Hari ini pemenang Lomba Resensi Sanskerta 2016 telah diumumkan, dan
Dua pemenang Lomba resensi Sanskerta 2016 tersebut adalah:
1. Clarissa Nathania dari SMAK 3 Penabur Jakarta
dan
2. Theniarti Ailin dari SMA RICCI 1 Jakarta
Berikut Resensi dari para pemenang:
Resensi oleh Clarissa Nathania, SMAK 3 Penabur Jakarta
Dendam, Pilihan, Kasih
Pementasan drama musikal yang disutradarai oleh Raymundus A. Setiawan ini mengangkat cerita dari zaman pemerintahan Raja Airlangga di Kahuripan, Jawa Timur pada abad ke IX. Calonarang merupakan seseorang yang mempunyai kesaktian yang begitu hebat sehingga mampu menurunkan seluruh wabah penyakit yang sangat menyusahkan rakyat. Kemarahan Calonarang dipicu karena putrinya yaitu Ratna Manggali tidak juga dipersunting ketika usianya beranjak dewasa.
Berbeda dengan Calonarang, Ratna Manggali merupakan seorang gadis yang berhati lembut, kebengisan Calonarang membuat setiap pemuda takut untuk melamar Ratna Manggali. Ratna menuntut moralitas perbuatan ibunya yang semakin dipengaruhi kebencian dan merugikan orang lain. Ratna merasa bahwa ketidak adilan terjadi pada dirinya, Ratna ingin merasakan cinta, dan tidak ingin hidup sebagai wanita tanpa suami. Namun kenyataan harus dihadapi olehnya, Calonarang telah dipandang buruk oleh rakyat, bahkan Calonarang dan keluarganya dikucilkan, diasingkan, dan dianggap sebagai penyihir.
Dibalik kesedihan seorang Ratna Manggali yang meratapi nasibnya karena tidak kunjung dilamar, Raja Airlangga dan pasukan terus melancarkan serangan untuk menumpas Calonarang. Pasukan Raja Airlangga terus dikirim namun, tetap saja kesaktian Calonarang tidak dapat terkalahkan.
Raja Airlangga kewalahan karena seluruh pasukannya telah habis dibinasakan oleh Calonarang, Raja Airlangga kemudian memanggil Mpu Baradah untuk meminta bantuan. Mpu Baradah adalah seorang pendeta kerajaan, ia memberikan usul kepada Raja Airlangga untuk melakukan kawin politik antara anaknya, Mpu Bahula dengan anak dari Calonarang. Awalnya perkawinan ini hanya ditujukan untuk dapat mengetahui kelemahan Calonarang, namun ternyata Mpu Bahula benar benar jatuh cinta kepada Ratna Manggali.
Pertemuan pertama dua sejoli ini terjadi dengan sangat tidak terduga. Dalam perjalanan Mpu Bahula menyisiri hutan, ia bertemu dengan sosok wanita yang sangat cantik jelita dan berhati mulia. Sejak awal ia berbincang-bincang, Mpu Bahula telah jatuh hati pada sosok wanita yang cantik tersebut yang tidak lain adalah Ratna, calon istri yang telah dijodohkan ayahnya.
Mpu Bahula begitu tulus mencintai Ratna, Ratna pun juga merasakan apa arti cinta sesungguhnya dari Mpu Bahula. Perbedaan yang mereka miliki tidak menjadi halangan bagi mereka untuk bersatu, Mpu Bahula dan Ratna kemudian sepakat untuk mengikat hubungan mereka dalam tali pernikahan.
Suatu malam, Calonarang mewariskan kitab kesaktiannya kepada Ratna. Calonarang memandatkan kepada Ratna agar menjaga kitab itu sebaik mungkin. Kitab itu berisi seluruh kesaktian yang dipelajari oleh Calonarang dan pasukannya, Calonarang berpesan agar kitab tersebut tidak jatuh ke tangan orang yang salah karena dapat membahayakan seluruh anggota keluarga Calonarang. Dengan keberadaan kitab tersebut di tangan istrinya, Mpu Bahula tidak mempunyai pilihan lain, di satu sisi ia sangat mencintai istrinya, tetapi ia teringat akan tugasnya menjadi seorang pengintai untuk mengetahui kelemahan Calonarang.
Calonarang dan pasukannya sangat kecewa terhadap perlakuan Mpu Bahula, mereka merasa dikhianati oleh Mpu Bahula, tetapi Mpu Bahula telah melakukan yang terbaik untuk keduanya. Pertarungan pun terjadi antara Mpu Baradah dan Calonarang, sebelum Calonarang mati, ia berjanji akan meruwat, tetapi Mpu Baradah tidak memberikan kesempatan kepada Calonarang untuk dapat hidup kembali. Calonarang meninggal di tangan Mpu Baradah, Ratna sangat bersedih karena kematian ibunya yang dibunuh oleh ayah mertuanya sendiri.
Drama musikal “Calonarang” yang dipentaskan oleh mahasiswa Universitas Prasetiya Mulya ini memberikan pesan moral yang mudah diserap oleh para penonton. Alur cerita yang disampaikan juga terkesan simpel dan tidak menyulitkan penonton untuk berpikir. Akting para tokoh utama seperti Ratna yang diperankan Gwyneth Evelyn, Bahula oleh Fabian Aryanto, dan Calonarang oleh Alanda Nadira, patut diacungi jempol. Pembawaan para pemain sangat larut dalam cerita semi sejarah ini. Disayangkan, banyak kejadian yang terjadi dipanggung seperti : mikrofon yang “kotor”yaitu sebelum on set mikrofon sudah dinyalakan dan banyak suara – suara pemain yang tidak terdapat dalam skenario terdengar, namun kekurangan tersebut tentu saja dapat tertutup dengan keharmonisan seluruh pertunjukkan teater. Orkestra yang mengiringi selama pertunjukkan berlangsung, terdengar sangat syahdu dan mengalun dalam satu irama, kekompakan dalam setiap pemain orkestra sangat menonjol dalam setiap lagu yang dimainkan.
Drama musikal ini sangat cocok untuk ditonton berbagai macam kalangan dan usia. Nilai budaya Indonesia yang sangat kental disajikan oleh drama musikal ini, dipadukan dengan iringan gaya pop yang sederhana drama musikal ini sangat dianjurkan untuk ditonton. Penggunaan bahasa juga dapat terserap dengan baik dan tidak sulit dipahami di telinga penonton. Pementasan di Teater Besar Taman Ismail Marzuki ini dapat membuktikan bahwa jiwa nasionalis setiap anak muda harus terus dikembangkan untuk melestarikan kebudayaan Indonesia. Semoga di tahun-tahun ke depan Universitas Prasetiya Mulya dapat terus mementaskan drama musikal yang terutama mengangkat budaya Indonesia sebagai wujud kecintaan terhadap tanah air Indonesia. #kamiyangberbudaya !
Selamat untuk para pemenang!
Add comment