Lupakan dulu menarik wisatawan mancanegara. Kini, Indonesia harus fokus pada wisatawan domestik. Artinya, selain diajak mencintai produk dalam negeri, kali ini masyarakat pun harus mencintai destinasi wisata dalam negeri. Ini langkah konkret yang dapat dilakukan untuk membangkitkan pariwisata Indonesia dari keterpurukan selama pandemi.
Nggak perlu jauh-jauh, #DiIndonesiaAjah.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno
Mendiskusikan Siasat
Hampir satu tahun lamanya pandemi menghantam seluruh dunia, termasuk Indonesia. Sektor pariwisata menjadi salah satu yang paling terpukul. Lewat webinar bertema “Kebangkitan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Era Pandemi”, Universitas Prasetiya Mulya mengundang stakeholder terkait di bidang pariwisata, di antaranya Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno, Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Angela Tanoesoedibjo, Chairman Indonesia Tourism Forum, Wakil Gubernur Bali, serta sejumlah akademisi dan peneliti.
Selain stimulus dana dan bantuan sosial pemerintah, langkah strategis yang efisien harus diambil guna membangun kembali pariwisata di Indonesia. Sejumlah langkah diambil, salah satunya Quick Win 2021 yang ditetapkan menjadi strategi pemulihan pariwisata di era pandemi ini.
“Kita terapkan Quick Win 2021 karena memang dampak pandemi ini sangat dahsyat. Kita punya tiga pilar yaitu 3M (protokol kesehatan), 3T (Testing, Tracing, dan Treatment), dan 3G (Gercep, Geber, dan Gaspol) terkait vaksinasi. Ketiga pilar ini yang kita coba terapkan,” ujar Sandiaga Uno.
Untuk itu, penerapan protokol kesehatan dengan tidak membuat kerumunan, melakukan pengecekan dan test yang lebih masif, serta jargon “Gercep, Geber, dan Gaspol” harus dilakukan terkait sosialisasi vaksinasi di Indonesia. Meski terlihat klise, tapi langkah penanganan tepat dan cepat memanglah harus segera dilakukan.
#DiIndonesiaAjah bahkan menjadi tagar yang juga disosialisasikan Sandiaga Uno untuk mengajak wisatawan domestik berlibur di dalam negeri. Hal ini sebagai bagian upaya menjadikan pariwisata Indonesia kembali berkembang.
Ia pun tak menampik bahwa sektor yang dipegangnya saat ini sangat memprihatinkan. Total, hampir 75% wisatawan asing mengalami penurunan selama pandemi dan total 88% para pelaku pekerja di sektor pariwisata juga mengalami pembatalan kerja.
Perspektif Akademisi
Sejumlah akademisi dan peneliti pun menyampaikan perspektifnya dalam webinar kali ini. Misalnya seperti strategi new investment dan new technology yang disampaikan Chairman Indonesia Tourism Forum Dr. H. Sapta Nirwandar.
Menurutnya, pengembangan teknologi, fasilitas, dan infrastruktur, serta diiringi dengan pelatihan SDM adalah persiapan yang harus digenjot untuk menarik kembali wisatawan. Selain itu, stimulus dana pemerintahan serta promosi secara online perlu diakselerasi.
Ia bahkan menyebutkan saptahelix sebagai strategi wisata halal dalam industri pariwisata yang akan menjadi tren di era new normal. Meski tidak dimungkiri bahwa consumer behaviour akan terdampak dengan berkurangnya minat seseorang untuk berlibur ke luar negeri.
Diprediksi bahwa wisatawan domestik nantinya akan menjadi tulang punggung wisata di Indonesia.
Dr. H. Sapta Nirwandar.
Belajar dari Bali
Provinsi yang satu ini bertumpu pada sektor pariwisata sebagai pemutar roda ekonomi. Wakil Gubernur Bali Dr. Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati menjelaskan bahwa sejak pandemi tumbuh dan berkembang di Bali, pemerintah fokus memberikan penanganan secara cepat.
Kelandaian kasus menjadi acuan pemerintah Bali untuk membuka kembali wisata meski hanya menerima para wisatawan domestik. Walaupun banyak yang menyebutkan penyebab angka positif terus meningkat sejak dibuka kembalinya Bali, Wagub Bali menjelaskan bahwa hal ini bukan menjadi patokan.
“Hasil positif memang meningkat, tetapi pegangan kita ada pada angka kematian yang bahkan masih dibawah angka 10 digit. Masalah kasus positif yang meningkat, itu karena proses testing dan tracing yang dilakukan secara masif,” jelas Wagub Bali.
Kolaborasi Jadi Kunci
Sementara itu, Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Angela Tanoesoedibjo menyebut, pemanfaatan teknologi harus dilakukan segera sebagai bentuk manajemen destinasi dan memastikan SDM desa wisata dapat bangkit kembali.
Supaya SDM dapat menjadi mandiri dalam berinovasi, mengelola finansial, dan melewati krisis.
Angela Tanoesoedibjo
Salah satu elemen yang tak boleh diabaikan adalah kolaborasi dan elaborasi. Menurutnya, kedua hal ini perlu dilakukan sesuai kebutuhan masing-masing. Ia mengajak seluruh elemen dan pelaku pariwisata agar tidak menyerah dan belajar dari pandemi ini. Hal ini sejalan dengan semangat Universitas Prasetiya Mulya untuk membentuk insan-insan yang kolaboratif, inovatif, dan adaptif dalam berbagai situasi. Penyelenggaraan webinar yang menghadirkan praktisi dan akademisi ini salah satu contoh konkretnya.
Add comment