Timo terus mengukir prestasi dan menebar inspirasi. Peraih beasiswa penuh Young Scholar Indonesia bernama lengkap Timotius Stefanus Wong ini punya cerita seru tentang pengalamannya mengikuti kompetisi internasional Maybank Go Ahead Challenge 2014 dan menjadi juara ketiga. Mahasiswa S1 Prasetiya Mulya yang pernah menjadi Ketua Student Board Prasetiya Mulya periode 2012 — 2013 ini mengaku mendapatkan banyak pembelajaran dan teman dari kompetisi ini.
Bagaimana kiprah Timotius menjalani kompetisi ini bersama timnya? Simak ceritanya langsung dari Timo :
———————
“Maybank Go Ahead Challenge is one of the biggest yet toughest competition that I’ve ever participated”.
Dalam kompetisi yang diikuti oleh 11,000 partisipan dari seluruh dunia tersebut, diambil 60 grand finalist yang berasal dari USA, UK , Hong Kong, Tiongkok, Singapura, Malaysia, Thailand, Vietnam, Kamboja , Filipina, India, Kazakhstan, dan Indonesia.
Selama 7 hari 7 malam, para grand finalist bukan hanya diuji dari segi inteligensinya, tapi juga diuji secara fisik dan mental. Dengan rata-rata jam tidur hanya 1-2 jam setiap harinya, kesabaran dan emotional management para peserta benar-benar terungkap wujud aslinya.
“Expect the unexpected!”
Itu adalah motto yang terus didengungkan panitia bagi para peserta. “Bayangkan saja, di hari pertama ketika melakukan amazing race, checkpoint ketujuh kami berada di KLIA (Kuala Lumpur International Airport) dan checkpoint berikutnya adalah bandara Soekarno-Hatta! Ya, kami terbang ke Jakarta tanpa membawa koper sama sekali, dan harus kembali ke KL pada subuh hari ketiga.”
Dengan 10 kelompok yang beranggotakan masing-masing 6 orang, para peserta harus menghadapi amazing race, case defense, business negotiation, business pitching, bidding, selling, dan berbagai challenges lainnya, bahkan termasuk kegiatan CSR seperti membangun rumah dan memasak untuk memberi makan 400 homeless people di Kuala Lumpur.
“Kelompok saya awalnya dipandang sebelah mata, karena terdiri dari perwakilan dari negara Philippines, Cambodia, Thailand, Indonesia, dan Malaysia, sementara kami harus menghadapi peserta tangguh d ari USA, UK, Hong Kong, dan Singapore. Pada akhir acara, juara 1 diraih oleh kelompok yang beranggotakan mahasiswa atau lulusan dari Columbia University, Nanyang Technological University (NTU), Monash University, dsb. Juara 2 diraih oleh kelompok dengan perwakilan dari University of Nottingham, University of Hong Kong, University of Cambridge, dsb. Kami yang juara 3 beranggotakan mahasiswa/i dari Adamson University, Purdue University, Chulalongkorn University, University of Cambodia, Sunway University, dan Prasetiya Mulya Business School.”
Banyak yang tak menduga bahwa kelompok kami masih dapat meraih juara 3, karena pada dasarnya kemampuan business communication kami memang tidak seunggul mereka yang berasal dari negara dengan native language berbahasa Inggris, ditambah lagi bahasa Inggris kami yang berasal dari Philippines, Kamboja, Thailand, Indonesia, Malaysia, semuanya mempunyai logat khas-nya masing-masing yang sering kali jadi bahan tertawaan.
“Kami meraih nilai yang tinggi di saat-saat terakhir, yaitu bidding (lelang) dan selling. Saat proses bidding kami berhasil memenangkan lokasi untuk berjualan dengan harga yang paling murah dibanding kelompok lain dengan taktik psikologis, dan setelah melakukan selling, kami meraih net profit 2100RM (sekitar Rp8,000,000) dalam kurun waktu hanya 8 jam.”
Tantangan
Ada 3 tantangan yang menurut saya paling berkesan:
1. Tantangan Fisik dan Mental
Saya belum pernah tidur dengan rata-rata hanya 1-2 jam/hari selama 7 hari berturut-turut disertai dengan aktivitas berat yang membutuhkan pemikiran yang jernih, fisik yang kuat, dan emosi yang terkendali. Ketika semua telah usai, kami para peserta sepakat bahwa “We’ve just come back from hell, and we survive!”
2. Tantangan komunikasi
Berdiskusi dalam kelompok yang terdiri dari orang-orang hebat terpilih dari seluruh penjuru dunia itu tidak mudah, karena pada dasarnya masing-masing merasa pintar dan benar. Ada 1 ide saja yang muncul, berbagai pemikiran kritis akan langsung menanggapinya. Strategi yang saya gunakan adalah appreciation dan quote. Appreciation: orang hebat itu senang dipuji, maka puji mereka lalu buat mereka berpikir. Berikan pertanyaan yang membangun dan bukan pernyataan yang menjatuhkan, karena bila ide mereka diserang, akan timbul self-defense-mechanism di alam bawah sadar mereka, dan hanya memperkeruh suasana (Ingat, kami tidak tidur berhari-hari!).
Quote: hindari mengatakan “menurut saya…” mereka akan sulit mendengarkan atau langsung penuh dengan kritikan. Gunakan nama-nama orang hebat yang dapat dianggap lebih tinggi dari kita semua yang ada di dalam kelompok, dan kutip pendapat mereka. Berikut salah satu kutipan yang saya gunakan untuk memotivasi dan memberikan pengarahan kepada kelompok sebelum kami selling (diambil dari salah satu buku pelajaran di kampus) :
3. Tantangan bahasa
Ketika kami harus turun lapangan dan berjualan langsung (selling), awalnya saya menggunakan bahasa inggris dalam melakukan personal approach untuk direct selling, namun ketika saya diacuhkan oleh beberapa orang yang berbahasa mandarin, saya langsung menggunakan bahasa mandarin pula dan beberapa orang tersebut langsung berhenti, mendengarkan, dan akhirnya membeli.
Begitu pula ketika saya sudah berbahasa inggris dan mandarin sedangkan orang tersebut masih mengacuhkan, saya langsung berbahasa melayu (mirip bahasa Indonesia) dan orang tersebut pun berhenti. Beruntung rasanya bisa menguasai beberapa bahasa.”Di samping kompetisi, kami para perwakilan dari Indonesia (7 orang) sangatlah kompak meskipun berada di dalam kelompok yang berbeda-beda. Kami disenangi oleh para peserta karena dianggap lebih ramah dan tidak se-ambisius peserta dari negara-negara lainnya. Actually we’re just trying to have fun, why bother to worsen the condition with ambitious aura while it has already been worst (physically and mentally tiring). Bahkan banyak yang menghampiri kami untuk belajar bahasa Indonesia.
Yang paling berharga dari Maybank Go Ahead Challenge 2014 ini bukan hanya soal kemenangan, namun networking. Saya kini memiliki koneksi ke berbagai negara yang saya percaya suatu hari akan berguna untuk bisnis internasional saya. Saya sungguh bersyukur kepada Tuhan untuk kesempatan ini, dan ingin mengucapkan terima kasih kepada Prasetiya Mulya Business School yang dalam 4 tahun ini telah membekali saya bukan hanya dalam segi knowledge, tapi juga character dan mindset, yang sangat saya rasakan manfaatnya ketika berinteraksi dengan business people around the world. Hasilnya? Saya disegani, sekaligus disenangi.
Penulis :
Timotius Wong
Mahasiswa S1 Business Prasetiya Mulya angkatan 2010
terimakasih kak inspirasinya. Keep it up, papar gigi selaluuu..(:
Trims, Tian