampu. Jadi, harus bisa melakukan leveraging atau memaksimalkan potensi dari masing-masing karyawan. Dengan begitu, pekerjaan jadi lebih enjoy dan bisa menyempurnakan ilmu sambil membagikannya kepada karyawan,” jelasnya.
Add comment