Dilansir dari Badan Pusat Statistik, jumlah pengangguran di Indonesia mencapai 8,43 juta jiwa per Agustus 2022, dimana 673,49 ribu diantaranya merupakan lulusan universitas. Tentunya, angka ini cukup memprihatinkan. Berbekal latar belakang tersebut, Universitas Prasetiya Mulya menyelenggarakan Career Fair yang terbukti efektif mempertemukan para Prasmulyan dengan perusahaan impian.
Memang, apa bedanya dengan acara serupa lainnya? Lalu, apa yang membuat kegiatan ini menguntungkan perusahaan dan mahasiswa di waktu yang bersamaan? Baca selengkapnya disini.
Meskipun Jalan Pintas, Untung Tetap Berlipat
Kali ini, pepatah ‘Segala sesuatu yang didapatkan secara instan, tidak akan bertahan lama’ nampaknya tidak berlaku. Pasalnya, mahasiswa/i tingkat akhir Universitas Prasetiya Mulya mempunyai privilege untuk di-notice, bahkan diwawancara langsung oleh perusahaan impian mereka. Pastinya, keuntungan ini tidak hanya dinikmati sesaat, melainkan punya dampak positif untuk karier jangka panjang mereka.
“Kalau di tempat lain, ibaratnya harus setor CV dulu, belum tentu dipanggil interview lagi, kalau disini langsung interview,” ujar Galih, mahasiswi S1 Business yang juga menjadi peserta Career Fair 2023. Bisa dibilang, ini merupakan jalan pintas untuk para Prasmulyan yang ingin berkarier secara profesional.
Tak hanya itu, ada manfaat lain juga diterima oleh para mahasiswa, yaitu berkesempatan untuk bertemu dan berkoneksi dengan banyak recruiter dari berbagai perusahaan. Momentum ini bisa dinikmati bukan hanya pada saat sesi wawancara, melainkan juga saat mengikuti sesi workshop tentang persiapan karier dan perencanaan masa depan. “Worst case scenario-nya kan udah dateng tapi nggak diterima, itu aja udah untung, seenggaknya udah kenalan sama HR dan tau proses rekrutmennya seperti apa,” Audi menjelaskan. Natanie, mahasiswi tingkat akhir S1 Food Business Technology juga membagikan pengalaman tak terlupakan, “Paling berkesan pas mockup interview, kebetulan waktu itu dapat Kalbe Farma, soalnya langsung kebayang gimana rasanya wawancara kerja, plus langsung dapet constructive feedback.”
Menarik bagaimana serangkaian kegiatan yang dirancang oleh tim Career Development Center (CDC) ini cukup efektif untuk mengukur komitmen para mahasiswa. “Minimal skor yang wajib dipenuhi oleh mahasiswa, sebagai prasyarat keikutsertaan Career Fair adalah empat dan ini diperoleh dari jumlah kehadiran selama rangkaian kegiatan CDC,” perjelas Astari, penanggungjawab utama acara ini. Ivan, sebagai salah satu peserta pun mengklarifikasi hal tersebut, “Sebelumnya ada company presentation, program pelatihan, yang memang harus diikuti sebagai syarat untuk bisa daftar Career Fair, jadi pasti mahasiwa yang eligible sudah pasti berkomitmen tinggi, udah lewat seleksi alam lah ibaratnya.”
Bekerja Sesuai Passion? Why Not?
Bukan hanya perusahaan yang bisa menentukan kandidat mana yang akan mereka wawancara, para mahasiswa pun bisa mengikuti tahapan interview di perusahaan pilihan mereka dengan adanya sistem open interview. “Untuk asas keadilan, ada sesi siang dimana perusahaan punya kewajiban untuk mewawancarai kandidat yang memilih mereka, siapa tahu ada anak yang nggak kepilih CV-nya tapi ternyata cocok,” Astari membeberkan.
Berkat adanya sistem ini, para Prasmulyan berpeluang untuk bekerja sesuai dengan passion mereka. Salah satunya adalah Caroline yang bercita-cita untuk berkarier di industri food and beverage, “Dari awal memang cuma tertarik satu, MAKA karena memang interest ke industrinya dan sesuai juga sama jurusan aku, terus kebetulan juga sering beli salah satu produknya, Tuku.”
Contoh lainnya adalah Kelly, mahasiswi S1 Business yang juga membangun portofolio sebagai make up artist, “Tertarik sama L’Oréal, karena skala perusahaannya global dan kebetulan punya interest yang sama di bidang beauty.” Bisa dibilang, keduanya merupakan bukti nyata bahwa bekerja sesuai minat dan bakat itu bukan hal yang tidak mungkin.
Kandidat Idaman yang Jadi Incaran
Setiap perusahaan pasti punya kriteria tersendiri, yang sudah disesuaikan dengan visi, misi, dan value, serta industri yang ditekuni. Siloam Hospitals, misalnya, memiliki ketentuan unik perihal mencari kandidat yaitu memiliki empati dan kepekaan yang tinggi, “Kalau dari value, karena kita healthcare, kita fokusnya mencari orang-orang yang ada sisi pelayanannya, kita sebutnya stewardship dan compassion,” Gabrielle Deanella, Recruitment Executive, menjelaskan.
Faktor lain yang menjadi pertimbangan adalah kesesuaian kualifikasi kandidat dengan tipe program yang tersedia. Pada kesempatan kemarin, Bank OCBC membuka dua opportunity, yaitu Graduate Talent dan Banking Academy for Sales. Tentu, keduanya memiliki requirements yang berbeda, “Spesifik untuk Graduate Talent, kita memang mencari kandidat yang punya tingkat fleksibilitas dan adaptabilitas yang tinggi, serta fast-learner,” ucap Vivian Tanoto (HR Branding & Programme Specialist). Pernyataan tersebut juga dilengkapi dengan informasi dari Ghea Laraswati (Recruitment Specialist), “Nah, kalau Banking Academy for Sales, harus yang PD (percaya diri), enthusiastic, dan pastinya achievement-oriented atau target-oriented.”
Ketika ditanya tentang apakah pengalaman kandidat memperbesar peluang mereka diterima, mayoritas dari perwakilan perusahaan menyetujuinya. Seperti yang disampaikan oleh Marshela Shintia Gunawan (Recruitment Specialist PT Alam Sutera Realty, Tbk), “Untuk kriteria, kami mencari yang sesuai dengan posisinya masing-masing atau kalau dari pengalaman yang sudah ada, kita juga bisa liat apakah memang relate sama yang kita cari atau nggak.”
Pengalaman yang dimaksud tidak harus magang, tetapi juga bisa diperoleh lewat berbagai kegiatan organisasi atau non-akademik. Bagi Febyuka Azalia Hanjani (Young Talent Program Manager L’Oréal), kriteria yang dicari perusahaannya bisa terbentuk bukan hanya dari pengalaman kerja, “Learning agility, resilience, dan ambitious itu bisa dilihat dari aspek lain, selain magang.”
Terakhir, kemampuan yang menjadi daya tarik tersendiri, terutama di era saat ini adalah kemampuan analisa yang baik, serta kemampuan para mahasiswa dalam mengolah data. “Yang pertama itu memiliki high analytical thinking, sehingga bisa connect the dot between information that they received, yang kedua adalah punya good interpersonal skills, dan terakhir pantang menyerah,” Vicky Diestra Rusli (Talent Acquisition Executive PT HM Sampoerna, Tbk). Selain itu, Benaya Callista (Recruitment & Branding Analyst PT Astra Honda Motor) dan Olivia Ellen Junita (Recruitment Senior Supervisor PT Merdeka Copper Gold, Tbk) juga memvalidasi pentingnya kemampuan berpikir analitis dan data-savvy ketika menyeleksi kandidat.
Semoga acara tahunan ini dapat selalu menjadi jembatan yang menguntungkan seluruh pihak, termasuk perusahaan dan mahasiswa. Sampai jumpa di Career Fair 2024, Prasmulyan!
Add comment