Di awal tahun ini, Accounting Student Association (ASA) kembali menyelenggarakan Accounting Internal Competition (AIC). Meski mayoritas melibatkan civitas Prasmul saja, ada banyak sekali keseruan baik di balik layar, maupun saat perlombaan yang mendatangkan sejumlah manfaat untuk personal development para mahasiswa. Apa aja sih, yang bikin Prasmulyan seperti mereka tetap mengembangkan diri lewat lomba?
Lomba Semester Ganjil
Dari tajuk di atas, mungkin sudah bisa ditebak kalau AIC diadakan tiap semester gasal. Dan sama seperti tahun-tahun sebelumnya, kompetisi ini merupakan bagian dari dua mata perkuliahan Akuntansi, yaitu Cost Accounting dan Financial Statement Analysis.
“Cost Accounting itu diperlombakan untuk mahasiswa semester 3. Sedangkan FSA itu pesertanya adalah (mahasiswa) semester 5,” Chairwoman ASA, Angelina All Braith Lumban Toruan menjelaskan. “Nah empat kelompok terbaik dari masing-masing kategori ini yang akan dilombakan, mereka yang dipilih dosen pengampu di matkul tersebut.”
Tentu saja keseruan lomba belum lengkap tanpa kehadiran penonton. Angelina mengatakan lomba tersebut dapat ditonton oleh mahasiswa S1 Accounting Semester 1, 3, dan 5, dimana nantinya masing-masing Prasmulyan yang lebih muda dapat menyerap ilmu dan konsep yang diajarkan, sehingga dengan mudah menerapkan ilmu akuntansi untuk sehari-hari, atau bahkan prospek kerja di masa depan.
New Year, New Wisdom!
Tidak hanya mendorong mahasiswa-mahasiswi untuk menguji seberapa paham mereka di kelas, AIC 2022 juga menghadirkan something new di rangkaian acara.
Kalau biasanya hanya lomba Cost Accounting di pagi hari, kemudian dilanjut Financial Statement Analysis di siang harinya, tahun ini ASA menyelipkan sesi sharing soal transformasi digital di dunia akuntansi, langsung dari salah seorang juri tamu mereka, yaitu Prof. Yuanto Kusnadi, salah satu dosen tenaga pengajar di Singapore Management University.
“Prof. Yuanto membawakan materinya dalam Bahasa Inggris, so it’s double the challenge,” aku Angelina yang mengikuti lomba di kategori FSA dan menyabet gelar juara pertama.
Dag Dig Dug Demam Panggung: Tantangan Utama AIC
Tantangan terbesar dari AIC, tak ayal, adalah keterampilan peserta saat memasuki sesi tanya-jawab dengan juri. Di kompetisi CA, peserta memutarkan video untuk dinilai berdasarkan kualitas teknis dan proses bisnis, sementara kompetisi FSA membutuhkan presentasi kelompok dalam waktu 15 menit sebelum masing-masing kategori lomba diikuti dengan sesi tanya jawab 20 menit.
“Bayangkan saja, dalam waktu 20 menit, para juri tak berhenti melemparkan mahasiswa pertanyaan teknis nan mendetail, yang sudah jelas sangat berbeda levelnya dengan pemahaman seorang mahasiswa. Demam panggung juga menjadi sebuah cherry on top!” ujar First Winner Cost Accounting, Shafira Arifin.
“But it was a very interesting experience. It showed me how brave, strong, and responsive I am to unexpected situation. It was nothing, but a self-improvement moment,” Shafira sendiri sudah memasukkan kompetisi AIC ke dalam bucket list-nya sebagai mahasiswa Accounting di Prasmul.
Tidak cuma didorong untuk berpikir kritis di lomba, di balik panggung, Angelina yang juga bertanggung-jawab mengurus jalannya perlombaan ini juga menghadapi tantangan tersendiri yang mengharuskannya memutar otak dengan cepat.
“Bikin rundown yang adjustable, karena tahun ini ada sharing session tentang digital transformation yang penting banget buat akuntansi di masa depan, jadi transisi tiap sesi kita buat lebih singkat,” cerita mahasiswi semester 5 tersebut.
Namun secara keseluruhan, para dosen pun setuju dengan manfaat praktis dari AIC sendiri. Sebab, dengan sistem lomba yang mengharuskan mahasiswa berpikir kritis on-the-spot, sekaligus mengingat banyak materi 3 sampai 5 semester yang jelas tidak sedikit, para mahasiswa yang ikut kompetisi ini jelas sudah melakukan yang terbaik. Jika kamu ingin mengasah dan menguji skill analisis dan presentasimu, jangan lupa ikut serta di kesempatan berikutnya, ya!
Add comment