Sejak duduk di bangku SMP, Ezekiel Marvin sudah mulai akrab dengan hal-hal yang berhubungan dengan komputer. Kini, sebagai mahasiswa S1 Computer Systems Engineering Prasetiya Mulya, Marvin menuangkan passion tersebut ke dalam sebuah paper yang pada akhirnya terpilih untuk dipresentasikan di International Conference on AI in Information and Communication (ICAIIC) 2020. Untuk memenuhi kehormatan tersebut, ia bertolak ke Fukuoka, Jepang, pada pertengahan bulan Februari lalu.
Mengembangkan Paper yang Sempat Gagal
ICAIIC merupakan konferensi yang diorganisasi oleh The Korean Institute of Communications and Information Sciences (KICS) dan disponsori oleh IECE-CS, serta asosiasi pengembangan teknologi terbesar di dunia yakni Institute of Electrical and Electronics Engineers (IEEE). Dalam pelaksanaannya yang kedua ini, ICAIIC 2020 membidik seputar Information and Communication Technology (ICT), khususnya dengan aplikasi Artificial Intelligence (AI), sebuah topik yang tidak terlalu asing bagi Marvin.
“Awalnya, aku mengikuti kompetisi inovasi di sebuah universitas,” ia menjelaskan. “Aku dan kelompok bikin aplikasi yang bisa membantu tunanetra membaca. Tapi karena waktu itu mepet dengan Ujian Tengah Semester, preparasi kurang. Akhirnya kami kalah.”
Melihat potensi dalam karyanya, Marvin memutuskan untuk melanjutkan riset dan mengembangkan paper bertajuk “Digital Assistant for the Visually Impaired”. Dengan dukungan dan review dari para Faculty Member Prasmul, Marvin pun mengirimkan paper tersebut ke ICAIIC. Inovasinya terbukti memukau pihak juri, karena paper tersebut dinyatakan lolos dan Marvin pun dianugerahi travel grant untuk menghadiri konferensi.
Dikelilingi Peserta Senior
Pengalaman Marvin selama bertandang ke Negeri Sakura cukup menarik. Selain disuguhi diskusi memorable dari keynote speaker, Prof. Jong Hyun Park, Non-executive Director di National Research Foundation of Korea dan Senior Vice President Intelligent Convergence Research Laboratory di ETRI, Marvin juga berkesempatan melihat presentasi dari peserta lain, baik yang berbentuk lisan maupun poster. Karena bersifat internasional, ICAIIC menghadirkan peserta dari berbagai negara seperti Thailand, Inggris, Korea Selatan, dan Amerika Serikat.
“Jujur, topik yang mereka bawa cukup sulit karena sebagian besar peserta memang sudah expert,” ungkap alumni UPH College tersebut. “Rata-rata, yang lolos ICAIIC sudah S2 bahkan S3, jadi ilmu mereka sudah jauh lebih luas. Tapi aku juga jadi belajar banyak, dapat sudut pandang baru dalam menganalisa kasus AI. Pendekatan problem solving mereka pun juga unik-unik.”
Di atas pengalaman tersebut, momen memorable bagi Marvin justru ketika bertamasya mengelilingi kota Fukuoka. Mengamati hal-hal kecil seperti sistem pembayaran atau sistem parkir, ia terinspirasi untuk membawa efisiensi dalam kesederhanaan ke hasil kerjanya sendiri.
Ia mengatakan, “Walaupun bangga bisa ikut serta dalam ICAIIC, kesempatan untuk mengeksplorasi budaya lain adalah hal yang juga bisa membuka wawasan.”
Berikutnya untuk Marvin
Sebagai Prasmulyan pertama yang mengikuti ICAIIC, dan satu-satunya peserta Indonesia di ICAIIC 2020, prestasi Marvin tidak sebatas akademis saja. Sedari SMA, ia sudah magang di berbagai perusahaan, menyentuh jabatan Business Analyst dan Graphic Design. Kemudian, setelah melihat prototipe smart parking system yang ia gubah untuk mata kuliah Intro to Engineering, PT. Cinovasi Rekaprima mengundang Marvin untuk bergabung sebagai Business Solutions Development Intern.
Usai lulus dari Prasmul, masih banyak yang ingin dicapai oleh Marvin. Selain bekerja di bidang komputer, misalnya di bidang Data Science, Data Analyst, atau Network Security, ia juga berangan melanjutkan pendidikan untuk mendalami bidang AI atau Human-Computer Interaction (HCI). Ia pun juga tidak menutup pintu pada dunia bisnis.
“Semester ini, aku mulai mendapatkan perkuliahan bisnis di Prasmul,” ujar Marvin. “Menurutku bagus bahwa Prasmul punya kurikulum tersebut untuk mahasiswa School of Applied STEM. Lihat aja technopreneur seperti Tesla, Zuckerberg, dan Musk. Tapi apa yang akan membedakan kita dengan mereka? Semua itu pasti bisa dipelajari dengan terjun langsung ke lapangan.”
Hebattt! Terima kasih atas informasinya