Mungkin kamu sudah pernah dengar tentang superfood yang satu ini. Spirulina merupakan sejenis bakteri yang mengandung klorofil. Berwarna hijau kebiruan, spirulina memiliki pigmen phycocyani, yang dipercaya dapat memberikan berbagai manfaat kesehatan bagi manusia, misalnya seperti menurunkan kolesterol dan tekanan darah tinggi, sumber antioksidan yang kuat, meningkatkan imunitas tubuh, detoksifikasi tubuh, dan masih banyak lagi.
Biasanya, tanaman ganggang ini dikonsumsi khalayak ramai dalam bentuk bubuk atau pil. Tapi sejujurnya… aroma dan rasa spirulina kurang bisa dinikmati oleh indera pengecap serta penciuman kita. Jadi, mengakali permasalahan ini, tim Food Business Technology dari Prasetiya Mulya menciptakan formulasi unik berbentuk kukis agar pengalaman konsumsi spirulina jadi lebih menyenangkan!
Sebagai produk pertama rilisan FBT Prasmul, kukis ini diberi nama ‘Clave’. Dalam Bahasa Spanyol, ‘Clave’ berarti ‘key stone’ atau batu kunci. “Kami berharap, Clave jadi kunci yang membuka pintu inovasi dan kreasi lainnya di FBT,” tutur Dr. Yalun Arifin, Kepala Departemen Food Business Technology.
List produk Clave:
- Oat Spirulina
- Spirulina Cornflakes
- Spirulina Lidah Kucing
- Spirulina Chocochips
- Spirulina White Cookies
- Nuts Cookies Spirulina
- Putri Salju Spirulina
- Palm Cheese Spirulina
Pak Yalun mengakui bahwa sebenarnya, kukis berkandung spirulina memang bukan hal yang baru. Di Indonesia sendiri, walaupun belum banyak, sudah ada beberapa orang yang mulai bereksperimen dengan spirulina. Namun Clave, selain mengukuhkan diri sebagai produk yang smart and healthy, juga akan mengeluarkan koleksi kukis baru yang berbeda dari lainnya. Bukan sekadar manis, batch Clave berikutnya dibuat dengan tepung low GI dan tanpa gluten.
“Salah satu kasus diabetes terbesar di dunia ada di Indonesia,” ungkap Pak Yalun. “Maka dari itu kita fokus ke produk low GI. Menurut publikasi beberapa tahun terakhir, dinyatakan bahwa gula lebih berbahaya dari lemak.”
Bicara soal kata “smart” yang menempel dengan branding Clave, Pak Yalun memastikan bahwa para konsumen bukan berarti dibuat ‘pintar’ oleh kukis. “Smart” lebih tepatnya merujuk pada proses produksi dan marketing Clave secara keseluruhan.
“Kami ingin menghilangkan konotasi ‘makanan sehat harus mahal’,” ujarnya. “Dari aspek teknologi, kami cari cara untuk mengembangkan formulasi dengan bahan baku lokal, misalnya dengan tepung cassava. Sebagian besar makanan atau minuman di pasaran memiliki harga tinggi karena packaging dan pemasaran. Memanfaatkan ilmu bisnis yang dipelajari di Prasetiya Mulya, Clave percaya bahwa ada sisi ekonomis yang bisa diefisiensikan.”
Hmm, menarik banget ya produk ciptaan Food Business Techonology Prasmul ini! Sesuai namanya, produksi pertama tersebut akan menjadi gerbang yang membukakan jalan menuju berbagai kreasi inovatif lainnya dari FBT, termasuk juga dari para mahasiswa. Psst, sedikit bocoran, seri kedua dari Clave akan bertitel “Yobashoo”, yang merupakan singkatan dari yogurt bamboo shoot. Segera meluncur ke perut kamu!
Add comment