Dalam menjalankan bisnis, pasti ada suka-duka dan perjuangan di setiap kesuksesan. Bagi dunia kuliner, salah satu tantangan terbesar yang dihadapi baru-baru ini adalah pandemi COVID-19. Prasmulyan pasti ingat banyak restoran yang beralih platform, tutup, atau bahkan gulung tikar di awal 2020 hingga hari ini. Asas survival of the fittest menjadi penyaring–yang mampu beradaptasi yang akhirnya bisa tetap eksis di dalam industri F&B.
Salah satu cara baru industri F&B untuk bertahan di pasar tidak jauh-jauh dari teknologi dan dunia digital. Inilah kesempatan yang diambil oleh Harvin Tjitra, alumni Prasmul angkatan 2016. Bersama dengan partner-nya, ia membangun cloud kitchen bernama Ruangrasa di awal 2021, kemudian diikuti dengan CYP Kitchen yang lebih all-rounder alias mencakup semuanya.
Melihat banyaknya brand F&B yang berpotensi tetapi mundur karena berbagai macam kendala, Prasmulyan S1 Finance and Banking ini menyelidiki root cause-nya.
“Sudah banyak bisnis F&B dan waktu itu pandemi. Untuk mendirikan F&B baru pasti agak susah geraknya. Nah, kita mikir nih, kenapa F&B susah bergerak sewaktu pandemi?” ungkap pria asal Pulau Dewata tersebut. Harvin bersama tim pun akhirnya tiba pada sebuah jawaban: “Ternyata, sebagian besar terhalang oleh persoalan operasional.”
Jadilah, ketika awal 2021 dirintis Ruangrasa Cloud Kitchen yang membuka lebar kesempatan untuk para pebisnis bidang F&B dalam menjajaki ulang industri ini. Kini Ruangrasa dan CYP Kitchen berhasil menggandeng sejumlah brand-brand ternama seperti Geprek Bensu, SushiMoo.id, Chia-yo, Remesin, Saltesse, Eath, dan masih banyak lagi.
Konsep Lama Bersemi Kembali
Didirikannya cloud kitchen Harvin ini merupakan momen nostalgia, karena cloud kitchen sendiri sebetulnya bukan konsep yang baru di Indonesia. Masih ingat beberapa fast food chain besar seperti McDonald’s dan Pizza Hut? Mereka dahulu memperkenalkan konsep delivery order, dimana mereka membuat pesanan tersebut di dapur sebuah cabang. Namun, opsi dine-in masih ada di sana. Dapur yang mereka gunakan juga masih di bawah nama brand tersebut.
Di generasi cloud kitchen yang baru, seperti di Ruangrasa dan CYP Kitchen, sebuah brand dapat menyewa kitchen space tanpa perlu memiliki tempat tersendiri untuk dine-in. Sudah hemat secara biaya, hemat tenaga, dan juga efektif secara operasional.
“Tujuannya adalah supaya brand sekarang bisa berkembang dengan modern tanpa perlu banyak karyawan. Jadi cukup taruh bahan baku aja, terus kami urus sisanya secara operasional.”
Ruangrasa vs CYP Kitchen
Seperti yang Harvin ungkapkan, ia memiliki dua usaha yang berbeda, tetapi bergerak di bidang yang sama: Ruangrasa dan CYP Kitchen. Nah, apa pembeda utama kedua usaha tersebut?
“Ruangrasa itu sebuah cloud kitchen yang konsepnya adalah sewa. Kita ambil beberapa lokasi, direnovasi jadi dapur, lalu kita sewakan kembali ke usaha-usaha kecil yang berjualan F&B secara online. Ruang Rasa karyawannya dari mereka sendiri,” papar pemuda yang juga tumbuh di kota Denpasar tersebut.
“Kalau CYP, aku ber-partner sama Chef Chandra Yudasswara dan modelnya ini bukan sewa. Kita punya beberapa lokasi yang kita ubah menjadi fully functioning kitchen dan kita siapkan tim-tim profesional di outlet.”
Perbandingan kedua dapur virtual ini juga untuk sebuah alasan, juga target pasar yang berbeda. Harvin menjelaskan kalau CYP Kitchen khusus untuk mereka yang belum sepenuhnya paham operasional sebuah restoran.
Selain itu, ada pembeda lain. Apa yang membuat Ruangrasa dan CYP Kitchen spesial dalam caranya masing-masing?
Price dan availability menjadi value yang diutamakan dari Ruangrasa. “Kalo Ruangrasa itu one of the first mover di industri cloud kitchen, salah satu yang duluan dan pasang harga affordable.”
Buktinya, Ruangrasa memiliki 35 cabang di 5 kota berbeda, juga menarik lebih dari 100 brand untuk mengembangkan bisnis mereka di dapur virtual Harvin ini.
Sementara CYP, ternyata menjawab sebuah pertanyaan yang timbul semasa Harvin menemui klien-klien Ruangrasa. “CYP takes things to another level dimana problem UMKM tuh banyak di sisi operasional, terutama saat buka cabang. Dari segi distribusi, produksi, sampai mengurus HR. Nah, di sini CYP membantu dengan provide semua itu.”
Taking Off
Sebuah bisnis pastinya memiliki kendala dan kisah perjuangan yang membentuk jati diri mereka, apalagi di masa-masa yang mendorong usaha untuk dapat momentum naik daun.
Ceritaprasmul merangkum segala macam tips persiapan dan strategi dari Harvin untuk mengembangkan cloud kitchens miliknya.
Plan the Plans
“Disiapin planning-nya dulu ya, kira-kira bisnisnya mau sebesar apa? Financial planning, marketing planning, sama operasionalnya kira-kira butuh berapa orang. Itu harus banget dilakukan sampai dirasa mantap.”
Jangan lari dari masalah – cari masalah!
“Ruangrasa ada karena ada problem waktu itu. Karena pandemi, banyak tempat tutup, sehingga bisnis-bisnis jadi tidak berkembang atau bahkan tidak bisa buka. Ada cloud kitchen, tapi ternyata harganya kurang affordable. Akhirnya kita desain sebuah produk baru yang sangat terjangkau, jadi siapa saja bisa membuka usaha atau cabang secara online.”
Try everything, taste everything
“Dari segi media sosial, kita dapat followers secara organik. Caranya? Kita pakai semua cara sih: digital marketing, ads, dan kolaborasi bareng brand atau KOL atau public figure. Kita juga pernah giveaway, activation, challenge, dan lain sebagainya. Itu bantu nge-boost awareness di socmed.”
Walk the Talk
“Jangan takut ngobrol sama orang sebanyak-banyaknya tentang ide yang kamu punya. Jangan takut d-icopy. Karena semakin banyak kita ngobrol sama orang, semakin banyak insight yang kita dapat. Cari tahu seluas-luasnya apa saja yang might go wrong or might be better for the business.
It’s good to have a plan, but ultimately you have to start. You have to dream big and start small. You grow, you learn, then you get better.
Harvin Tjitra
Add comment